45: Suami Istri

17.6K 963 7
                                    

Sedikit sakit yang Dafa bilang ternyata bukan bualan semata, bahkan saat pertama kalinya benda itu memasuki tubuhnya Celine hampir menangis, tapi cuma pas pertama aja karena beberapa menit setelahnya ia justru mendesah keenakan. Perasaan yang sangat baru dirasakan oleh Celine tidak dapat ia gambarkan, rasa tegang ini berbeda ketika saat ia naik rollercoaster dan rasa nikmatnya juga berbeda ketika saat makan makanan enak, jantungnya seperti mau meledak sekarang.

Mereka berdua tak ada yang berujar apapun selama permainan, mungkin karena baru pertama mereka melakukan hal seintim ini berdua mereka jadi sangat kaku dan canggung, bahkan Dafa tidak terlihat seperti lelaki yang benar-benar berpengalaman, Dafa sama saja seperti lelaki lain yang baru malam pertama.

Celine memeluk Dafa erat menyembunyikan wajahnya setelah permainan selesai, ia benar-benar tak sanggup menatap wajah lelaki itu sekarang.

"Jantung aku kayak mau meledak," bisik Celine dengan napas putus-putus karena aktivitas mereka tadi.

Dafa tidak dapat menyembunyikan senyumannya, guratan wajahnya nampak bahagia sekali seperti habis memenangkan sesuatu yang besar.

"Aku juga." Balasnya dengan suara serak basah, "makasih." Dafa mengecup ujung kepala Celine lembut.

Celine makin salting brutal, kalau gak malu sekarang rasanya ia ingin teriak sekencang-kencangnya tapi takutnya orang lain yang dengar dari luar kamar malah salah persepsi dikira dirinya teriak karena ... ehem (?)

"Gerah tapi males mandi." Rengek Celine mendusel makin nyaman.

Dafa terkekeh pelan, "ayo aku mandiin."

Celine spontan mendongak dengan mata memicing curiga, "pasti ada maunya." Tuduhnya malah dibalas cengiran santai Dafa.

"Emangnya gak mau?" godanya menaik turunkan alisnya.

Celine merenges dengan bodohnya, "yaudah kalau kamu maksa aku sebagai istri kan harus berbakti," padahal sebenarnya Celine pun juga mau.

Dafa jelas tertawa geli, langsung menggendong ala koala tubuh istrinya dan membawanya ke kamar mandi, selain mandi tentu saja sekalian melakukan ritual mantap-mantap.

***

"Papah sama Mamah main gak ajak-ajak Zee, jahat!" Zee langsung melabrak dua pasangan itu saat baru pulang, memang sejak semalam Zee dioper ke orang tua Celine dan Dafa.

Dafa dan Celine tertawa dengan kompaknya melihat tingkah anak mereka yang tentu saja membuat Zee mengernyit sinis, padahal dirinya udah pakai muka paling garang loh ini.

"Bukanya Papah gak mau ajakin Zee, tapi kemarin Zee kan tidur duluan." Jelas Dafa berjongkok, Zee spontan mencebik karena ucapan Dafa benar. "Tapi ini Papah belikan sesuatu." Seperti biasa Dafa memberikan sogokan pada Putranya itu.

Dari wajah cemberut sekarang berubah menjadi wajah sumringah, Zee langsung membuka paper bag dari Dafa dan seketika matanya berbinar antusias saat melihat isinya.

"INI KAN ROBOT YANG PENGEN ZEE BELI, MAKASIH BANYAK PAPAHKU YANG GANTENG!" Zee berhambur memeluk Dafa sambil melompat-lompat kecil membuat Dafa benar-benar tertawa renyah sekarang.

Celine yang melihatnya jadi iri, "Mamah gak dipeluk nih?"

Zee melirik Celine, "Mamah beliin Zee apaan?" todongnya, nih anak masih bocah aja begini apa kabar gedenya ntar.

Untung Celine juga punya persiapan, ia menyodorkan paper bag berisi beraneka ragam makanan yang pastinya disukai bocah berpipi bulat itu. Zee sekarang sudah menjerit-jerit alay saking girangnya.

"WAH MAMAH CANTIK BANGET!" lalu berganti memeluk Celine erat, "Zee sayaaaaang banget Papah sama Mamah!" pekiknya karena ada maunya.

Dafa mengacak rambut Zee dengan gelengan pelan, "pinter banget modusnya."

"Kayak kamu kan Mas." Sahut Celine.

Dan Dafa langsung merengut.

***

"Apa nih?" celetuk Celine saat sebuah selebaran diberikan kepadanya.

"Kamu pilih mau honeymoon kemana." Perintahnya membuat alis Celine spontan tertarik tinggi.

"Wah beneran nih?" dengan antusias Celine melihat-lihat destinasi wisata baik dalam maupun luar negeri di selebaran kertas itu.

Dafa tersenyum senang melihat istrinya bahagia, "memangnya kapan sih aku bercanda." Lalu menaruh kepalanya ke paha Celine untuk merebahkan diri.

Celine memilih dengan sangat serius, membuat Dafa yang melihat wajah Celine dari bawah tidak bisa menahan senyuman geli.

"Eh tapi Mas." Celine tiba-tiba teringat, "Zee gimana?"

Hati Dafa terenyuh mendengarnya, tak menduga Celine benar-benar menjadi figur ibu yang sangat baik, jauh melebihi Ibu kandung Zee sendiri.

"Mamah sama orang tua kamu gak keberatan sama sekali menjaga Zee, bahkan mereka yang mengusulkan ide ini."

Celine terlihat lega namun jadi tidak se excited tadi, "sebenarnya gak honeymoon juga gak papa kok Mas lagian—"

"Sssttt!" Dafa menutup bibir Celine dengan telunjuknya, "aku menyuruh kamu pilih tempat honeymoon juga bukan tanpa pemikiran matang Cel, aku Ayah Zee tentunya aku juga pasti memikirkan Zee. Tapi ini momen yang tidak ingin aku lewatin begitu saja, kita tidak egois tapi kita hanya merayakan hari bahagia kita."

Celine tidak berani membantah lagi kalau Dafa sudah bicara panjang lebar begini, wanita itu akhirnya mengangguk setuju membuat senyum di bibir Dafa melebar.

Cup.

Mata Dafa mengerjap kaget saat mendapatkan kecupan tiba-tiba di bibirnya, "aku sayang Mas Dafa," bisik Celine terkekeh pelan.

Dafa ikut terkekeh, "aku juga sayang istriku," balasnya sambil berusaha menarik tengkuk Celine namun Celine segera menjauhkan kepalanya membuat Dafa mendelik tak terima.

Celine merenges, menggoyang kertas di tangannya. "Aku masih mau milih, jangan minta jatah dulu." Lalu setelah itu fokus kembali ke selebaran di tangannya, membuat Dafa merengut masam.

Wanita memang selalu begitu, beraninya mancing doang!

***

"ARGHHHH!" suara teriakan nyaring melengking di ruang apartemen itu, seorang perempuan terlihat melotot nyalang melihat foto di HP nya. "Berani-beraninya kalian bahagia di atas penderitaanku!" desis Sela menatap geram foto pernikahan Dafa dan Celine yang di posting di sosial media.

PYAR!

Vas bunga yang ada di dekatnya ia lempar sampai menghantam tembok dan jatuh pecah ke lantai, ia frustasi sampai ingin mati karena terlalu iri. Sela mengelus foto Dafa yang tersenyum lebar dengan merana, "kamu jahat Daf, padahal dulu aku yang selalu kamu nomersatukan tapi semenjak kenal gadis sialan itu kamu jadi begini," gumamnya tanpa sadar diri, padahal yang berselingkuh duluan dirinya.

Setelah berselingkuh dan cerai dari Dafa ia memang tinggal dengan kekasih gelapnya itu, namun setelah tinggal beberapa tahun ia tidak kunjung dinikahi sampai sebuah rahasia besar terungkap.

Ternyata selingkuhannya itu sudah berkeluarga dan hanya main-main dengan dirinya, Sela tentu sangat murka dan mengutuk kebodohannya, namun saat ia menyesal dan ingin kembali kepada Dafa lelaki itu ternyata sudah memiliki kekasih.

"Jangan-jangan kamu juga selingkuh Daf dengan perempuan itu ketika kita masih menikah, iya pasti kita sama!" asumsinya dengan yakin, tangan berkuku panjang itu mengepal kuat dengan rahang mengeras. "Aku gak terima hidup aku hancur sedangkan kamu bahagia, AKU GAK TERIMA DAF!" dengan suara melengking Sela membanting benda apapun yang ada di sekitarnya membuat pecahan beling dan kaca berserakan dimana-mana.

Dengan napas memburu dan dada naik turun Sela terjatuh lemas, namun sorot matanya masih menatap dengki foto di layar HP nya itu.

"Aku gak akan biarin hidup kamu tenang, Daf." Sumpahnya menggebu.

***

TBC.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang