Chapter 24

600 164 30
                                    

Yang baca jam 02.00-03.00 dini hari, kalian nggak tidur ya? 🤣🤣

***

“Terima kasih,” kata Terra setelah sampai di depan kamarnya bersama Ercher. “Kau harus kembali ke kamarmu untuk bersih-bersih. Ingat! Kau harus kembali untuk istirahat, jangan keluar lagi.”

Ercher mengangguk pada ucapan Terra, tetapi tidak menyahuti. Kemudian melihat Terra melangkah masuk ke kamar setelah Jeni dari dalam membukakan pintu. Ercher mengangkat tangannya untuk membalas lambaian Terra.

Begitu memastikan Terra masuk dan benar-benar menghilang barulah Ercher berbalik menuju kamarnya. Namun, berhenti sebentar untuk melihat jendela besar yang tak tertutup hordeng. Menatap pada langit yang berbulan. Sebenatr lagi tengah malam. Ercher masih punya waktu untuk kembali ke kamar dan mengganti pakaiannya sebelum keluar lagi.

Beberapa saat sebelum Terra datang ke paviliun, kepala pelayan datang menemui Ercher. Orang itu nyaris tidak pernah datang kepada Ercher selama ia tinggal di Monsecc. Tetapi tadi dia datang untuk menyampaikan pesan Keir.

Pasti ini ada hubungannya dengan kemarin, saat Ercher menjatuhkan Pheliod. Awalnya ia hanya ingin menghilangkan pria itu agar tak terlihat Terra. Dari pada Ercher membuangnya ke ruang hampa dalam sihirnya, satu-satunya hal yang bisa ia ingat adalah menghubungkan sihirnya pada ruang di mana Keir berada.

Mungkin Pheliod benar-benar muncul tepat di depan Keir saat itu. Karena tak seorang pun di Monsecc yang tahu tentang kekuatan Ercher. Orang pertama yang bisa merasakan kekuatannya hanyalah Pangeran Ein. Pada saat itu pun pangeran hanya bilang kalau Ercher sama seperti pria itu.

Pastilah Keir tidak mengerti maksud dari ucapan Pangeran Ein waktu itu.

Lalu mungkin saja Jill juga memberitahu Keir tentang Ercher yang punya kekuatan seperti ini karena pertarungan tempo hari. Harusnya Ercher tidak menggunakan sihirnya saat itu. Tetapi ia tidak bisa menahan diri.

Ercher masuk ke kamar. Ia butuh mandi sebentar karena sejak kemarin mengurusi Pru, Yeli, dan Redz. Rasanya sekarang Ercher berbau sama seperti ikan. Beruntungnya Terra tidak bilang kalau ia bau.

“Tuan Muda.”

Ercher menoleh ke pintu saat mendengar suara Obanet di balik pintu tepat ketika ia membuka kancing terakhir pakaiannya. Pria itu pasti datang untuk mengingatkan Ercher kalau ia diminta untuk menemui Keir setelah tengah malam. Obanet pasti mengira kalau ia akan lupa.

Kepala Obanet muncul di celah pintu. “Tuan Muda, Tuan akan menunggu Anda.”

Ercher mengangguk setelah menanggalkan bajunya. “Aku mau mandi.”

“Baiklah. Saya akan menunggu agar bisa mengunci pintu setelah Anda keluar.”

Ercher menggeleng. “Tidak usah. Kunci saja semua pintunya sekarang. Aku akan pergi dengan cara lain.”

Ercher tidak berniat keluar menggunakan pintu. Meski pangeran sangat benci Ercher menggunakan sihir perpindahan di depannya, tetapi pria itu tidak melarang jika Ercher menggunakannya dalam keadaan dan waktu yang tepat.

Kalau Obanet berniat mengunci semua pintu, apa itu artinya Keir serius? Ini bukan pembicaraan biasa.

“Ada yang ingin kutanyakan, Kepala Pelayan.”

“Silakan, Tuan Muda.” Obanet berdiri di dekat pintu kamar Ercher. Menatap Ercher yang memunggunginya. “Saya akan menjawabnya sebisa mungkin.”

Ercher menyeringai sambil melirik Obanet dari balik bahunya. “Apa kau keluar dari gudang harta Sillabent?”

Obanet terdiam. Pria itu sepertinya ragu untuk menjawab.

Tanpa dijawab pun Ercher sudah tahu. Semua orang tahu. Bahkan Ercher kecil pun tahu kalau ayahnya sudah pensiun menjadi kesatria dan tidak lagi memegang pedang untuk bertarung. Ia diberitahu oleh ajudan baginda kaisar saat pria itu menemaninya dalam perjalanan menuju Hurtvillia. Orang itu juga memberitahu tentang hukuman yang dijatuhkan oleh katedral dan kekaisaran pada Keir Sillabent.

