43: Dipingit

11.2K 1.1K 27
                                    

Hari pingitanpun tiba, bahkan sudah semingguan Dafa tidak diperbolehkan bertemu Celine, bukan lagi rindu tapi rasanya Dafa sudah gegana.

"Pah, Zee kangen Mamah!"

Dafa mencebik, "Papah juga!" balasnya tak mau kalah.

Zee merangkak naik ke sofa dan duduk di sebelah Dafa, "kenapa sih kok kita gak dibolehin ketemu Mamah?"

"Kamu masih kecil, nanti kalau udah dewasa juga tahu sendiri." Jawab Dafa malas menjelaskan, sekarang bahkan Dafa gak mood ngapa-ngapain.

"Yee gini-gini Zee udah gede tau, udah T-"

"K." Sahut Dafa membuat Zee seketika mendelik, "sana mendingan kamu kerjain PR aja, jangan gangguin Papah, Papah lagi galau." Imbuhnya.

"Galau itu apa, Pah?"

"Kamu masih kecil, nanti kalau udah dewasa juga tahu sendiri."

"Gitu mulu jawabnya, gak kreatif!" cibir Zee membuat Dafa makin gedek, nih bocah satu boleh gak sih ia karungin trus jual ke pasar loak.

"Pah-pah Zee punya tebak-tebakan!" celetuk Zee tiba-tiba dengan kerandomannya.

"Papah gak mau main."

"Apa yang wajahnya jelek kalau lagi galau?" tanya Zee tanpa memedulikan Dafa.

Dafa mau tidak mau jadi berpikir, gengsi dong kalau gak bisa jawab pertanyaan dari bocah TK satu ini. Tapi makin dipikir Dafa tetap tidak menemukan jawabannya.

"Gak tau, emangnya apa?"

"Jawabannya Papah! Hahaha!" lalu Zee berguling-guling sampai puas, "wajah Papah jelek, cemberut kayak Otan!" cibirnya sarkas bukan main, raut wajah Dafa sudah butek gak karuan, dan saat ingin memberi pelajaran bocah itu dengan sigap berlari pergi.

Meninggalkan Dafa yang moodnya makin anjlok drastis, kampret sekali bocah itu, awas aja nanti.

Tapi dipikir-pikir Dafa tiba-tiba tersenyum licik, "padahal aslinya Zee boleh ketemu Celine, tapi aku bohongin, biar nemenin aku galau." Gumamnya lalu melanjutkan acara menggalaunya.

***

Tak jauh beda dengan Dafa ternyata Celine di rumahnya juga galau maksimal, rasanya mau ngapain aja gak minat, capek hati capek pikiran.

Tok tok tok!

Celine yang sedang tengkurap melirik, terlihat Mamahnya yang berjalan masuk setelah mengetuk pintu padahal belum ia kasih izin, tapi yasudahlah Celine sedang gak punya mood buat debat.

"Makan, jangan sampai kamu mati sebelum nikah."

"Astaga Mah mulutnya!" delik Celine tak terima, Indah memutar bola mata.

"Bercanda."

"Aku gak laper, Mamah bawa balik aja makanannya."

"Kalau kamu makin kerempeng yang ada gaun pernikahan kamu kendor, mau kamu pas nikah gaunnya melorot?"

Celine langsung duduk tak santai, Ibu-ibu satu ini kalau ngomong frontalnya bukan main. Yakali ia mau nikah sambil gaunnya melorot, yang ada aset masa depannya dinikmati semua orang sebelum suaminya sendiri.

"Udah cepet makan trus turun, Papahmu pengen bicara sama kamu."

Celine mengambil piring makanannya, merengut tak ikhlas. "Ngapain Papah panggil aku?" herannya, "lagian Papah kenapa sih kalau mau ngomong harus lewat perantara Mamah dulu, kan tinggal dateng ke kamar aku beres." Celetuk Celine gatal untuk tidak berkomentar, masalahnya mereka kan tinggal satu atap kenapa ribet banget, kayak orang penting aja Bapak-bapak satu itu.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang