Chapter 22

594 144 30
                                    

Yeayyy!!!
Aku update. Ntar habis mandi aku update lagi yaaa 😁😁

Jangan luap vote + komennya.
Sekali lagi yang belum baca Tristan, dibaca dulu yaakk.

***

Selama perjalanannya dengan Jill, Terra banyak diam. Ia tidak tahu harus bicara apa. Selain tidak ingin pergi dengan pria ini, Terra juga memikirkan ucapan kasarnya pada Ercher. Entah apa yang Ercher pikirkan sekarang tentangnya. Terra marah tanpa alasan, padahal ia sendiri tahu kalau Ercher tidak salah apa pun. Apalagi pria itu memang tidak tahu apa yang Terra rasakan.

“Kau tertarik pada Ercher?” tanya Jill sambil tersenyum pada Terra. “Ini pertanyaan yang sudah berkali-kali aku ajukan, ya.”

Yah, dan Terra mulai bosan mendengarnya. Kalau dibilang tidak tertarik, Terra sepenuhnya menyukai Ercher. Bisa dikatakan kalau Terra sangat tertarik dengan Ercher. Hanya saja memang belum ke tahap intim. Mungkin sedikit lagi?

“Apa kau tidak mau tahu tentang masa lalu orang yang kau sukai?”

Terra menatap Jill, mulai tertarik dengan ucapan pria itu. “Masa lalu?”

Jill mengangguk. “Siapa ibunya, bagaimana dia lahir atau bagaimana dia hidup di Monsecc. Apa yang pernah dilakukan anak itu.”

Tiba-tiba saja Jill memegang wajahnya yang terluka. Sebuah luka sayatan besar yang melintang diagonal di bagian mata kirinya. Kalau dilihat-lihat mata Jill terlihat normal, hanya saja sedikit ganjil. Kalau luka sebesar itu tidak melukai mata Jill, itu artinya Jill hebat dalam menahan serangan.

Namun, kalau luka itu memang merusak mata Jill, Terra pun tidak heran. Dengan kekayaan Sillabent yang bertumpuk karena tak pernah muncul di ibu kota, Jill tentu bisa membuat artefak khusus yang bisa membuat matanya terlihat normal.

“Sepertinya kau baru tertarik sekarang, ya.”

Terra menghela napas. “Aku tidak terlalu memerhatikannya saat pertama kali bertemu. Wajah Anda.”

“Mata kiriku bukan artefak sihir. Ini memang mata asliku. Hanya saja sudah tidak berfungsi walau terlihat normal. Yang Mulia Pangeran sempat berbaik hati ingin mengobati mataku, karena saat itu sudah terlambat, penyihir medis yang diutus pangeran hanya bisa memulihkan penampilan dan bentuk matanya saja.”

“Jadi ... mata kiri Anda ....”

Jill mengangguk. “Mata kiriku buta.”

Terra tercekat dan mengangguk. Yah, ia bisa membayangkan betapa sakitnya luka itu sampai harus membuat mata Jill terluka. “Tapi, kenapa Yang Mulia Pangeran?”

“Aku terluka sebelum pangeran dan kaisar berkunjung ke Monsecc pertama kali. Mereka datang untuk menjemput Ercher.”

Ah, tentang itu. Terra memang mendengar kalau kaisar menjemput salah satu anak dari Sillbent.

“Kau tahu siapa yang melakukannya? Mau tahu orang yang melukai mataku?”

Dalam diam Terra menelan ludahnya. Ia tidak mau menebak, tetapi dalam hati ia tahu siapa yang Jill maksudkan. Terra menolak untuk mendengar kebenaran dari jawaban yang dirinya sendiri ketahui sebagai kemungkinan.

“Ercher melakukannya hanya dengan sebilah pedang kayu.”

Terra mengepalkan tangan. Seharusnya pedang kayu itu tumpul mana bisa membuat luka sejelas seperti disayat sebuah senjata sungguhan. Apa Ercher memang sudah ditakdirkan jadi kesatria sejak kecil?

“Anak itu pembawa sial, Terra,” kata Jill sambil bersandar di kursinya. Tersenyum. “Orang yang berada bersamanya tak pernah hidup lama.”

***


“Tuan!”

Keir melihat ke pintu saat Obanet mendobrak masuk tanpa permisi. Kepala pelayan itu membawa sebuah gulungan kecil dan berjalan tergesa-gesa menghampiri Keir. Lalu menyerahkan gulungan yang dipegangannya.

Ada lambang katedral Monsecc pada pita yang mengikat gulungan surat itu.

