21: Tembakan Telak

15.9K 1.5K 110
                                    

Bocah bertubuh gempal dengan kulit putih bersih itu melompat-lompat sembari meneteng robot-robotannya, "Mamah kenapa gak pulang-pulang sih, kan Zee mau main bareng!" dengusnya dengan bibir mencuat, mata bulat bocah itu mengerjap cepat saat melihat pantulan seseorang dari teras. Zee memicing, lalu dengan gaya dekektif ia mengendap-endap untuk memergokinya.

"DOR! MAMAH KAGET YA HAHA—..haha." Zee kicep, berkedip polos. "Tante siapa?!" tanyanya sebal, ia kira tadi Mamahnya.

Sela yang tadi sempat melambung langsung seperti dihantamkan ke tanah, perempuan hanya mampu tersenyum miris sembari berjongkok, menyejajarkan tingginya dengan bocah di depannya.

"N-nak ..."

Zee langsung mundur sambil memeluk robotnya, wajahnya memicing tajam. "Tante siapa?!" pekiknya tak santai.

Sela mengulum bibirnya dengan tatapan haru tiada tara, bocah ini .... anaknya, air mata perempuan tiba-tiba meluruh.

"I-ini Mamah, ini Mamah sayang..." ujarnya menahan rasa bahagia yang luar biasa.

Zee makin mundur dengan wajah curiga, "Mamah Zee bukan Tante!"

Sela mematung syok. "A-apa?" tanyanya tak percaya.

Zee masih tak menyurutkan tatapan sangar nya, "Mamah Zee bukan Tante, Mamah Zee itu Mamah Celine!"

Deg!

Hati Ibu mana yang tidak mancleos mendengar ucapan seperti itu dari mulut anaknya sendiri.

"S-siapa Celine?" tanya Sela menahan rasa takutnya, apakah Dafa sudah memiliki kekasih? Atau lelaki itu sudah menikah lagi?

Bagaimana Dafa bisa setega itu dengan dirinya?

Zee berkedip polos, tatapan tajam nya seketika berubah jadi cerah sumringah. "Dia Mamah—EH?!" Zee langsung menghentikan ucapannya saat tubuhnya tiba-tiba ditarik ke belakang, bocah itu mendongak lugu menatap Papah nya yang seperti sedang marah.

Hii .. serem.

"Kamu masih disini?!" bentak Dafa menatap tak percaya kearah wanita di depannya. "Pergi!" usir Dafa sampai urat di sekitar lehernya menegang.

Sela terkesiap, tapi justru mengulum bibirnya senang. "Itu ... Putra kita?"

Dafa melotot murka, Zee yang berada di tengah-tengah perdebatan dua orang dewasa itu cuma bisa berkedip kebingungan.

"Lancang! Dia gak ada hubungan apapun denganmu!" bentak Dafa marah.

Sela menelan ludah susah payah, sekalipun nekad nyatanya nyali nya sebagai wanita tetaplah penakut. "T-tapi aku Ibunya Daf, aku yang telah melahirkan—"

"Melahirkan lalu menelantarkan nya?" Dafa membuang muka, terkekeh sinis. "Aku gak tau apa motifmu sampai melakukan ini semua, tapi aku sarankan untuk kamu berhenti sekarang juga, karena .." Dafa sengaja menggantung ucapannya, mencekram kuat rahang Sela. "Aku gak akan segan buat kasih pelajaran kamu jika kamu masih usik hidup aku." Desisnya dengan suara dingin, selama beberapa detik setelahnya cuma ada keheningan dengan Dafa yang masih bertahan di posisinya dan Sela yang terdiam kaku.

Sampai ...

"MAMAAAH!!!"

Dafa berjengkit, spontan mundur menjauh dari Sela. Zee tersenyum riang, langsung berlarian senang menuju Celine yang berada tak jauh dari sana, bocah itu langsung memeluk kaki Celine kuat-kuat. "MAMAAAH! ZEE KANGEEEN!!" pekik bocah itu cempreng, terlihat luar biasa senang.

Celine cuma tersenyum singkat sembari mengelus kepala Zee, namun matanya melirik tajam pada dua orang yang berada beberapa meter darinya itu.

Siapa wanita itu? Kenapa Dafa bisa sedekat itu dengan dia? Pertanyaan-pertanyaan itu mulai hinggap di kepalanya.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang