Chapter 7

67 17 0
                                    

Pada akhirnya, dia bertemu dengan Derek, dan itu sesuatu yang tidak diduganya ketika dia menghampiri Lauren di Pike's. Sahabatnya itu melakukan ini untuknya tanpa memberitahunya terlebih dahulu lantaran paham betul dia takkan datang jika tahu Derek ada di sana. Dia sudah lama menyukai cowok itu tetapi tidak pernah memiliki keberanian untuk menghadapinya. Mereka hanya mengobrol dan makan—dia bahkan tidak bisa menelan makanannya dengan baik—tapi dia merasa begitu gugup. Ketika mereka akhirnya pulang, Derek menawarkan tumpangan padanya, sedangkan Lauren pulang bersama kekasihnya. Itu jelas bukan kencan seperti yang Lauren rencanakan, tapi jantungnya terus bereaksi seakan hendak meledak meskipun cowok itu sudah pergi sejak beberapa jam lalu.

Aku membaca tulisan itu berulang kali, namun tetap tidak bisa memercayainya. Membayangkan kejadian tersebut dua puluh tahun lalu dan dirinya yang sering kulihat, rasanya seperti membandingkan dua orang yang berbeda, yang tidak memiliki hubungan satu sama lain. Dua orang asing dengan kehidupan yang tidak dapat disandingkan. Aku mengingat kembali saat dia berciuman panas dengan seorang pria di atas sofa rumah kami sementara aku lewat di depan mereka. Keduanya tidak berhenti, bahkan ketika aku mendengus secara terang-terangan.

Aku baru akan kembali membaca tulisannya, tapi kemudian, pintu kamarku diketuk, disusul oleh suara serak yang mengikutinya. "Hei, kau di dalam?"

Selama beberapa saat, aku hanya bergeming di tempat tidur, merasakan kekhawatiran yang tak biasa. Aku sudah berhasil menghindari cowok itu selama beberapa hari, bahkan, sepanjang makan malam tadi, aku memilih untuk mempertahankan tatapanku agar tidak berpindah padanya. Aku sudah mengetahuinya, bahwa Nero bukan sepupuku. Ibuku tidak memiliki saudara, dia anak tunggal. Dan setelah dia pergi, Karime bilang kalau dirinya hanya tinggal berdua bersama suaminya sebelum pria itu meninggal setahun kemudian. Lalu Karime tinggal sendiri sampai dia bertemu dengan Nero.

Aku tidak peduli siapa dirinya, tetapi yang jelas, malam itu adalah kesalahan. Seharusnya, aku tidak membuatnya berpikir bahwa kami bisa berteman seperti yang Karime harapkan. Aku tidak tahu kenapa perlu melakukan ini padanya, mengingat kami tinggal serumah, yang pasti adalah, aku tidak ingin dekat dengan siapa pun. Aku bahkan tidak pernah mengaktifkan media sosialku lagi, atau sekadar membuka E-mail. Aku butuh lebih banyak waktu dan keberanian untuk menghadapinya, sebab hantu-hantu itu bukan semata-mata datang dan pergi, mereka akan menjadi pengingat bahwa kau tidak bisa lagi melakukan apa pun tanpa hal-hal buruk yang sedang menanti.

"Apa kau sudah tidur?" tanyanya lagi.

Aku masih diam membisu, membiarkannya berpikir demikian, akan lebih baik jika dia memercayainya.

Tak lama, aku mendengar pintu di kamar sebelah ditutup. Lalu, hanya untuk memastikan, aku mengintip melalui lubang pintu. Tidak menemukan siapa pun. Aku berasumsi Nero sudah kembali ke kamarnya, dan aku langsung mengembuskan napas lega, tidak begitu yakin mengapa setegang ini.

Aku memutar tubuhku, hendak kembali ke tempat tidur saat aku melihatnya sudah berdiri di depanku, membuatku langsung menjerit dan nyaris terjengkang jika dia tidak menahan tanganku.

"Woaahhh ... aku tidak memperkirakan itu."

Dengan cepat, kulepaskan tangannya yang masih menyentuhku, mendorongnya dengan kasar hingga membuatnya terhuyung ke belakang.

"Apa yang sedang kau lakukan? Kau berusaha menerobos kamarku? Kau sengaja menakutiku?"

Dia terlihat panik. "Tidak! Tidak! Tidak seperti itu! Aku tidak sengaja. Mungkin ya, aku menerobos kamarmu, tapi kau membiarkan jendela kamarmu terbuka."

Nero benar, aku membiarkan jendela kamarku tetap terbuka agar udara malam yang agak sejuk bisa masuk, tetapi itu tidak membenarkan tindakannya menyusup begitu saja ke dalam kamarku. Pikiran tersebut membuatku seketika was-was, menyadari kalau aku sama sekali tidak tahu apa pun tentang cowok ini selain dia adalah anak angkat Karime.

The Things She Left BehindWhere stories live. Discover now