“Katedral mengizinkan utusan kita lewat portal untuk menuju ibu kota.”

Keir segera membuka gulungan itu dan membacanya. Namun, dari keseluruhan isi surat itu ia hanya bisa menangkap intinya. Pendeta Agung Xain Kansafer Reid membuka portal untuk keluarga Sillabent selama Kesatria Ercher Sillabent berada di Monsecc.

Keir meremas surat itu. Lagi-lagi karena keberadaan Ercher. Mereka semua memberikan kelonggaran karena ada anak itu di Monsecc. Apakah pendeta agung bertindak seperti ini atas permintaan kaisar?

Tidak, bukan. Orang itu bahkan takkan membuka portal Monsecc meski berdebat dengan kaisar. Apa yang membuatnya tiba-tiba berubah pikiran hanya karena Ercher?

Anak itu.

“Apa Jill sudah kembali?” tanya Keir.

Obanet mengangguk. “Tuan Muda dan Nona Bellidona sudah kembali beberapa saat yang lalu, Tuan.”

Keir berdiri dan mendekat ke jendela untuk melihat bagian samping yang mengarah pada lapangan latihan yang berseberangan dengan paviliun belakang. Seharian Ercher tidak terlihat di rumah utama. Sudah pasti anak itu berada di paviliun. Ternyata anak itu sangat betah di rumah milik ibunya.

Dulu, Keir mendapat perintah dari kaisar untuk membangun sebuah pavilun karena sahabat baiknya akan singgah di Monsecc untuk waktu yang lama. Namun, Keir malah tidak menyangka sahabat yang dimaksud adalah wanita itu. Sampai akhirnya Keir membuat kesalahan. Lalu pavilun itu menjadi tempat tinggal permanen untuk sang sahabat Kaisar.

“Bilang pada Ercher, aku akan menunggunya di lapangan latihan setelah lewat tengah malam,” kata Keir.

“Tuan?” Obanet menelan ludah. “Anda ....”

“Keluarkan pedangku dari gudang harta.”

“Anda yakin?”

Sudah lama sekali Keir tidak lagi memegang pedang setelah pensiun dan dijatuhi hukuman oleh kaisar bahwa tak boleh lagi menginjakkan kaki di ibu kota. Sudah sekitar 30 tahun Keir tidak memegang pedangnya lagi memutuskan untuk menyimpannya di gudang harta Sillabent. Karena sekarang Keir harus memastikan sesuatu, mau tidak mau ia harus mengangkat kembali pedangnya sebagai kesatria. Karena ketiga kesatria kaisar: Servant, Bellidona, dan Sillabent. Hanya Servant yang masih belum pensiun.

Tidak masalah jika Kier mengangkat pedangnya selama masih berada di wilayah Monsecc. Tidak ada larangan untuk itu.

“Aku harus memastikan sesuatu, Obanet. Lakukan saja apa yang kukatakan. Lalu setelah tengah malam, saat aku keluar, pastikan tidak ada lagi orang-orang yang keluar dari kastel. Siapa pun itu selain aku dan Ercher. Kau juga termasuk.”

“Baik, Tuan.” Obanet mengangguk dan membungkuk.

Meski tidak mau melakukannya, tetapi Obanet tidak bisa membantah perintah Keir. Jadi, malam ini ia harus memberikan pedang Keir sebelum pria itu keluar untuk menemui Ercher.

Entah apa yang akan terjadi malam ini. Yang Obanet tahu, pasti akan ada hal besar di luar kastel. Sudah paling benar untuk tidak membiarkan siapa pun keluar.

“Satu lagi Obanet,” kata Keir tepat saat Obanet ingin berbalik untuk meninggalkan meja menuju pintu. “Saat kau menyampaikan pesan pada Ercher, pastikan tidak ada yang mendengarnya selain anak itu.”

Karena bahaya jika ada orang yang mendengar bahwa mereka berdua akan bertemu. Tidak bagus jika melibatkan orang lain. Lebih lagi sekarang ada putri dari Philips Bellidona. Wanita itu juga tertarik pada Ercher. Jika dia tahu, besar kemungkinan Terra akan keluar untuk ikut campur.

Keir tidak bisa mengambil risiko jika terjadi sesuatu pada Terra. Karena bagaimanapun, ia takkan bisa mengangkat pedang untuk melawan teman-teman yang sudah mengikat sumpah darah bersamanya.

“Baik, Tuan. Saya akan pergi sekarang.”
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Selasa (28 Juni) 2022

The Baron's Heart (Tamat)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum