53: Tumbang

10.8K 951 15
                                    

Beberapa waktu berlalu tanpa terkira sejak kejadian penculikan waktu itu, Zee pun secara perlahan mulai kembali beraktivitas normal seperti biasa meskipun perbedaannya Dafa yang makin protektif pada keselamatan bocah itu.

"Wah anak Mamah pinter banget dapet juara satu!" seru Celine meluap-luap senang menatap rapot putranya itu.

Zee tersenyum lebar dengan bangganya, tak lupa sambil menepuk dada pongah. "Iya dong siapa dulu, Z-E-E!" koarnya sangat percaya diri.

Celine terbahak seketika, merasa gemas dan lucu dengan tingkah anak ini. Hari ini memang hari pembagian rapot kelulusan Zee dan hasilnya benar-benar membuat Celine terkejut, ternyata anaknya memang sangat pintar, tidak heran sih jika melihat Dafa yang mewariskan gen nya.

"Papah mana kok gak dateng ke pembagian rapot Zee!" cecar Zee manyun, padahal niatnya ia mau pamer loh ke Papahnya.

Celine justru terkekeh geli, mengacak gemas rambut anaknya itu. "Kan Papahmu lagi di luar kota, tunggu pas pulang nanti Zee bisa pamer ke Papah." Bujuk Celine dengan penuh pengertian.

Zee mulai mengendorkan ekspresinya meskipun masih terlihat jengkel, melihatnya Celine jadi berinisiatif untuk melakukan sesuatu.

"Karena hari ini Zee dapet juara satu maka Mamah bakal kasih hadiah buat Zee." Bujuknya, bola mata Zee langsung membesar seketika.

"Beneran?!" serunya melompat-lompat senang.

Celine tak kuasa menahan kikikan gelinya, "iya, hari ini kamu boleh beli mainan apapun yang kamu mau."

Mendengar hal itu sekarang bukan hanya mata Zee yang melotot tapi mulutnya ikut melongo bulat, dan tanpa diduga Zee tiba-tiba menarik tangan Celine membuat Celine hampir mleyot oleng.

"AYO BELI MAINAN!" serunya dengan semangat 45.

Celine yang ditarik hanya bisa meringis kaku, "jangan lari-lariaaaaan." Pekiknya frustasi namun Zee dengan sengaja justru menambah tempo kecepatan.

***

Zee melangkah riang gembira bahkan sesekali melompat-lompat girang berbanding terbalik dengan Celine yang wajahnya tertekuk seperti keset bekas. Celine berjalan membuntut di belakang Zee sambil meneteng mainan yang jumlahnya luar biasa ini. Mulai dari robot luar angkasa sampai kapal tempur tidak ada satupun yang lewat.

"Wah itu-itu Zee mau itu!" seru Zee menunjuk boneka beruang seukuran tubuhnya.

Celine yang melihatnya langsung melotot horor, mampus sekali jika ia disuruh membawakan mainan sebesar itu. "A-anu Zee kita makan dulu ya, soalnya Mamah laper." Alibi Celine mencoba mengalihkan perhatian.

Zee mengerutkan dahinya berpikir, awalnya memang tidak senang tapi karena ia adalah anak yang berbakti maka ia akan menuruti perintah Mamahnya.

"Oke deh, tapi nanti tetep beli itu ya!" tukasnya menuntut.

Celine menghela napas panjang, mengangguk paksa. "Iya nanti tetep beli." Jawabnya pasrah, Zee pun langsung menyengir lebar.

Selanjutnya mereka bergegas menuju salah satu restauran yang paling dekat dari tempat mereka, setelah makanan mereka terhidang di atas meja mereka langsung makan, namun tidak terlalu lama setelahnya Celine jadi mengerjap heran karena Zee sudah menyelesaikan makannya.

"Kok gak dihabisin?"

Zee cemberut, "Zee udah kenyang."

Celine hanya bisa menghela napas panjang, setelah kejadian penculikan waktu itu hal yang paling merubah Zee adalah porsi makan bocah itu, bahkan sekarang Celine bisa mengamati kalau ukuran pipi Zee tidak se chubby dulu, entah Celine harus senang atau tidak dengan hal ini.

"Yaudah sini biar Mamah habisin."

"Mamah kalau laper beli lagi aja yang baru, jangan makan bekas Zee." Cegahnya, hal yang sangat mengagumkan untuk ukuran anak TK yang mau masuk SD.

Celine tidak bisa menyembunyikan senyuman bangganya, "gak papa mubazir kalau gak dihabisin."

Zee makin cemberut, "uang Papah banyak jadi Mamah beli aja yang baru." Mendengar perkataan polos Zee Celine tidak bisa menahan tawa gelinya sekarang.

"Bukan masalah uang, tapi kamu harus tau di luar sana banyak orang yang kelaparan jadi membuang-buang makanan itu tidak baik." Penjelasan dari Celine sukses membuat Zee tercenung, akhirnya dengan ikhlas bocah itu memberikan piringnya yang masih tersisa setengah kepada Celine.

"Yaudah kali ini Mamah yang makan, tapi lain kali Zee akan habisin makanannya." Ujarnya dengan kerlipan lugu yang jujur.

Celine tentu saja sangat bangga, padahal ia hanya mengajarkan hal sederhana tapi rasanya sudah seperti pencapaian yang besar. Akhirnya Celine menghabiskan semua makanan yang tersisa, namun perempuan itu sedikit menyesal karena tiba-tiba perutnya begah dan mual padahal pas makan tadi ia merasa baik-baik saja.

"Zee kita pulang ya," ajak Celine dengan wajah mulai pias.

"Kok pulang sih katanya mau beli mainan yang tadi!" tuntut Zee merengut.

Celine meringis, ah dirinya lupa. Mau tidak mau ia harus menepati janjinya, "yaudah ayo beli mainan yang kamu mau." Ajaknya membuat wajah Zee langsung berbinar-binar.

Dengan penuh semangat Zee langsung melompat dan berlarian pergi membuat Celine mendelik kaget, dengan buru-buru Celine segera mengemasi barangnya dan berlari mengejar bocah itu, Celine hanya bisa mendesah tak habis pikir.

"Zee jangan lari-larian!" omel Celine saat berhasil menangkap bocah itu.

"Ih Mamah lari dikit kok udah ngos-ngosan aja, kalah sama Zee hahaha!" ejeknya gak nanggung-nanggung, Celine pun hanya bisa merengut sambil menutup mulutnya yang kembali mual.

Kayaknya dirinya masuk angin.

***

"Mah-mah bangun udah sampe rumah!" goyang Zee ke tubuh Celine yang sedang meringkuk lemah, sumpah sekarang Celine merasa seperti mabuk perjanan.

"Sebentar Zee perut Mamah gak enak," tahan Celine menyandarkan kepalanya ke jendela mobil, ia sedikit menyesal tidak membawa bawahan saat ke mal tadi jadinya harus membawa barang belanjaan Zee yang jumlahnya bikin geleng kepala.

Zee mencebik, dengan tidak peka justru menarik paksa tangan Celine turun dari mobil. "Zee mau main sama Mamah ayo turun."

Celine hanya bisa mendesah berat, dengan pasrah ditarik bocah itu turun. Begitu kakinya menapak tanah Celine benar-benar merasa keseimbangan tubuhnya mulai berkurang, tapi sebisa mungkin perempuan itu menahannya.

"PAPAH?!" pekik Zee heboh tak karuan melihat Dafa yang berdiri menunggu di depan pintu.

Celine mengerjap lemas menatap ke depan, sangat kaget karena Dafa sudah pulang dinas, padahal lelaki itu mengatakan akan pulang lusa. Zee langsung berlari menghambur ke pelukan Dafa, seperti biasa bocah itu dengan pongah langsung bercerita panjang lebar memamerkan peringkat juaranya.

Celine yang masih bertahan di posisinya hanya tersenyum kecil menatap mereka dengan pandangan mulai mengabur.

Bruk!

"CELINE?!"

"MAMAH!"

Dafa dan Zee langsung berlari kearahnya dengan tergesa-gesa, Celine tidak seratus persen kehilangan kesadaran tapi tubuhnya benar-benar tidak berdaya bahkan untuk sekedar bergerak. Dafa jelas sangat panik, sayup-sayup Celine masih bisa mendengar teriakan histeris suami dan anaknya.

Dan tak lama kesadaran Celine akhirnya hilang sepenuhnya.

***

TBC.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang