Chapter 19

611 156 56
                                    

Mau ke rumah sakit, sih. Tapi males bat mau mandi. Gak mandi gimana 🥺🥺 yodahlah. Next aja dlu ya biar gak nanggung² menghujatnya.

Waktu dan tempat dipersilakan.

***

“Sial,” maki Keir. “Baginda pasti sudah tahu, maka dari itu dia buru-buru dan datang sendiri menjemput anak itu.”

Keir membanting pintu dan Jill mengekor di belakangnya untuk kembali masuk ke ruang kerja setelah mengantarkan Pheliod ke kamarnya untuk diobati. Saat menanyakan ke mana Ercher pada kepala pelayan, rupanya pria itu pergi keluar dengan Terra. Lagi.

Kelakuannya makin menjadi-jadi saja. Ditambah lagi Terra Silka malah tertarik pada anak itu.

“Kenapa kau tidak memberitahuku, Jill?” tuntut Keir begitu berbalik pada Jill. Anak yang suatu hari akan menjadi penerus Keir dan bertanggung jawab atas Monsecc. Karena seumur hidup Jill sudah dididik oleh Keir untuk menjadi Baron.

“Aku pikir Anda sudah tahu. Makanya aku tidak memberitahu. Lagi pula kupikir itu tidak terlalu penting.”

“Tidak penting!” Keir berteriak. “Kau bahkan bisa menebak arti kepulangan anak itu setelah melihat sendiri sihirnya ‘kan?”

Jill menarik napas. Ia mungkin bisa menebak, tetapi tidak mau mengakuinya sama sekali. Jill tidak ingin ada orang yang datang tiba-tiba ke rumahnya dan mengklaim apa yang menjadi milik Jill. Ia sudah berjuang mati-matian seumur hidupnya untuk memenuhi harapan Keir.

“Baginda ingin anak itu yang meneruskan gelar Baron Monsecc.”

***


Ercher melihat-lihat pernak-pernik toko hewan peliharaan itu. Kenapa di Monsecc ada tempat seperti ini? Padahal Ercher belum melihatnya di ibu kota. Apakah ia yang tidak tahu atau karena Ercher tidak pernah pergi meninggalkan istana selain dari perintah pangeran? Ia jalan-jalan hanya setelah menjadi pengawal Raeliana.

“Suka sesuatu?” tanya Terra sambil menoleh pada Ercher yang sejak tadi melihat sebuah kalung berbandul batu lapis lazuli. “Kau tertarik?”

“White,” kata Ercher sambil menunjuk kalung berantai agak panjang itu. “Untuk White.”

Terra tersenyum. “Kita kan bukan belanja untuk White. Kita datang untuk membeli keperluan si Biru.”

Ercher mengangguk meski terlihat sedih.

“Kau tidak mau memberi ikan itu nama?”

Ercher melihat Terra. Lalu memegang bandul yang tergantung di gagang pedangnya. Hadiah pemberian Raeliana saat ia berada di medan perang Cain. “Pru.”

“Pru?” tanya Terra dengan kening berkerut. Kemudian tersenyum lebar sampai nyaris tertawa. “Nama yang bagus. Jadi, sekarang namanya Pru. Apa yang akan kau berikan pada Pru? Kita sudah membelikan rumah untuknya. Kau tidak mau menambah sesuatu?”

Ercher menggeleng. Lalu menunjuk lagi kalung sebelumnya. “Untuk White.”

Ercher tidak bisa menambah barang lagi untuk Pru si ikan. Karena ikan itu akan sulit berenang jika akuariumnya terlalu penuh.

Terra menghela napas dan tersenyum, akhirnya memanggil seseorang untuk mengeluarkan kalung yang ditunjuk Ercher dari lemari yang ditutupi kaca. Yah, anggap saja Ercher ingin membelikan hadiah untuk White.

Terra memberikan kalung itu pada Ercher dan memanggil Jeni yang juga masih melihat-lihat sambil memeluk White. Pelayannya itu dengan langkah lebar langsung menghampiri mereka.

“Ya, Nona?” tanya Jeni.

“Aku pinjam White.” Terra mengambil White dari pelukan Jeni dan menggendongnya untuk menghadap Ercher. Anjing putih itu menggonggong sekali untuk menyapa Ercher dengan wajah riang.

The Baron's Heart (Tamat)Where stories live. Discover now