37: Lamaran

12.1K 1.2K 33
                                    

Deg!

"I-ini serius Mas?" Celine sampai menutup mulut dengan tangan saking syoknya.

Dafa terkekeh pelan, maju selangkah dan dengan lembut menurunkan tangan Celine. "Memangnya aku kelihatan kayak lagi bercanda, hm?"

"Ya siapa tau aja kan, kemarin aja Mas ngajakin aku nikah cuma bercanda." Celine mencebik.

Ctak!

Celine spontan mendelik saat keningnya disentil oleh Dafa, "ini momen nya lagi romantis jangan berantem dulu," Dafa menghela napas, menyodorkan cincin yang entah sejak kapan dikeluarkan oleh lelaki itu. "Jadi gimana ... kamu mau nggak jadi istri aku?" ulangnya terlihat kalem padahal tangannya sedang menahan gemetar tremor.

Celine diam-diam mengulum senyumnya, menahan euforia di dadanya yang seperti ingin meledak saking senangnya.

"Emm ... gimana ya Mas."

"K-kok gitu, jawab iya dong." Dafa langsung panik, masa dirinya mau ditolak, kan gak lucu.

Melihat wajah panik dan ketakutan Dafa membuat Celine mati-matian harus menahan tawa gelinya, ternyata lelaki ini sangat lucu jika dikerjai.

"Habisnya kamu lamar aku di halaman rumah begini, padahal kan sebagai cewek aku maunya dilamar di tempat yang romantis gitu, yah intinya Mas Dafa gak modal."

Dafa makin belingsutan, "i-itu idenya Zee!" lelaki itu tiba-tiba menunjuk Zee yang sejak tadi masih anteng membawa spanduk 'will you marry me', tentu saja bocah itu mendelik tak terima. "Sebenarnya aku tuh udah ngerencanain buat lamar kamu di tempat mewah Cel." Jelas Dafa makin membuat Zee melotot bulat-bulat, wah asem sekali dirinya yang dijadikan tumbal.

Celine sudah tidak kuat mengerjai Dafa lagi, gadis itu tertawa renyah sembari mengulurkan jemari tangannya membuat Dafa seketika tertegun diam.

"Kok diem aja, pakein."

Dara berkedip-kedip, "i-ini..."

"Iya aku mau jadi istri kamu."

Dafa sampai menahan napas saking senangnya, ekspresi tak percaya dan bahagia menyatu tidak dapat digambarkan.

Tanpa menunggu lama lelaki itu langsung memakaikan cincin ke jari manis kekasihnya, dan langsung mendekap erat tubuh mungil Celine, kecupan-kecupan ringan tak berhenti ia bubuhkan pada ujung kepala Celine. Ia sangat bahagia, luar biasa bahagia.

"Makasih ... makasih banget, aku janji bakal bahagiain kamu selamanya." Bisiknya dengan suara serak.

Celine terkekeh dengan mata berkaca-kaca, "iya kamu memang harus bahagiain aku, awas aja kalau sampai bikin aku sedih." Ancamnya membuat Dafa makin erat memeluknya.

Mereka berdua hanyut dalam suasana haru yang tidak dapat dijabarkan, perasaan senang yang luar biasa membuncah membuat Dafa sampai takut jika ini semua hanya bunga tidur.

"Eh!"

Dafa spontan menegak saat tak sengaja bertatapan dengan Zee, wajah merengut dengan mata memicing anaknya membuat Dafa gelagapan karena ingat tentang tuduhan palsunya tadi.

"Zee sayang~" Dafa tersenyum kaku tak lupa pakai nada paling lembut.

Zee bersedekap, menatap sinis Ayahnya. "Gak usah manggil-manggil, kita gak kenal!" lalu melenggang masuk rumah, tak lupa menarik lengan Celine sehingga menyisakan Dafa seorang diri disana.

Dafa tersenyum ngenes, ini dirinya harus seneng atau sedih ya?

***

"Gimana Zee udah tidur?"

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang