27: Melepaskan

14.7K 1.2K 18
                                    


"Anak Papah kenapa belum tidur?"

Zee merangkak, tanpa dosa duduk diantara Celine dan Dafa, dua orang dewasa itu sudah seperti maling yang habis kepergok.

"Pengen dibacain dongeng sama Mamah, tapi kenapa Mamah malah bobok disini?" tanya Zee dengan kerlipan polosnya, tak ayal Celine langsung meringis kaku.

"Ah ... itu Mamah ketiduran disini tadi."

Zee diam sejenak membuat suasana jadi canggung, tapi tak lama bocah yang masih sangat lugu itu manggut-manggut seolah tak ada hal berarti. "Oh, yaudah Zee bobok disini ya, kita bobok bertiga!" serunya langsung semangat merebahkan dirinya, Dafa diam-diam terkekeh melihat kelakuan anaknya.

"Loh tapi—"

"Udah ikutin kata Zee aja," potong Dafa jelas sekali sedang mengambil kesempatan dalam kesempitan, Celine mendengus mencibir. Perlahan mereka bertiga merebahkan diri di kasur king size itu, Zee berada di tengah-tengah dengan Dafa dan Celine yang menghimpitnya.

"Mau dibacain dongeng apa?" tanya Celine mengelus kepala bocah itu lembut.

Zee mulai memejamkan matanya, "gak jadi deh, Zee mau dinyanyiin aja." Pintanya.

"Ooooke." Balas Celine tertawa singkat sebelum mulai melantunkan lagu Nina Bobo sembari menepuk-nepuk pelan kepala Zee.

Dan sepanjang Celine menidurkan Zee, Dafa terlihat tak melepaskan pandangannya seinchi pun dari mereka, diam-diam dadanya berdesir, menyadari kalau ini adalah impiannya yang pernah hampir terkubur akibat perselingkuhan yang dilakukan mantan istrinya dulu. Namun ternyata harapannya masih ada di lubuk hatinya terdalam.

Kalau ia menginginkan keluarga harmonis untuk Zee.

***

"Ada perlu apa Om memanggil saya, tumben sekali?" tanya Jordi setelah mendudukkan dirinya di depan Ayah Celine.

Cakra bersandar, bersedekap dengan ekspresi tak terbaca. "Dimana Celine?"

Jordi terkesiap kaget karena tiba-tiba ditodong, Cakra makin menatap pemuda di depannya itu dengan datar. "Saya sudah lihat CCTV dan kamu yang bawa Celine keluar dari rumah ini." Imbuhnya membuat Jordi terbatuk kecil.

"Saya mengurung Celine juga bukan tanpa alasan, lihatlah kelakuan Celine, dia kabur dari rumah dan tidak jelas berada dimana, harusnya kamu paham posisi saya Di." Cakra terlihat sedikit kecewa dengan sikap lelaki yang sangat ingin ia jadikan mantu ini, bukan tanpa alasan tapi menurutnya Jordi merupakan lelaki paling pas dan sempurna dari segi apapun.

Jordi menghela napas, kali ini berani menatap lurus manik mata Cakra. "Saya tidak mau menikahi gadis yang hatinya bukan untuk saya."

"Maksud kamu apa?"

"Celine sudah punya kekasih, jadi apakah Om mau saya jadi perusak di hubungan mereka?"

Cakra melotot syok, terlihat sangat kaget mendengarnya. "Apa? Celine sudah punya kekasih? Kenapa saya tidak tau!"

Jordi dengan enteng menggedik, melirik vas di atas meja dengan tatapan tak terbaca. "Sebenarnya saya berniat buat jebak mereka supaya hubungan mereka hancur, tapi saat saya lihat langsung rasa cinta mereka ternyata saya tidak bisa melakukan hal sejahat itu." Jordi menipiskan bibirnya miris, padahal ia bukanlah orang yang melakukan hal yang tidak menguntungkannya, sebagai pebisnis ia tentu selalu memperhitungkan segala keuntungan di setiap tindakannya termasuk saat kemarin ia membantu melepaskan Celine, sebenarnya ia berniat menjebak Celine dan kekasihnya untuk dilaporkan pada Cakra, tapi melihat keakraban anak duda itu dengan Celine serta rasa cinta Celine dan Dafa membuat Jordi jadi mengurungkan niatnya.

Bukan Sugar Daddy(end)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt