38: Restu

11.5K 1.1K 13
                                    

"Gimana tadi pembicaraan kamu sama Mamah?" todong Dafa langsung begitu Celine melangkah masuk rumah.

Gadis cantik itu hanya tersenyum samar, "lancar."

"Bohong banget, gak mungkin Mamah terima kamu gitu aja."

Celine jadi meringis karena gagal bohong, tapi ia gak mungkin juga menceritakan semua tentang pertemuannya dengan Desi tadi kepada Dafa, bisa-bisa lelaki ini mengamuk.

"Mamah kamu restui kita kok."

"Hah? Beneran?!" Dafa justru kaget tak percaya.

Celine menyipitkan matanya, "kenapa? Kok kamu malah kayak gak seneng gitu?"

"Bukan gitu," Dafa mendekat, berdiri tepat di depan Celine. "Tapi aku tau watak Mamah aku, Mamah gak mungkin kasih restu semudah itu."

"Memang gak mudah kok, tadi aku harus jelasin kalau aku orang kaya dulu baru Mamah kamu kasih izin."

"Kamu jujur ke Mamah?!"

Celine mengangguk kecil, "gak ada jalan lain, toh cepat atau lambat juga bakal kebongkar juga."

Dafa menghela napas, menyentuh bahunya lembut. "Beneran Mamah aku udah kasih izin hubungan kita? Gak ada yang kamu tutupin kan?"

"Iyaaaa Mas, beneran."

"Huft ... syukur deh, aku lega dengernya." Dafa langsung memeluk erat tubuh Celine, mendekapnya penuh sayang. "Aku seneng banget, gak akan ada halangan lagi di hubungan kita." Bisiknya dengan suara beratnya, rasanya Dafa hampir menangis saking bersyukurnya.

Celine menyandarkan kepalanya ke dada bidang pacarnya, menyendukan mata. "Hm, aku juga seneng banget." Balasnya lirih.

Tanpa Dafa ketahui, kalau sebenarnya Celine sedang menyembunyikan sesuatu.

'Lebih baik Mas Dafa gak usah tau tentang perjanjianku dengan Mamahnya.' Batinnya dengan tatapan tak terbaca.

***

Ceklek.

Ekspresi kaget tidak dapat ditutupi ketika melihat kedatangan Putri semata wayangnya beserta dua orang asing, Indah memicingkan matanya.

"Mau sampai kapan Mamah berdiri di tengah pintu?" sarkasme Celine membuat wanita paruh baya berkulit putih susu itu mendengus.

"Anak gak sopan!" ketusnya berbalik masuk ke dalam rumah.

Dafa langsung menyenggol lengan Celine menegur, "kamu harusnya lebih sopan sama Mamahmu."

Namun bukannya mendengarkan Celine justru mendecih, "percuma, mau aku sopan atau gak juga gak ada bedanya di mata Mamah." Celine menunduk menggandeng tangan gempal Zee, "udah ayo kita masuk." Ajaknya menarik tangan Zee dengan Dafa yang membuntut di belakangnya.

Di ruang tamu sudah terlihat Indah yang sibuk dengan kucing kesayangannya dan Cakra dengan koran bacaannya, aktivitas yang sangat umum bagi Celine.

Gadis itu membuang napas kasar karena dikacangin, pliss banget padahal dirinya rela-relain turunin harga dirinya dengan pulang ke rumah tapi kenapa orang tuanya tidak tau diri sekali.

"Permisi, selamat pagi." Sapa Dafa tau-tau maju dan membungkuk 45° tanpa peduli diperhatikan atau tidak oleh orang tua Celine.

"Mas ngapain sih!" delik Celine tak suka melihat Dafa yang terlalu sopan namun Dafa justru menatap anaknya memberi kode.

Zee yang paham langsung maju dan mengikuti gaya Dafa, "selamat pagi Kakek Nenek!" sapanya riang.

Cakra langsung menurunkan korannya dan Indah mengangkat wajahnya, dua orang yang baru pertama kali dipanggil Kakek Nenek itu tampak terkejut tak menduga.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang