"Iya dong."

"Lo kapan nyusul?" Goda Kinara sambil menyenggol-nyenggol lengan Mecca.

"Hahaha kapan-kapan deh!" Keduanya tertawa.

Jujur saja Mecca itu adalah gadis yang pintar, dulu Mecca bisa masuk di sekolah SMA yang sama dengan Kinara itu karena mendapatkan beasiswa.

Gadis itu sederhana, Mecca baik dan dia juga cantik. Sangat cantik. Mecca selalu menjadi tempat curhat untuk Kinara, begitu pun sebaliknya.

Seorang laki-laki tampan berjalan kearah kedua wanita yang sedang asik berbincang-bincang itu. Dia adalah Kenzie.

Kenzie berdeham cukup keras membuat Kinara dan Mecca lantas menoleh.

Kinara tersenyum kecil melihat laki-laki itu, laki-laki yang selalu menjadi malaikat pelindung untuk Kinara, tapi itu dulu.

Kinara pun tak menyangka bahwa Kenzie hadir di acara istimewanya. Oh, mungkin Aryan yang memberi tahu. Setelah pulang dari rumah Kinara hari itu, wanita itu langsung membuka blokiran nomor Kenzie karena laki-laki itu yang memintanya.

Setelah di buka pun kedua Kakak beradik itu tak pernah telponan atau sekedar mengirim pesan.

Kalau boleh jujur Kinara rindu Kenzie, namun mengingat kata-kata Kenzie yang pernah melukai hatinya membuat Kinara enggan menghubunginya.

"Kenapa?" Tanya Kinara.

"Pengen ngomong berdua sama lo." Jawab laki-laki itu datar.

Ya, Kenzie bisa di bilang adalah laki-laki kulkas. Dia dingin, irit bicara, dan nada bicaranya selalu terdengar datar. Namun jangan salah, meskipun begitu banyak sekali gadis yang menyukai Kenzie.

"Oh ya udah Ra, sini Snora biar gue yang gendong." Ucap Mecca. Kinara mengangguk setuju lalu memberikan Snora pada Mecca. Gadis itu pun berlalu pergi.

"Mau ngomong apa, Ken?" Tanya Kinara tanpa menatap wajah laki-laki itu. Entah kenapa Kinara merasa canggung.

"Ngomong di luar aja." Kata Kenzie.

Sesampainya di luar gedung, Kenzie berhenti tepat di dekat kolam ikan. Kinara pun ikut berhenti dan berdiri di belakang Kenzie. Laki-laki itu membalikan badannya.

Kenzie merindukan Kinaranya. Kinara yang waktu kecil sering menggangunya tidur. Kinara yang sering mencuri makanan Kenzie, Kinara yang hobi membuat kamar anak laki-laki itu seperti kapal pecah, dan Kinara yang suka mengompol.

Kenzie rindu Kinara, tapi ada rasa kecewa pada adiknya itu membuat Kenzie tak ingin menunjukan bahwa ia merindukan Kinara.

"Kenapa gak berani tatap mata gue, hm?" Tanya Kenzie yang melihat Kinara menundukkan kepalanya.

Gadis itu menggeleng.

"Jawab Ra, lo gak bisu kan? Tatap mata gue, gue gak bisa hipnotis orang kok, jadi lo gak perlu takut gitu." Ucapnya.

"Bukan gitu," Kinara menjeda ucapannya.

"Gue hanya..."

"Hanya apa?"

"Gue takut." Lanjutnya masih dengan posisi menunduk.

Kenzie memutar kedua bola matanya, laki-laki itu mengangkat wajah adiknya itu. Kini ia bisa melihat wajah cantik itu.

"Kenapa takut? Gue penjahat?" Tanya Kenzie pelan. Kinara menggeleng.

"Terus?"

Kini Kinara memberanikan dirinya menatap mata Kenzie dengan jarak yang sangat dekat.

"Lo tau Ken? Semenjak itu gue gak lagi menganggap lo sebagai malaikat pelindung gue." Kinara melepas kedua tangan Kenzie dari wajahnya.

"Lo emang bukan penjahat, tapi lo gak sadar kalau lo udah ngelukain perasaan dan hati gue."

Papah Untuk SNORA [End]Where stories live. Discover now