42: Pertemuan Dua Keluarga

Mulai dari awal
                                    

"Jadi Anda tidak keberatan, kan?" Desi mulai tersenyum senang.

Cakra mengangguk, "tentu saja tidak keberatan," lalu tatapan tak terbaca dilemparkan pada Desi, "tapi saya juga punya satu syarat."

Dafa dan Celine yang cuma jadi pendengar sejak tadi hanya bisa menerka-nerka meskipun sia-sia karena otak mereka tidak bisa menembus pemikiran jenius Cakra.

"Apa?" Desi memicingkan matanya.

Cakra menyeringai ringan, "kita harus membuat surat perjanjian jika nanti ternyata yang berbuat kesalahan adalah Dafa, maka semua harta anak saya harus dikembalikan plus semua harta keluarga Anda dialihkan atas nama anak saya, Celine."

Dan dalam sekejap terjadi keheningan.

***

"Mas gak papa?"

"Hm?" Dafa mengernyit bingung.

Celine menatap sungkan Dafa, "soal ucapan Papahku tadi, Mas gak papa?"

Dafa justru tersenyum geli, mengacak gemas rambut Celine. "Memangnya aku harus kenapa? Ya gak papa lah."

Celine menghela napas, masih terngiang-ngiang tak yakin. "Aku gak nyangka Papah bisa membuat perjanjian seperti itu." Gumamnya memainkan jari tangan.

"Itu sangat wajar, karena yang memulai duluan kan Mamahku, bahkan menurutku semua tindakan Om Cakra tadi sudah sangat tepat."

"Tapi kan perjanjianku dengan Mamahmu cuma sebatas hartaku, kenapa Papah tadi minta harta keluarga Mas, itu gak adil."

"Adil sayang," Dafa tersenyum, mengelus pipi Celine. "Lagian kamu gak perlu sampai secemas ini, perjanjian itu hanya akan berlaku jika aku melakukan kesalahan dan aku gak mungkin buat kesalahan, kamu juga tahu 'kan?"

Celine kali ini mulai tersenyum lega, mengangguk bahagia, perlahan memeluk erat Dafa dan bersandar nyaman di dekapannya. "Aku gak nyangka kita sebentar lagi akan menikah," cicitnya senang.

Dafa terkekeh pelan, "iya, sebentar lagi kita akan jadi keluarga, ini seperti mimpi bagiku." Kedua keluarga sudah sepakat kalau acara pernikahan akan diadakan dua Minggu lagi, memang terlihat sangat mustahil untuk menyiapkan segalanya dalam waktu sesingkat itu tapi jika uang sudah berbicara maka segalanya pasti mungkin.

Tok tok tok!

"Mamah gak ganggu acara romantisan kalian, kan?" sindir Indah dari arah pintu yang terbuka, Dafa spontan mendorong Celine menjauh membuat Celine mencebik kesal.

"Mamah ngapain kesini?" ganggu banget, kalimat terakhir hanya bisa Celine batin.

"Mamah yang harusnya tanya, ngapain kamu berduaan di kamar, kamu belum menikah." Cibirnya membuat Celine makin merengut.

"Mamah kayak gak pernah muda aja," gerutunya mendumel pelan takut kedengaran.

"Ayo kalian ikut Mamah." Titah Indah lalu sudah berbalik pergi, Celine dan Dafa spontan saling pandang penasaran. BTW Desi sudah pulang jadi di rumah Celine sekarang hanya ada Dafa dan Celine saja.

Mereka berdua membuntut di belakang Indah, heran bercampur penasaran dengan alasan mereka dipanggil. Begitu sampai di depan ruang kerja Cakra Indah berhenti, "kalian masuklah, Mamah masih ada pekerjaan." Perintahnya.

"Pekerjaan apa?" kepo Celine sebelum masuk.

"Tidurin kesayangan Mamah."

Raut wajah Celine berubah jelek seketika, mencibir terang-terangan, kesayangan yang Mamahnya bilang pasti si gendut berbulu yang kerjaannya cuma tidur mulu itu, apa lagi kalau bukan kucing.

Setelah Indah pergi Celine dan Dafa berpandangan sejenak, dan akhirnya benar-benar masuk ke dalam ruangan. Terlihat Cakra yang sudah duduk di sofa menunggu mereka.

"Kalian lama banget sih, cepet duduk!" suruhnya dengan wajah menekuk, perasaan Dafa jadi tidak enak melihat wajah mertuanya garang begitu.

Setelah mereka berdua duduk terlihat Cakra yang mengamati keduanya secara bergantian.

"Jadi kenapa Papah panggil kami?" Celine yang pertama buka suara, jika nanti yang Papahnya ucapkan bukan sesuatu yang bagus maka ia akan menolak mentah-mentah.

"Mulai besok kamu tinggal di rumah ini, jangan bertemu dengan Dafa."

Bola mata Celine dan Dafa melotot lebar, seperti akan keluar dari tempatnya.

"Papah jangan seenaknya dong!" bantah Celine murka.

"Maaf Om, bukanya tadi Om sudah merestui hubungan kami, kenapa sekarang Om berbicara seperti ini?" Dafa jelas panik, merasa terancam.

Cakra mendengus kecil, sedikit geli melihat kepanikan pasangan di depannya ini. "Ya memang saya sudah restui hubungan kalian."

"Trus kenapa Papah nyuruh begitu?!" pekik Celine berapi-api sambil berdiri.

"Dasar anak gak sopan, duduk yang baik!"

Celine langsung duduk kembali, bagai anak ayam yang dimarahi induknya.

"Apakah saya ada salah Om?" Dafa masih over thinking.

"Huft ... kalian tenang dulu, dengerin apa yang akan saya katakan dan jangan memotong ucapan saya." Cakra memijit lelah pelipisnya.

Dafa dan Celine mengangguk patuh, duduk diam mendengarkan dengan khidmat. Cakra menarik napas, mulai menjelaskan.

"Mulai besok Celine tidak boleh bertemu dengan kamu," Celine dan Dafa sudah gatal ingin menyahut tapi tidak berani, Cakra diam-diam tersenyum geli.

"Soalnya kalian akan dipingit."

***

TBC.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang