19: Pulang

17.3K 1.5K 20
                                    

Gadis berkaos putih polos dengan celana jeans hitam itu melangkah masuk ke dalam rumah yang beberapa waktu ini ia tinggalkan, tak banyak yang berubah, masih terlihat sama, megah dan mewah.

"Non Celine?!" seorang pembantu terlihat kaget melihatnya, Celine tersenyum singkat sebagai balasan.

"Papah dimana?"

"I-itu Tuan ada di kamarnya, mari Non!" lalu dengan tergopoh-gopoh menuntun dirinya. Celine tersenyum geli, ia cuma minggat beberapa bulan, yakali amnesia sama letak ruangan di rumahnya sendiri. "Non masuk saja."

"Hm, makasih ya Bi." Celine selanjutnya membuka gagang pintu berbahan kayu jati itu, pintu tinggi kokoh besar dengan ukiran seperti keraton. Ayahnya memang ada darah ningrat nya sih.

Dreet ...

Suara deritan pintu membuat dua orang di dalam rumah itu menoleh kepadanya, dan respek Celine langsung runtuh saat melihat keadaan Ayahnya yang gak kenapa-napa. "Ck! Kalian bohongi aku?!" jengkelnya mangkel bukan main, ia udah ada niatan baik loh ini jenguk Ayahnya.

Cakra yang sedang minum teh dengan tenang menurunkan cangkir dari bibirnya. "Mata kamu gak lihat kalau Papah lagi sakit?" sinis Cakra membuat Celine memutar bola mata.

"Mana ada orang sakit bisa duduk ngeteh sambil mesra-mesraan." Cibir Celine melirik kearah sebelah tangan Cakra yang menggenggam tangan Ibunya.

"Kamu—"

"Sudah-sudah! Kalian tuh baru juga ketemu jangan ribut!" lerai Mamahnya yang sepertinya sudah capek jiwa raga. Indah menatap Putri semata wayangnya itu dengan helaan napas panjang, "duduk Cel!" titahnya galak membuat Celine dengan ciut patuh. Kalau boleh dibandingkan lebih baik Celine dimarahi Papah nya daripada Mamah nya.

Soalnya Mamahnya nyeremin banget kalau ngamuk.

"Selama ini kamu tinggal dimana aja? Kamu gak jadi gembel, kan?" todong Cakra langsung, soalnya semua ATM Celine sudah ia blokir. Apalagi melihat gaya hedon Putrinya ini cukup mengejutkan Celine mampu bertahan hidup lama di luar sana.

Celine mencebik, "aku kerja kok!"

"Jadi apa? Bahkan ijasah sama semua surat berharga kamu gak bawa! Lain kali kalau mau minggat pinteran dikit!" sindir Papah nya sarkas membuat Celine kian sebal bukan main.

"Papah kira aku selemah itu? Gak! Aku bisa hidup mandiri di luar sana, bahkan tanpa sepeser pun uang dari Papah!" sembur Celine meluap-luap.

Cakra malah mengangguk senang, "bagus kalau begitu, kamu gak akan recokin Papah minta ini itu lagi." Ejeknya tersenyum miring membuat Celine mendelik.

Astaga jahat banget Bapak-bapak satu ini, udah gitu pelit lagi, huh!

"Kamu gak jual diri, kan?" Indah yang sejak tadi diam bersuara, sukses membuat Celine dan Cakra tersedak. Wanita paruh baya itu kalau ngasih pertanyaan gak kira-kira.

"Ya gak lah! Mamah kira aku cewek apaan?!"

Indah menggedik, mengambil cangkir teh suaminya dan menaruhnya diatas nakas. "Ya siapa tau, kamu kan paling gak bisa hidup susah. So, tinggal jadi peliharaannya Om-om pasti gampang dapet duit." Memang mulut wanita satu ini sangat berbisa, seperti Medusa kalo kata Celine.

"Mamah keterlaluan, gini-gini aku itu anak baik-baik tau!" meskipun pernah ciuman, minum alkohol, dan dugem. Tapi prinsip Celine no sex before married!

Diam-diam Indah tersenyum tipis, "hm, Mamah keluar dulu. Kalian silakan ngobrol." Lalu melenggang pergi memberikan anak dan suaminya itu waktu berbicara, meskipun wajahnya sejudes Ibu Tiri dan mulutnya sepedas cabai ijo tapi yang namanya Ibu pasti sangat menyayangi anaknya.

Meskipun caranya agak berbeda.

"Papah cari istri kenapa gak yang lemah lembut sih, malah kayak modelan Mamah!" julid Celine terlihat masih dendam dengan Ibunya, nyatanya meskipun Papah nya menyebalkan tapi lebih menyebalkan Mamah nya lagi.

Cakra justru terkekeh geli, "gitu-gitu kalau gak ada Mamahmu kamu gak bakal lahir ke dunia." Balas Bapak satu anak itu membungkam Celine. Fakta yang menyebalkan!

"Kembali ke topik, kamu selama ini tinggal dimana?" Cakra kembali ke mode seriusnya.

Celine mencebik, masih aja di bahas mulu. "Dimana pun aku tinggal pokoknya bukan tempat aneh kok!"

"Justru kalau kamu berbelit-belit kayak gini Papah tambah curiga!" tuduh Cakra membuat Celine makin merengut. Melihat anaknya yang sama sekali tidak mau buka suara Cakra jadi menghela napas, "gimana kehidupanmu? Makan kamu teratur? Biasanya kamu kan paling hobi shopping gimana rasanya gak bisa shopping sepuas hati?"

Celine mencebik sebal sekali, "hm, makan sih teratur. Dan mulai sekarang aku udah jadi cewek sederhana, gak akan shopping seenak jidat ku sendiri." Tegasnya membuat Cakra tersenyum, sepertinya ada hikmah nya juga Celine kabur.

"Bagus." Puji Cakra membuat Celine diam-diam merasa senang. "Kamu semakin layak menjadi seorang istri."

Dan senyum Celine langsung luntur berganti wajah tercengang. "Papah masih aja bahas masalah itu?!" pekiknya langsung emosi.

Cakra menatap lurus Putri nya ini. "Kamu akan menjadi istri Jordi, dengan atau tanpa alasan apapun."

"Pah!—"

"Papah rasa sudah cukup main kabur-kaburannya, mulai sekarang kamu harus fokus dengan pernikahan ini!"

"Papah egois!" teriak Celine murka.

"Demi kebaikan kamu, Papah gak peduli jadi egois sekalipun."

Dan Celine makin kembang-kempis di tempatnya, wajahnya berubah merah padam emosi. Jika ia bisa memilih ia akan lebih memilih terlahir dari keluarga sederhana tanpa kekangan apapun, menjadi kaya raya tidak seenak bayangan orang-orang.

Sejak lahir takdirmu sudah ditentukan oleh kedua orang tua mu.

"Mau kemana kamu?" tanya Cakra melihat Celine yang menuju pintu.

"Keluar! Gak sudi aku tinggal disini!"

Cakra mengangkat sebelah alisnya, dengan tenang bersedekap. "Oh iya, coba saja kalau begitu." Kekehnya mencurigakan.

Celine langsung membuka pintu kamar dengan kasar, dan seketika itu juga mematung saat melihat dua lelaki berbadan kekar dengan pakaian serba hitam berdiri di depannya.

Celine membatu di tempat, dirinya ... dikurung?

***

Dafa tak henti-hentinya melirik jam dinding, ini sudah hampir tengah malam tapi kenapa Celine tidak pulang-pulang, membuatnya sangat cemas.

"HP nya juga gak aktif." Gumam lelaki itu dengan mata sendu, tadi Zee sudah menanyakan keberadaan Celine sehingga Dafa terpaksa membohongi anaknya itu kalau Celine hari ini menginap di rumah temannya. "Kamu kemana sih Cel? Jangan bikin aku cemas." Lirihnya menutup wajah dengan telapak tangan, ia bahkan tadi sampai mencari Celine di cafe yang ada di sekitar sini tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda keberadaan Celine, sebenarnya gadis itu pergi kemana?!

Tok tok tok!

Dara menegak, binar bahagia terpampang jelas di matanya. "Lihat aja, bakal aku kasih hukuman karena sudah bikin aku cemas!" dumel Dafa tapi bibirnya menyunggingkan senyuman lebar.

Lelaki yang mengenakan piyama tidur itu melangkah riang dengan tak sabaran, dan langsung membuka pintu dengan cepat.

Dan senyuman lebarnya tadi seketika berubah menjadi dingin.

Saat melihat yang datang justru ... wanita yang pernah menghancurkan hatinya.

***

TBC.

Siapa nih?

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang