12. Patah Hati

22.7K 2.3K 31
                                    

Happy reading all, jangan lupa vote dan comment nya, kalau berkenan boleh di follow juga. Thank you...

Instagram : 


***

Mentari mengemudikan kendaraannya membelah jalanan Jakarta yang belum begitu padat. Terang saja ini baru pukul setengah tiga sore. Dibelakang ada dua bocah yang sedang sibuk dengan obrolan mereka berdua. Kartun, film, komik, sampai dengan mainan terbaru.

Akhirnya mau tidak mau Mentari membawa Disha bersama mereka. Dia sudah memberitahu pihak sekolah dan meninggalkan nomornya kalau orangtua Disha mencari nanti. Jujur saja Mentari tidak begitu suka dengan anak-anak. Dia tidak terlalu akrab dengan anak kecil. Dengan Kai saja dulu dia butuh penyesuaian dengan waktu yang cukup lama.

Dua puluh menit mereka sudah sampai di tempat yang dituju. Kai dan Disha berjalan di depan Mentari, masih sibuk dengan obrolan mereka. Sementara Mentari yang ada di belakang hanya mengamati. Rasanya seperti nyamuk yang ada di tengah-tengah orang pacaran. Sungguh tidak menyenangkan.

"Ma, ayo cepetan ma." Kai menoleh kebelakang ketika mendapati Mentari yang tertinggal lumayan jauh dari mereka.

"Iya, iya," Mentari mempercepat langkahnya. Putranya ini semakin besar semakin bawel saja. "Kalian duluan saja, nanti mama nyusul ke dalam." Sambungnya lagi.

"Oke ma." Sahut Kai yang sudah ada di depan sana. Kai menarik tangan Disha, membuat anak perempuan itu mau tidak mau setengah berlari mensejajarkan langkahnya dengan Kai agar tidak terjatuh.

Mentari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Kai. Jangan bilang mereka berdua pacaran. Tidak, tidak, Kai masih terlalu kecil untuk tahu apa itu pacaran. Dia membiarkan kedua anak tersebut hilang di kerumunan toko buku. Mentari bingung apa yang harus dia lakukan ketika berada di toko buku. Jadi dia hanya melihat-lihat beberapa buku best seller yang terpampang di sana. Boleh lah kali ini dia menyempatkan membaca buku-buku di luar hukum. Anggap saja sebagai refreshing.

Satu jam disana, Mentari sudah dapat tiga buku yang akan dibelinya. Dia berkeliling mencari Disha dan Kai yang sama sekali tidak kelihatan sejak tadi. Kalau Kai, anak itu sudah pasti ada di rak komik, dan benar saja. Anaknya sudah menenteng empat buah komik entah komik apa itu. Mata Mentari berkeliling mencari keberadaan Disha yang ternyata tidak jauh dari sana.

"Kalau mau ambil saja, Tante yang belikan untuk kamu." Kata Mentari. Dia sempat melirik apa yang membuat Disha begitu tertarik. Sebuah bacaan yang sesuai untuk usianya.

"Nggak Tante makasih. Nanti Disha minta sama mama aja." Katanya sopan. Mentari tersenyum kecil. Anak ini benar-benar manis, tentu dia diajarkan dengan baik oleh kedua orangtuanya.

"Beli aja ayo, anggap hadiah dari Tante karena kita baru kenalan," Disha terlihat ragu-ragu. Mentari langsung menyambar buku yang tadi diletakan oleh Disha. "Kamu mau yang ini kan?" Tanyanya lagi. Disha mengangguk ragu-ragu sembari menatap Mentari tidak enak.

"Ayo kita bayar, kalian sudah terlalu lama disini," Mentari menggamit tangan Disha dan menggandengnya. Mereka berjalan menghampiri Kai yang masih sibuk di rak komik.

"Kai, ayo. Jangan lihat-lihat terus. Itu sudah empat di tangan kamu. Kamu mau beli berapa lagi?" Kai tersenyum kikuk.

"Boleh ya ma beli ini?" Dia mengangkat empat buah komik yang ada di genggamannya. Mentari terdiam sebentar, mengamati Kai lekat-lekat.

"Yaudah, tapi mama nggak mau terima laporan dari mba Yuli kalau kamu nggak mau belajar gara-gara baca komik terus ya." Tegas Mentari.

"Iya ma, janji nggak akan begitu." Kai mengacungkan dua jarinya pada Mentari.

Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)Where stories live. Discover now