Pantas saja saat kematian kakek si pejaga kuda, pedang yang digunakan oleh Keir bukanlah pedang yang biasanya digunakan oleh para kesatria resmi. Apalagi kesatria yang hidup dengan sumpah darah. Semua kesatria yang hidup dengan sumpah darah mengganti pedang mereka dengan pedang pemberian tuan yang mereka ikuti.

Dengan kata lain, pedang yang Ercher dan teman-temannya gunakan diberikan oleh Pangeran Ein. Pedang yang ditempa khusus dengan karakter dari sihir yang masing-masing mereka miliki. Di pedang itu pun terdapat lambang keluarga Easter dan julukan kesatria mereka. Lalu pedang yang hari itu Keir gunakan tidak memiliki lambang kekaisaran dan keluarga Easter seperti milik Ercher dan teman-temannya.

“Kau boleh pergi, Kepala Pelayan. Silakan kunci semua pintunya. Aku akan keluar sendiri.”

“Baik, Tuan Muda.”

***


Sudah lewat tengah malam.

Ercher berdiri dari duduknya di sisi tempat tidur. Ia mengambil pedang dan menyampirkannya di sabuk pedang sebelah kiri. Kemudian menunduk untuk melihat bandul biru pemberian Raeliana.

Apa Raeliana tidak merindukan berjalan-jalan dan makan kue dengan Ercher? Tuan Putri tidak pernah mengirimkan surat untuk menanyakan kabarnya. Padahal Ercher sangat ingin berkumpul seperti malam terakhir di ibu kota itu. Mereka mengobrol sampai pagi.

Ercher mengambil lagi pedang kayu yang tadi sempat ia suruh Obanet bawakan sebelum pria itu meninggalkan kamar. Sambil memegang pedang kayu yang menggantung di tangan kanannya, Ercher melangkah ke tengah ruangan dan lingkaran sihir ungu gelap menyala di bawah kakinya. Tepat pada langkah ketiga, Ercher mengedip. Sesaat berikutnya pada langkah keempat semilir angin menyntuh kulit wajah Ercher.

Ia sudah sampai di lapangan. Tidak disangka kalau Keir sudah berdiri di sana, menatapnya dengan pandangan mengeras. Pria itu marah? Bukan. Apa dia kesal? Terlihat sekali kalau Keir mencengkeram sarung pedang di tangan kanannya dengan sangat kencang karena amarah.

“Kau bisa muncul seperti hantu, ya,” kata Keir.

Ercher tersenyum dan memiringkan kepalanya. “Anda yang seperti hantu, Ayah. Berada di tengah lapangan sendirian sambil memegang pedang. Anda mirip pembunuh bayaran.”

Benar. Ercher sempat melupakannya.

Saat ia masih kecil dan sulit tidur saat malam di paviliun, Ercher melihat Keir berdiri sendirian di tengah lapangan sambil melihat pada jendela biasa Ercher berdiri di kamarnya. Posisinya tepat seperti saat ini, memegang pedang sambil mengeluarkan aura membunuh.

Keir ingin membunuh Ercher.

Sejujurnya Ercher terluka setiap kali melihat Carry yang bisa bicara akrab dengan Duke Servant atau pangeran yang bercengkerama dengan santai bersama kaisar. Mereka terlihat sangat normal sebagai ayah dan anak. Tetapi Ercher malah punya ayah yang sangat ingin membunuh anaknya. Ternyata hanya Ercher yang tidak beruntung.

“Apa Anda mengajak berduel?” tanya Ercher.

“Ya,” jawab Keir. “Kita gunakan aturan duel seperti hukum kekaisaran.”

Hukum kekaisaran? Bertarung dengan tanpa batas sampai salah satu ada yang terluka dan salah satunya baru bisa keluar ssebagai pemenang. Yah, itu sama saja sepetri Keir mengajukan duel kehormatan.

“Apa Anda mau membunuh saya?”

“Aku hanya ingin memastikan apa yang dikatakan oleh Jill dan Pheliod.” Keir menarik pedangnya dari sarung. “Aku hanya ingin tahu, apakah kau memang sehebat itu untuk menjadi kesatria dari calon kaisar berikutnya.”

“Anda mau menguji saya?”

“Aku juga kesatria kekaisaran. Namaku sama bagusnya denganmu. Jangan sungkan. Aku memang berniat mengujimu. Tapi kau boleh melukaiku. Sama sebaliknya. Aku takkan sungkan melukaimu, Sir Ercher.”
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Jum'at (01 Juli 2022)

Heaakkk!!
Hayoloh 🤣🤣 suka Ercher yg manja sama Terra dan Raeli. Atau suka sama Ercher yang badass??

Kalo aku sih suka Ercher bauk ikan. Hahahahaha
Ercher jangan mandi yaakkk
Hahahahhah

Sorry, sampe sini kugantung kalian yang sampe entah kapan. WKWKWKWKK

The Baron's Heart (Tamat)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu