15: Finally

23.3K 2.1K 74
                                    

Lelaki bertubuh atletis dengan balutan kemeja berantakan itu menatap bangunan di depannya, perlahan dengan yakin kakinya menghentak masuk ke gedung tersebut.

Entah kenapa Dafa tiba-tiba teringat apartemen Riski, tapi apakah mungkin Celine sungguh ada disini? Sepanjang kakinya melangkah dadanya terus bergemuruh sendiri karena pergulatan batin.

Ting!

Terdengar suara denting pintu lift bertepatan dengan seorang anak kecil yang menabraknya, Dafa langsung berbalik mengecek keadaan anak tersebut, dan bersamaan dengan itu Riski melangkah keluar lift.

"Maaf ya Kak."

Dafa tersenyum, mengacak singkat rambut bocah perempuan manis itu. "Iya gak papa, lain kali hati-hati," pesannya sebelum masuk ke dalam lift.

Selama menunggu sampai di lantai atas Dafa beberapa kali tampak menghela napas berat, parah sih ia melepaskan investor besar seperti Ani, tapi meskipun sedikit menyesal rasa plong di dadanya jauh lebih besar. "Ternyata keberadaan Celine lebih besar dari yang kupikirkan." Desahnya mengurut pangkal hidungnya, lift kembali terbuka, dengan langkah mantap lelaki itu mulai keluar berjalan kearah apartemen Riski yang sangat ia hapal letaknya. Ia dan Riski memang sudah berteman sejak jaman kuliah.

Ting Tong!

Dafa bersandar di tembok, bersedekap menunggu pintu dibuka. Ini sudah sangat malam tapi ia tidak bisa menunggu sampai besok, ia harus segera menemukan Celine.

Ceklek.

"Kenap--" Celine membatu di tempat, Dafa pun langsung menegakkan tubuhnya. Dua orang itu bertatapan cukup lama dalam diam.

"Tunggu!" Cegah Dafa buru-buru saat melihat Celine yang ingin menutup pintu, "dengerin penjelasan saya dulu."

"Minggir!"

"Nggak!"

"Saya bilang minggir, Anda paham bahasa manusia 'kan?!" Rahang Celine mengeras.

"Nggak mau!" Kekehnya.

"MINGGIR ATAU MAU SAYA TAMPAR LAGI WAJAH MENJIJIKKAN BAPAK?!!" Bentak gadis itu meradang, Dafa langsung terhenyak diam, wajahnya menyendu sedih tapi kekecewaan Celine lebih besar dari yang terkira.

"Apa segitu marahnya kamu sampai gak mau denger penjelasan ku?" Lirih lelaki itu kecewa.

Celine mengepalkan tangannya, satu tamparan langsung melayang membuat Dafa spontan memejamkan matanya tanpa berniat menghindar.

Tapi sampai beberapa lama tak ada yang terjadi, perlahan lelaki itu mulai kembali membuka matanya. Dan tatapan wajah mengeras dengan mata memerah berkaca-kaca Celine lah yang terlihat.

Gadis itu terlihat sangat ingin menghabisi Dafa tapi tak sampai hati untuk melakukannya.

"A-apa Bapak belum puas lihat saya menderita? A-apa Bapak masih ingin menyiksa saya? Silakan Pak, hati saya sudah terlalu mati rasa!" Celine mengeluarkan segala kemurkaannya. Terlihat sekali kalau gadis itu sangat menahan untuk tidak menangis meskipun sia-sia karena air mata tidak bisa ditahan.

Dafa tertegun, hatinya ikut sesak melihat keadaan Celine. "Saya--"

"Saya memang menyukai Bapak, tapi tidak seharusnya Bapak melakukan ini semua ke saya. Saya masih punya perasaan, kenapa lelaki sebajingan Bapak yang harus saya sukai, sih?!" Celine terkekeh miris sendiri, membuang muka ke segala arah tanpa ingin menatap Dafa. Demi apapun ia bahkan jijik jika melihat wajah Dafa, hanya bayangan kelakuan brengseknya yang teringat.

Dafa benar-benar merasa bersalah, "itu tidak seperti yang kamu kira--"

"Sudahlah Pak," potong Celine dengan wajah lelahnya. "Kita akhiri saja semua drama picisan ini disini, Bapak kan juga tidak menyukai saya jadi saya akan berusaha melupakan Bapak mulai sekarang." Celine kembali menutup pintu, namun lagi-lagi Dafa mencegahnya membuat Celine lama-lama geram sendiri.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang