Chapter 31

615 150 19
                                    

Nggak tau, ya.
Akhir-akhir ini tuh aku pemalas banget 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Mau nulis, males. Mau update, Males. Bahkan mau nonton, baca manhwa, dan baca novel aja males.
Bayangin 😑😑 taukdahhhh

Syukur deh aku niat mau update 😭😭 daripada enggak.

***

Sialan!

Rasanya Terra mau mengutuk mereka semua yang ada di meja jamuan teh ini. Termasuk wanita yang baru datang bernama Vanilla itu. Apa ini sudah direncanakan oleh Igrisa dan kedua putranya ini? Kenapa pula Vanilla muncul di sini sebagai keponakannya Igrisa?

Ah, benar-benar bikin naik darah!

“Kalian saling kenal?” tanya Jill pada Vanilla yang langsung mengenali Ercher dan Terra setelah mengangkat kepalanya pasca perkenalan.

Diam, kau Jill. Jangan memancing kemarahanku!

Vanilla mengangguk. “Kami tidak sengaja bertemu beberapa hari lalu. Ada sedikit insiden.”

Sedikit? Terra mengumpat dalam hati. Rasanya saat itu Terra mau menumpahkan banyak krim kue kepada Vanilla yang sok terlihat tak berdaya. Wah, apa dia ini wanita ular? Apa dia sengaja mengincar Ercher?

“Begitu.” Igrisa mengangguk. “Kau sudah diberitahu oleh ayahmu, 'kan?”

Vanilla mengangguk. “Saya diminta datang untuk menjadi pelayan pribadi anaknya Tuan Baron. Tapi saya tidak tahu kalau anak Tuan Baron adalah Sir Ercher.”

Terra mendengkus. Ia sebal bukan main melihat Vanilla. Ah, sial. Ia benar-benar cemburu. Meski Ercher terlihat tak terlalu menanggapi, pria itu dengan santainya makan kudapan seolah tak ada orang lain di meja itu, tetap saja ingatan Terra saat pria itu mengajak Vanilla berkenalan masih membekas. Seorang Ercher yang tidak suka bicara, orang yang bicaranya sekali-sekali mengajak wanita lain berkenalan.

Apa artinya itu kalau Ercher tidak tertarik pada Vanilla. Iisshhh!

“Jadi, saya harus melayani Sir Ercher?”

Igrisa mengangguk. “Ercher suka tinggal di paviliun. Tugasmu tidak banyak, Vanilla. Nanti Kepala Pelayan Obanet akan memberitahu.”

“Apa saya juga harus tinggal di paviliun?”

“Tentu saja tidak,” sambar Terra tiba-tiba. “Mana mungkin pria dan wanita lajang tinggal di satu tempat yang sama tanpa pendamping? Itu akan membuat citra buruk di dunia sosial. Itu bisa jadi skandal kotor.”

“Tapi ... kita tidak di ibu kota, Nona Bellidona,” kata Igrisa sambil mengerutkan keningnya karena mendengar Terra menyahut dengan sangat antusias.

Benar-benar! Wanita ini kenapa, sih?

Vanilla tersenyum pada Terra. “Baiklah. Akan saya ingat. Mungkin lebih baik saya tinggal di kediaman utama dan melakukan tugas saat pagi hari dan kembali saat malam.”

Terra membuang muka. Ia tidak bisa membantah lagi. Yang diucapkan oleh Vanilla adalah satu-satunya cara paling efektif yang pernah ada. Terra tidak mau Ercher dekat² dengan Vanilla. Tetapi ia harus bagaimana?

Terra melirik Ercher. Pria itu bahkan tak merespons. Terra ingin melihat atau mendengar pendapat Ercher tentang ini. Apakah dia baik-baik saja diberikan pelayan?

“Bagaimana, Ercher? Tidak apa-apa pelayanmu adalah Vanilla?” tanya Igrisa.

Terra menunggu Ercher menjawab.

Ercher yang baru saja ingin meraih makaron terakhir yang ada di tengah meja pun menarik kembali tangannya dan menatap Igrisa. Untuk beberapa detik terdiam. Kesabaran dan batas kekesalan Terra bergantung dari jawaban Ercher.

The Baron's Heart (Tamat)Where stories live. Discover now