Chapter 18

624 169 41
                                    

Kebetulan lagi mood mau update.
Tapi tetep masih kepikiran mau stop sih. Wkwk
Yaudah, selamat membaca aja dah.

***

Ercher berdiri di depan pintu kamar Terra, menunggu sampai wanita itu keluar. Mereka sudah janji akan pergi berbelanja ke pusat wilayah untuk si anak ikan biru itu. Karena takut hal sebelumnya akan terjadi lagi, jadi Ercher memutuskan untuk menunggu Terra di depan kamarnya saja.

“Kupikir kau tidak tertarik pada apa pun.”

Ercher menoleh, mendapati Pheliod yang berjalan ke arahnya sambil memikul pedang di pundaknya dengan santai. Pria itu menyeringai pada Ercher. Kakak tiri Ercher yang ini juga tidak pernah berubah. Dia selalu mendatangi Ercher dengan wajah bahagia, kemudian memprovokasi Jill untuk memukul Ercher sampai babak belur, lalu tertawa.

Kira-kira bagaimana bentuk Pheliod andai pria itu menjadi bulan-bulanan para kesatria lawan di medan perang. Dia pasti akan diinjak-injak sampai tak berbentuk. Dia sebentar saja bisa mati.

Ercher pernah dengar dari Raeliana, ada orang-orang di dunia ini yang hidup seperti sampah. Semakin banyak dia bicara dan membanggakan dirinya, semakin tak ada artinya orang itu.

“Kau tertarik pada Nona Bellidona?” tanya Pheliod saat berhenti tepat di depan Ercher. Menyeringai.

Ercher berusaha mengingat jarak usianya dengan Pheliod. Jika Jill sekarang berusia sama seperti Tristan—27 tahun, maka Pheliod mungkin berusia sama seperti Carry—25 tahun. Ercher memang tidak yakin, tetapi yang jelas, Pheliod lebih tua dibandingkan dengan Pangeran Ein dan kembar Merville.

“Senang melihatmu di sini.” Pheliod terkekeh sambil menepuk lengan Ercher beberapa kali. “Aku jadi teringat sosokmu yang meringkuk di lantai karena berdarah.”

Ercher menatap dengan wajah datar, hanya saja pandangan matanya sudah lebih dingin dari biasanya. Pheliod dengan tawa mengingatkan Ercher hari di mana ia mengalami banyak luka karena dihajar oleh kakak-kakaknya itu. Mereka takkan pergi sampai salah satu tulang di tubuh Ercher patah.

“Jangan sentuh,” gumam Ercher. Ia benci disentuh oleh orang yang tak diizinkannya. Pheliod termasuk di dalamnya.

Pheliod tertawa lagi sambil mencengkeram lengan Ercher. “Ampun deh. Kau jadi sangat sombong karena namamu besar di kota. Tapi kau tahu? Itu tidak menutupi asal-usulmu yang anak haram.”

Mendengar hal itu tangan Ercher spontan terangkat dan mencengkeram leher Pheliod dengan kencang. Ia mungkin bisa bertahan jika orang luar yang bilang bahwa Ercher anak haram. Tetapi Ercher nyaris tidak bisa menoleransi hal itu jika diucapkan oleh orang berdarah Sillabent. Bagaimanapun, meski Ercher harus menanggung dosa masa lalu Keir, ia tidak mau mendengar hinaan yang keluar dari mereka yang mengetahui dosa Keir dengan baik.

“Khhh!” Pheliod meronta sambil memegang tangan Ercher, mulai kesulitan untuk bernapas. “Le ... pas.”

“Jeni, cepat! Ercher pasti sudah menunggu.”

Sayup-sayup Ercher mendengar teriakan Terra dari balik pintu kamar. Wanita itu mendesak pelayannya untuk segera keluar agar bisa langsung menemui Ercher.

Lingkaran sihir muncul di bawah kaki Pheliod yang terangkat karena cekikan Ercher. Kemudian ia melirik ke pintu begitu mendengar suara pintu yang dipegang dan akan ditarik. Tepat saat pintu itu ditarik, Ercher menjatuhkan Pheliod ke dalam lingkaran sihir dan pria itu menghilang bersamaan dengan munculnya Terra di pintu.

“Loh, Ercher?”

Ercher berbalik pada Terra dan mengangguk. Sudah tidak ada jejak sihir di lantai sama sekali. Ercher tidak bisa menunjukkan pada Terra bahwa ia orang yang bisa menghabisi orang lain. Jika wanita itu tahu, mungkin Terra takkan mau lagi berteman dengan Ercher.

“Kau menungguku?” tanya Terra.

Ercher. “Kakak.”

Terra tersenyum. “Hari ini Jeni akan ikut, tidak apa-apa?”

“Boleh.” Angguk Ercher sambil memberikan pandangan pada Jeni. “Jeni.”

“Senang bisa bertemu Anda, Sir,” kata Jeni sambil membungkuk untuk Ercher.

“Ya, sudah. Kita berangkat sekarang.” Terra mengulurkan tangannya pada Ercher yang langsung menyambut. Terra memegang tangan Ercher dan membawanya menjauhi kamar menuju arah pintu depan kastel untuk segera meninggalkan kediaman dan pergi ke pusat wilayah.

***


Brak!

Jill dan Keir terperanjat bangun dari duduknya saat Pheliod tiba-tiba saja jatuh dari langit-langit dan menghantam meja yang di atasnya terdapat teko teh panas. Pheliod berteriak, mengaduh karena tubuhnya yang sakit akibat terjatuh dan karena terkena pecahan teko, serta teh panas yang mengalir keluar di bawah tubuhnya.

“Phel!” Jill langsung menarik Pheliod untuk turun dari meja itu dan mendudukkannya ke sofa. “Apa yang terjadi?”

Jill melihat ke atas, begitu juga dengan Keir. Bagaimana bisa Pheliod tiba-tiba muncul dari langit-langit ruang kerja?

“Dari mana kau muncul?” tanya Keir sambil terus melihat ke langit-langit.

“Anak sial itu yang melemparku,” jawab Pheliod dengan suara lengguhan rasa sakit. Seluruh tubuhnya rasa remuk. Belum lagi lehernya sakit karena dicekik oleh Ercher. Seperti pria itu akan mematahkan tulang lehernya.

“Bagaimana bisa?”

Jill terdiam. Ia melarang semua kesatria yang hari itu menyaksikan duelnya dan Ercher untuk menyebarkan informasi bahwa pria itu seorang user Sihir Ruang. Keir tidak tahu bahwa anaknya itu memiliki tipe sihir sekuat dan selangkah itu. Sama seperti pedang yang tiba-tiba muncul di hadapan Jill, kedatangan Pheliod mungkin sama halnya dengan yang waktu itu. Pasti Ercher yang melempar Pheliod.

“Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja ada lingkaran sihir dan dia menjatuhkanku ke lingkaran itu. Lalu aku sudah jatuh ke sini.”

“Kau bertemu dengan Ercher?” tanya Jill.

Baginda Iberich dan Pangeran Ein mengembalikan Ercher ke Monsecc sendirian dan mengabaikan masa kecil pria itu. Pastilah mereka sudah mengira bahwa Ercher bisa mengatasinya sendiri. Pria itu kuat jika mengenai seni berpedang dan sihir. Pangeran Ein tahu bahwa tidak satu dari mereka yang berada di Sillbent bisa mengalahkan Ercher. Sebenarnya apa Ercher itu? Apa dia hanya seorang pengawal dan pahlawan perang saja?

“Kau bilang dia melemparmu masuk ke lingkaran sihir?” tanya Keir lagi untuk memastikan bahwa Pheliod tidak bicara dalam keadaan kepala terluka karena benturan seusai jatuh dari ketinggian.

“Iya, Ayah. Dia melemparku masuk ke lingkaran sihir.”

Jill melihat raut wajah Keir mengeras, tetapi ia sendiri tidak bisa menebak atau membaca ekspresi yang Keir berikan. Apakah marah atau geram karena hal lain.

“Kau melihat bentuk dan warna lingkaran sihirnya?”

Pheliod diam sesaat, memegang lehernya yang masih terasa nyeri karena Ercher. Dasar pria sial, makinya dalam hati. Kalau saja Terra tidak membuka pintu lebih cepat, mungkin Pheliod bisa mati dengan tulang leher yang patah.

“Aku tidak yakin, tapi cahaya lingkaran sihirnya berwarna gelap. Hitam?” pertanyaan itu seolah ditujukan untuk diri Pheliod sendiri.

“Ungu gelap,” balas Jill sambil bergumam. Karena jelas sekali ia melihat lingkaran sihir itu di depan wajahnya. Tidak mungkin hitam.

Lingkaran sihir warna hitam hanya dimiliki oleh Putra Mahkota Ein yang seorang Black Saint. Hanya pria itu yang memiliki 2 warna lingkaran sihir, hitam dan merah. Jadi, lingkaran sihir Ercher bukan warna hitam.

“Jill, kau tahu?” tanya Keir yang akhirnya tertuju pada Jill.

Kalau sudah begini Jill tidak bisa mengelak lagi. “Ya, Ayah. Sihir anak itu berwarna ungu gelap. Saya pikir dia seorang pengguna Sihir Ruang.”
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Senin (20 Juni 2022)

Waktu dan tempat dipersilakan 😏😏

The Baron's Heart (Tamat)Where stories live. Discover now