Chapter 44

681 156 52
                                    

Cepet banget sih pecah telornya 😌😌 yang santai dikit dong, biar Kak Ris nggak update tiap hari. HAHAHAHHAHA 🤣🤣

BDW, KITA MAU MASUK KE PLESBEK YAK. HARAP DISIMAK BAEK-BAEK YAAKK.

***

31 tahun lalu – ibu kota Easter.

Setelah menghentikan semua ekspedisi, Putra Mahkota Iberich naik takhta karena kaisar sebelumnya meninggal karena serangan jantung. Dikarena Iberich masih hidup di istana bersama ketiga kesatria kehormatannya, tanpa mengembalikan mereka ke wilayah masing-masing, para kesatria tetap berjaga di istana. Termasuk Keir yang saat itu berstatus sebagai tunangan anak bungsu dari salah satu keluarga di Monsecc.

Meski sudah menolak berkali-kali, Keir tetap tidak bisa melarikan diri dari kewajiban sebagai calon baron berikutnya. Mau tidak mau ia menerima pertunangan itu karena sejak awal menikah bukanlah tujuan hidupnya. Bagi Keir sendiri, menikah dengan cinta atau tidak, itu bukanlah masalah. Selama wanita itu bisa menjalankan tugasnya sebagai baroness.

Dari itu Keir bertunangan dengan Igrisa Morene.

Namun, setelah melakukan pertunangan di Monsecc dan kembali ke ibu kota, Keir yang tak pernah tertarik pada seseorang mendadak penasaran karena banyak bisikan di dekatnya.

“Beliau sangat cantik. Katanya beliau datang dari Roam bersama Yang Mulia Agung.”

“Ya, aku juga mendengar bahwa beliau adalah teman baik Permaisuri.”

“Aku penasaran.”

Karena banyaknya bisikan-bisikan seperti itu Keir jadi penasaran dengan apa yang para pelayan katakan. Sampai kemudian ia melihat sendiri orang yang maksud saat hendak melaporkan kepulangannya pada Kaisar Iberich. Untuk pertama dalam hidup Keir bisa mendengar suara angin segar yang menderu dalam hutan secara ajaib.

Saat masuk ke ruang singgasana, di mana Keir melihat kedua rekannya berdiri di sisi singgasana kaisar dan permaisuri, ada Pendeta Agung Xain juga di sana. Lalu yang benar-benar menyita perhatian Keir adalah wanita yang berdiri di tengah karpet merah di bawah singgasana. Wanita berambung cokelat yang mengingatkan Keir dengan kulit-kulit pohon hutan yang tumbuh segar. Serta mata hijau gelapnya mirip dedaunan hutan di musim semi. Wanita itu tersenyum lembut pada Keir.

“Kami baru saja membicarakanmu, Sir Keir,” kata Xain kemudian. “Kebetulan sekali. Aku sedang memperkenalkan calon muridku pada Baginda. Karena dia akan tinggal di istana dan katedral, mungkin para kesatria bisa menolongnya jika dalam kesulitan.”

Keir hanya diam. Ia tidak bisa mengikuti ucapan Xain karena terpesona pada wanita berpakaian pelayan Reid itu. Pakaian putihnya yang melambai dengan aksen biru terlihat sangat lembut.

Wanita itu membungkuk pada Keir yang berdiri di depannya. “Senang bisa bertemu dengan Anda, Kesatria Saphire. Nama saya Illiphia Sudhia Halleysman. Mohon bantuannya.”

“Ah, ya.” Keir hanya bisa menjawab seperti itu setelah mendengar suara lembut Illiphia yang kembali berdiri.

“Dame Illiphia adalah sahabat kecilku, Sir Sillabent,” kata permaisuri. “Jika terjadi sesuatu padanya, tolong lindungi dia.”

***


Seiring berjalannya waktu, karena Illiphia sering mendatangi istana untuk bertemu permaisuri, secara alami Keir jadi dekat dengannya. Mungkin tepatnya Keir yang mencari kesempatan agar bisa bersama Illiphia. Bahkan hanya sekadar membawakan barang bawannya untuk menemui permaisuri atau mengantarnya kembali ke katedral.

Yah, Rowan sempat memperingati Keir agar tak melewati batas sebagai pria bertunangan, akan tetapi pria itu juga tak terlalu mempermasalahkan. Karena Rowan sendiri adalah pria yang memegang teguh pendirian bahwa cinta sangat dibutuhkan untuk membentuk keluarga. Pria itu tak menyetujui keputusan Keir untuk menerima pertunangan dengan Igrisa Morene.

The Baron's Heart (Tamat)Where stories live. Discover now