28: Goyah

13.4K 1.1K 9
                                    

"Sudah cukup." Tahan Dafa saat Celine ingin menambahkan lauk pauk, dengan patuh Celine menjauhkan dirinya sembari duduk bersisihan dengan Zee yang sudah asik menghabiskan ayam gorengnya, rencana diet bocah itu harus ditunda dulu soalnya tadi pagi Zee guling-guling ngamuk pengen makan ayam goreng, alhasil bocah itu berhasil mendapatkan ayamnya dengan siasatnya itu.

"Hari ini biar aku yang anter Zee ke sekolah, kamu istirahat aja di rumah." Ujar Dafa disela sarapannya.

"Gak usah—"

"Gak ada bantahan!" tegas lelaki duda itu membuat Celine tak mampu berkutik, kalau Dafa sudah tegas begini artinya sudah tidak dapat diganggu gugat.

Celine menghela napas panjang, menatap lamat wajah Dafa yang sama sekali tidak meliriknya. "Mas Dafa marah ya sama aku?"

Dafa yang ingin menyuapkan makanan ke mulutnya langsung terhenti, seperti gerakan slow motion lelaki itu memutar leher menatap wajah Celine, terdengar helaan napas panjang darinya. "Aku gak marah sama kamu, jangan overthinking."

"Gimana aku gak overthinking kalau sejak kemarin Mas banyak diemin aku, bahkan kayak dingin gitu!" balas Celine lugas, lebih baik blak-blakan daripada memendam unek-unek yang bikin sakit hati.

Grep.

Celine terkesiap menatap jemarinya yang digenggam Dafa, lelaki itu menatapnya kembali, namun dengan lebih lembut. "Aku cuma kepikiran aja sama omongan lelaki itu." Celine berkedip bingung, Dafa lagi-lagi mengeluarkan helaan napas beratnya. "Cepat atau lambat aku harus menghadap orang tua kamu." Imbuhnya membuat Celine tak mampu menyembunyikan kekagetan wajahnya.

"Ngapain sih, gak usah pikirin mereka."

"Mereka orang tua kamu Cel."

"Orang tua mana yang kurung anaknya sendiri, aku itu manusia bukan hewan Mas!" suara keras Celine agaknya menarik perhatian Zee, bocah yang celemotan minyak di tangan dan bibirnya itu melongo polos, lalu meletakkan ayam gorengnya yang cuma sisa tulang ke atas piring.

"Mamah marah ya sama Papah?"

"Eh?!" Celine terperanjat, Dafa ikut menoleh cepat.

"Jangan berantem, Zee gak suka lihatnya." Ujar Zee dengan sorot mata lugunya.

Celine menyendu, sadar kalau tidak seharusnya ia bertengkar di depan bocah sekecil ini. "Nggak kok, tadi Mamah cuma bercanda, kamu udah selesai belum makannya?" Celine mengelus kepala Zee, bocah gembul itu mengangguk semangat.

"Udah!"

"Good, ayo cuci tangan dulu!" titah Celine lalu membantu menurunkan Zee dari atas kursi dan membawanya ke dapur.

Diikuti tatapan diam Dafa, lelaki itu terlihat sedang bergulat dengan pikirannya.

***

Tok tok tok!

Pemuda yang sedang bergelud dengan pekerjaannya itu melirik daun pintu, disibaknya rambutnya perlahan.

"Masuk!" titahnya dan tak lama terlihat sekretarisnya masuk.

"Ini jadwal hari ini Pak." Ujarnya sembari meletakkan catatan ke depan Jordi.

Jordi menghela napas, mengangguk sekilas sebelum memberi tanda menyuruh sekretarisnya keluar. Lelaki itu tidak mengecek jadwalnya melainkan malah membuang muka ke luar jendela untuk melihat keadaan kota karena kebetulan ruangannya berada di lantai paling atas.

"Huft ..." suara helaan napas dengan sorot mata lelahnya begitu ketara, terlihat sekali kalau ia sedang memikirkan sesuatu yang cukup berat.

Perlahan Jordi beranjak dari kursinya, lalu berjalan mendekati jendela kaca besar dan menatap ke luar dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang