29: Sakit

13K 1.2K 13
                                    

"Kondisi pasien tidak parah, hanya drop sepertinya sedang stres, sebentar lagi siuman." Penjelasan dokter di depannya membuat napas yang sejak tadi tertahan akhirnya bisa lepas, Dafa bersandar di tembok dengan kelegaan luar biasa. "Kalau begitu saya permisi, panggil saya kalau ada sesuatu yang darurat." Pesan dokter tersebut diangguki singkat Dafa, selanjutnya dokter itu melenggang pergi dari ruangan putih dengan aroma obat yang menyengat itu.

Dafa membalik badan, dapat melihat anaknya yang sedang terlelap di atas sofa, dengan perhatian Dafa membenarkan posisi tidur Zee dan melepaskan jasnya untuk dijadikan selimut anaknya. Zee pasti kelelahan.

Setelah itu Dafa berjalan mendekati brankar Celine, bibir pucat dan mata membengkaknya membuat Dafa berkali-kali tak mampu menahan sesak, ini salahnya, ia yang membuat Celine jadi stres.

"Hangat." Seulas senyuman manis terbit di bibir Dafa saat lelaki itu menggenggam jemari Celine, beberapa kali ia tampak mengusap-usap punggung tangan kekasihnya itu. "Bangun Cel," Dafa mulai berbicara, meskipun Celine belum siuman. "Aku takut ... sangat takut kehilangan kamu, ini semua salah aku, maafin aku." Dafa menunduk, menjatuhkan kepalanya di tangan Celine, perasaannya sekarang sedang sangat campur aduk.

Drrrt ... Drrrt ...

Dafa tersentak, langsung merogoh HP nya dan keluar kamar karena tidak ingin mengganggu Celine dan Zee. Alis lelaki itu jadi tertarik begitu melihat nomor yang meneleponnya adalah temannya, tanpa pikir panjang Dafa langsung mengangkatnya.

"Hm?" gumam Dafa membalas sapaan orang di seberang.

Tak lama Dafa terdiam setelah mendengar penuturan maksud temannya menelepon, lelaki jangkung dengan proporsi tubuh kekar itu memijit pangkal hidungnya sesaat.

"Gue gak bisa janji, soalnya gue lagi banyak kerjaan." Balasnya menanggapi tawaran reuni temannya. Suara ledekan temannya membuat Dafa langsung mendengus malas. "Yaudah gue matiin, gue sibuk." Tukasnya sebelum merijek telepon temannya itu, Dafa memasukkan HP nya ke dalam saku sambil kembali memikirkan tawaran reuni temannya tadi.

Ini bukan waktu yang tepat, ia mempunyai banyak masalah jadi menghadiri acara seperti itu bukan prioritas utama baginya. Dafa selanjutnya berjalan kembali masuk ke dalam kamar tempat Celine di rawat, dan begitu kagetnya ia saat melihat Celine sudah sadar, bukan hanya itu Celine bahkan berjalan ke sofa Zee lalu dengan hati-hati membaruh bantal di bawah kepala bocah itu.

"Cel—"

"Sssttt!"

Dafa langsung diam, Celine dengan telaten juga mengganti jas Dafa tadi dengan selimut yang ia pakai di brankar, Dafa yang melihat Celine kesulitan mendorong selang infus dengan peka membantunya.

"Kamu yang harusnya istirahat." Bisik Dafa.

"Gak papa, lagian aku cuma kecapekan, bukan koma." Balas Celine cuek sambil duduk menyamping di sofa dan mengelus-elus lembut kepala Zee.

Dafa langsung menyendu, menarik Celine dan sedikit memaksa agar gadis itu mau kembali ke brankar. "Jangan protes, kondisi kamu sekarang sedang lemah!" tegas Dafa kali ini tak mampu Celine bantah. Namun tak lama ekspresi galak Dafa tadi mengendor, lelaki itu menatap Celine lembut.

"Kenapa gak telepon aku kalau kamu lagi sakit? Aku pasti langsung pulang Cel."

Celine justru tersenyum tipis, "aku juga gak sadar tiba-tiba pingsan."

Grep.

Pupil mata Celine sedikit membesar menerima pelukan tiba-tiba dari Dafa, pelukan Dafa terasa erat tapi tidak membuat Celine sesak, "aku cemas sama kamu." Bisiknya serak.

Celine mengulum bibirnya, menaruh kepalanya di bahu lebar Dafa. "Aku gak selemah itu, gak perlu cemas."

"Gak lemah apanya, kamu sampe pingsan karena drop, kamu pikir itu lucu?" Dafa mengomel tapi dengan suara sepelan mungkin yang malah membuat Celine terkikik geli.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang