01. Flashback

Mulai dari awal
                                    

"Ini kamar kalian, Dan ini kuncinya ya." kata seorang wanita yang bekerja di tempat itu. Bima menerima kunci kamarnya lalu wanita itu permisi pergi. Bima membuka pintu itu lalu mengajak Kinara masuk ke dalam.

Gadis itu nampak ragu sesaat, namun tubuhnya begitu kedinginan. Kinara langsung masuk ke dalam. Kamar ini tidak terlalu besar, Tapi lumayan juga.

Kinara duduk di pinggiran ranjang sambil memainkan ponselnya. Membalas chat dari Mamah, Papah, dan Abangnya. Mereka begitu khawatir dengan Kinara yang belum juga pulang sampai detik ini. Sementara itu Bima datang duduk di samping Kinara sambil memberikan segelas air hangat. Kinara tersenyum, mematikan ponselnya lalu menerima gelas itu dan meminumnya.

Tatapan Bima tak teralihkan, Masih fokus memandangi wajah cantik di depannya. Entah ada apa dengan laki-laki itu, Ia memandangi Kinara dari bawah hingga atas, Baju seragam kinara yang basah itu pun terlihat jelas menampakan bra berwarna hitam.

"Ra..." panggil Bima. Laki-laki itu tersenyum aneh, Jujur Kinara merasa gelisah sekarang.

"Apa?" tanya gadis itu, Berada di tempat ini tak membuatnya lebih baik, Kinara masih nampak kedinginan.

Mata gadis itu melebar saat melihat Bima melepas baju seragamnya.

"Bim mau apa bim? Jangan!" Kinara menahan tangan Bima yang hendak membuka kancing baju seragamnya itu.

"Lo kedinginan Ra, Mari gue hangatin!" ucapnya sedikit membentak. Tapi Kinara terus mencegah, Ia tak mau membiarkan Bima melepas pakaiannya. Mereka memang berpacaran, Tapi untuk hal semacam ini Kinara tidak mau.

"Diem Ra!" bentaknya. Kinara menatap mata Bima tak percaya. Gadis itu seperti diam membisu. Bima tak pernah sekasar ini. Seragam Kinara kimi sudah terlepas dari tubuhnya. Hanya meninggalkan rok abu-abu pendek juga bra berwarna hitam. Bima tak menyangka tubuh kekasihnya sebagus ini.

Laki-laki itu naik ke atas tempat tidur dan memaksa Kinara naik juga. Gadis itu tentu menolak, Namun Bima malah memperkuat cengkramannya di pergalangan tangan Kinara membuat gadis itu mengerang sakit.

"Ah sakit! Lepas, Bim! Sadar!"

"Jangan sok polos Ra, Kita itu udah pacaran. Wajar kok ngelakuin ini.

PLAKK!

Sebuah tamparan mulus melayang di pipi Bima membuat wajahnya sedikit tertoleng ke samping. Laki-laki itu terlihat marah ia beranjak turun dari ranjang lalu mendorong tubuh Kinara ke atas ranjang. Gadis itu menangis ketakutan. Bima menindih badannya.

Hancur sudah masa depan Kinara.

Jam menunjukan pukul 7 malam. Kinara masih berada di atas ranjang itu dengan tubuh yang terbalut selimut. Posisinya tidur membelakangi Bima, Menghadap tembok.

Bima sudah rapi dengan pakaiannya. Soal kejadian tadi ia sedikit menyesal. Berkali-kali laki-laki itu memanggil Kinara, Namun gadis itu masih belum mau membalikan badannya. Kinara meneteskan air matanya. Dirinya sungguh kotor. Tak di sangka Bima, Laki-laki yang ia cintai berani merenggut masa depannya. Sialan!

"Kinara, Ayok pulang?" ajak Bima, nadanya terdengar pasrah.

"Maafin gue Ra, Gue khi—"

"PERGI! PERGI DARI SINI! GUE GAK MAU LIAT MUKA LO LAGI SIALAN!"

"MULAI DETIK INI KITA PUTUS, BIM! GUE KECEWA SAMA LO!" teriak Kinara lalu ia menangis sejadi-jadinya. Bima tau dia salah, Dia hanyalah manusia biasa yang terkadang tidak bisa menahan hawa nafsunya. Bima mengambil tasnya lalu keluar dari kamar itu meninggalkan Kinara dengan perasaan bersalah dan menyesal yang bercampur aduk.

Seminggu berlalu, Hubungan mereka tidak baik-baik saja. Semenjak kejadian hari itu Kinara nampak berbeda, Jadi lebih sedikit diam dan sensitif. Ia juga memblokir nomer Bima dan menghapusnya. Tak ingin wanita itu melihat wajah laki-laki yang telah merenggut masa depannya. Rasa cinta itu berubah menjadi benci. Hingga tiba-tiba Kinara merasakan mual serta pusing.

Ia menelan salivanya kasar, Semoga apa yang ia takutkan tidak terjadi. Oh Tuhan bagaimana jika ia hamil? Habis lah dia. Sudah dua minggu berlalu, pulang sekolah Kinara iseng pergi ke Apotek membeli 2 buah tespack. Sesampainya di rumah Kinara langsung memeriksanya. Tubuhnya melemas, Paru-parunya terasa kosong. Dia hamil? Tidak-tidak! Sekali lagi! Ya, masih ada satu tespack lagi semoga hasilnya negatif.

"SIALANN!!!"

BRAK!

Kinara menendang pintu kamar mandinya. Dia benar-benar hamil, bagaimana kalau sampai keluarganya tahu? Bisa habis dia.

Flashback off.

"Di makan, Jangan cuma di main-mainin aja. Hargai Mamah mu yang sudah capek-capek memasak." kata-kata itu berasal dari Hamid, Papah Kinara. Dialah laki-laki yang telah menampar, menendang bahkan menjambak rambut Kinara hari itu saat Kinara mengatakan prihal kehamilannya di depan keluarganya.

"Iya." jawab Kinara singkat. Sebetulnya ia tak ingin makan karena belum lapar, Tapi tak apa, Ia akan tetap memakannya untuk menghargai Mamahnya.

Kinara mulai menyantap sarapannya sambil menunduk. Sudah 7 bulan usia kandungan Kinara, sebentar lagi ia akan melahirkan. Jujur Kinara takut, ia sangat butuh support dan perhatian dari keluarganya, Bukan sifat cuek seperti ini. Mereka memang tinggal bersama di dalam satu rumah, Tapi kini Kinara merasa asing dengan keluarganya sendiri.

Sifat merekalah yang membuat Kinara merasa asing. Sungguh ia tak betah tinggal di sini. Andai Kinara punya banyak uang, Ia lebih memilih tinggal di kost kecil dan hidup berdua dengan bayi mungilnya nanti.


Segini dulu aja.
Jangan jadi silent reader!
Vote dan comments nya jangan
Pelit-pelit ahhh😏

Next jangan?

Papah Untuk SNORA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang