16: Pacaran

24.8K 1.9K 34
                                    

"Ini?" Celine menatap Dafa mengernyit.

Lelaki itu berjalan masuk lebih dulu, duduk di atas ranjang dengan tenang. "Kamar baru kamu." Ujarnya dengan pembawaan tenang.

Celine jelas kaget, dari kamar sempit sederhana langsung berubah menjadi kamar mewah, dampak hubungan ini lebih besar daripada perkiraannya.

"Sini." Dafa merenggangkan kedua tangannya meminta gadis di depannya masuk ke dekapanya, dengan gaya sok jaim Celine perlahan masuk ke pelukan Dafa malu-malu. Dafa diam-diam tersenyum, mengelus ujung kepala Celine. "Mulai sekarang kalau kamu butuh apa-apa langsung kasih tau aku."

"Emang bakal dikasih?" Tanya Celine mendongak menatap Dafa polos.

Lelaki itu menoel ujung hidungnya pelan, "asal gak matre-matre amat bakal aku turutin." Balasnya dengan kekehan, Celine langsung tertawa geli mendengarnya.

"Yaudah aku mau minta sesuatu kalau gitu!" Putusnya mengurai pelukan.

Dafa sedikit memiringkan kepalanya menunggu.

"Aku mau minta ... " Celine memasang wajah mencurigakan. "Kamu! Sekarang kamu udah jadi milik aku." Tawanya meledak saat melihat Dafa yang kaget karena tiba-tiba di dekap rapat.

Lelaki itu tidak bisa menyembunyikan ekspresi sumringahnya, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Celine. "Dasar!" Cibir lelaki itu padahal sebenarnya sangat bahagia.

"Hak cipta kamu udah jadi milikku ya Pak, jadi jangan macem-macem." Peringat Celine.

Dafa menyipitkan mata dengan pipi bersemu samar. "Yaudah aku minta satu macem aja kalau begitu."

"Apa--mpph?!" Bola mata Celine membulat sempurna, benda lembut dingin yang mengecap bibirnya membuat jantungnya berdebar hebat. Tangan Dafa naik melingkari pinggang ramping Celine, dan cukup satu hentakan posisi Celine langsung berubah di bawah kuasanya.

Tangan Dafa merayap perlahan, menggenggam jemari Celine dan membawanya ke samping kepala. Bibirnya masih terus bermain di bibir gadisnya.

"Mphh .. P-pak," Celine malah keenakan melingkarkan tangannya ke leher Dafa, keduanya benar-benar tenggelam dalam perasaan asmara yang menggelora.

Brak!

"Papah Mama--...h." Boneka beruang di tangan bocah gembul itu jatuh, kedua matanya yang polos berkedip-kedip dengan bibir melongo.

Celine langsung mendorong Dafa sampai lelaki itu hampir terguling dari atas kasur, dua orang itu megap-megap terlihat begitu panik.

"Papah kok jahat! Papah ngapain nindihin badan Mamah?!!" Omel bocah itu tiba-tiba berlari memeluk Celine, untung posisi pintu membelakangi Dafa jadi Zee cuma melihat punggungnya saja, dengan tajam Zee menatap Dafa. "Zee bakal jagain Mamah!" Tunjuk nya dengan serius.

Tak ayal Dafa dan Celine langsung menggigit bibir sambil membuang muka takut akan tertawa meledak.

"Zee jangan salah paham, tadi badan Mamah capek jadi Papah pijitin." Jelas Dafa jelas sekali ngibulnya.

"Oooh~" Dengan lugu Zee malah percaya-percaya saja. Lagian bocah umur 5 tahun paham apa?

"Kamu jam segini kok bangun?" Tanya Celine mengelus surai lembut Zee.

Zee dengan nyaman bersandar di dada Celine membuat Dafa reflek mendelik, lumayan iri, "tadi Zee haus jadi Zee ambil minum, trus Zee dengar suara Papah sama Mamah di kamar ini yaudah Zee kesini. Papah sama Mamah tidur bareng kok gak ajak-ajak Zee?!" Protesnya ngambek.

Celine seketika melotot kaget. "E-eh, nggak! Papah sama Mamah gak tidur bareng kok!" Bantah nya buru-buru.

Zee malah dengan santai berbaring diatas kasur, kedua tangan dan kaki pendeknya direnggangkan membuat penampakan bocah itu jadi mirip bintang laut. "Zee mau tidur sama Mamah Papah!" Putusnya.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang