10: Patah Hati

25.4K 2.3K 71
                                    

Celine membatu, di depannya Dafa sedang menatap lurus wajahnya. Dua orang itu saling bertatapan dalam diam, cukup lama tanpa berujar apapun.

"Kamu ngapain?"

"Ha?!" Celine berjengkit, tak lama sadar dan langsung mundur panik sampai nyungsruk, sungguh memalukan. "T-tadi ... tadi eung a-ada nyamuk! Iya, di wajah Bapak ada nyamuk jadi mau saya tangkep!"

Dafa beranjak duduk, menatap Celine aneh. "Mau nangkep nyamuk pake elus-elus wajah saya?" Sindir Dafa membuat Celine kicep.

Akhirnya Celine menghela napas, mendongak menatap lurus Dafa. "Saya minta maaf sudah lancang menyentuh Bapak." Lantang nya menundukkan wajah.

Malu? Rasanya semenjak menjadi baby sitter Celine sudah berubah 180 derajat, ia dulu yang terkenal gengsi dan angkuh harus menundukkan wajah seperti ini.

Tap.

Celine tersentak, mendongak spontan, Dafa menyentuh kepalanya, tatapan Dafa melembut membuat Celine hampir lupa cara bernapas. Masalahnya ini pertama kali lelaki itu menatapnya lembut.

"Jangan suka sama saya."

Deg!

Celine membatu, seperti tersengat aliran listrik di sekujur tubuhnya. Dafa memejamkan matanya beberapa saat, terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang tak bisa dijabarkan.

"Kenapa?"

Dafa membuka matanya, bisa melihat tatapan berani gadis ini. "Karena saya duda."

Celine terkekeh pelan. "Kenapa pakai alasan klasik seperti itu? Bilang saja Bapak malu menjalin hubungan dengan baby sitter seperti saya!" Celine sendiripun kaget kenapa amarahnya tiba-tiba naik seperti ini.

Dafa cuma diam tak ingin membuat keadaan makin memanas. Tatapan mata lelaki itu tak dapat terbaca.

"Kalau begitu jangan belagak menunjukkan kalau Bapak sedang cemburu, mulai sekarang saya akan bebas menjalin hubungan dengan siapapun!" Tandas Celine lalu beranjak pergi.

Meninggalkan Dafa yang tampak frustasi di tempat, lelaki itu menunduk mengacak kasar rambutnya. Sebenarnya Dafa cuma takut .... takut kalau ia terlanjur sayang pada gadis ini tapi hubungan mereka tidak berhasil.

Seperti masa lalunya.

***

"Mamah ngapain sih?" Bocah gembul yang sedang makan lolipop itu mencelinguk kepo kearah Celine.

"Lagi ulek Papahmu!" Dengus Celine makin semangat mengulek cabai di cobekan.

Zee jelas melongo, dengan polos malah mengintip isi cobekannya. Tapi ia sama sekali tidak menemukan keberadaan Papah nya. "Mana kok Papah gak ada?"

Celine jadi memejamkan matanya, harus sabar banyak-banyak karena yang ia hadapi bocah TK. "Bayangin aja kalau cabe-cabe ini Papahmu."

Zee mengangguk patuh, mulai membayangkan wajah Papah nya di dalam cobekan batu itu.

"Kalian lagi ngapain?" Tanya Dafa baru datang, melihat anak dan pengasuhnya itu mengelilingi cobekan.

"Lagi membayangkan wajah Papah di ulek." Jawab Zee jujur membuat Dafa hampir tersedak. Tak ayal lelaki itu langsung menoleh kearah Celine yang sama sekali tidak meliriknya.

Dafa memilih sabar saja.

"Zee Papah ada kerjaan, kamu jangan nakal sama Kak Celine ya." Dafa mengelus lembut kepala Zee, Celine diam-diam melebarkan kuping nya.

"Oke Pah, Zee gak akan nakal." Balas bocah itu nampak sibuk menjilati lolipop nya.

Dafa tersenyum, mengecup dahi anaknya lembut. "Papah berangkat dulu." Pamitnya diangguki Zee.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang