17. Misi Ketiga

19.3K 1.9K 17
                                    

Happy reading all, jangan lupa vote dan comment nya. Thank you...

Instagram : @ellechelle_


***


"Boleh ya ma? Ayo dong ma, Kai kan belum pernah kesana." Rengek Kai pada Mentari. Sejak kapan putranya ini berubah jadi suka merengek, memaksakan kemauannya. Biasanya kalau Mentari bilang tidak Kai pasti menurut. Sekarang lihat, sudah hampir satu jam Kai mengulang-ngulang hal yang sama, meminta izin padanya.

"Kai, mama kan sudah bilang kalau tidak boleh. Jangan terlalu banyak merepotkan Om Melvin." Tegas Mentari.

"Om Melvin nggak bakalan repot kok ma, makanya Kai minta mama ikut juga buat nemenin kita. Ya ma ya?" Mentari menutup dokumennya dengan sedikit kencang, tapi tidak sampai membanting.

Dia bingung harus beralasan apalagi untuk menolak permintaan anaknya ini. Membiarkan Kai pergi bersama Melvin sepanjang hari tanpa pengawasannya juga tidak mungkin dia lakukan. Kalau disuruh ikut pergi bersama mereka juga Mentari enggan.

"Mama kasih satu permintaan selain pergi sama Om Melvin Sabtu nanti. Mama nggak bisa sayang." Ujar Mentari lembut.

"Kan mama nggak kerja, nggak bisa kenapa? Ayo dong ma, Kai mau banget

kesana. Mau pakai banget nget nget..."

Mentari menghela napas, apa sih yang Melvin ceritakan pada anaknya ini sampai-sampai dia kukuh mau ke Dufan, padahal selama ini Mentari tidak pernah menyinggung apapun soal taman hiburan. Kalau lihat iklan di televisi juga Kai tidak pernah tertarik untuk pergi kesana.

"Begini saja, kita pergi ke Dufan, tapi minggu depan sama mama. Gimana?" Kai menggeleng keras.

"Nggak mau! Nggak seru kalau cuma berdua aja! Minggu ini aja ma sama Disha juga, biar ramai. Memang hari Sabtu ini mama mau ke kantor?" Skakmat, mati kutu sudah Mentari. Dia menatap putranya, sedikit membungkukkan badan untuk mensejajarkan pandangannya dengan Kai.

"Kai memang tahu di Dufan ada apa?"

"Kata Om Melvin disana bisa main banyak permainan ma. Disha bilang mirip Disney Land yang Disha pernah pergi. Om Melvin mau ajak Disha ke Dufan soalnya Disha belum pernah juga. Boleh ya ma? Mau ya ma? Kai nggak minta yang lainnya habis ini. Nggak jadi minta cat minyak sama kanvas juga, lagian Kai belum pernah gambar disana juga."

Menggambar adalah kesukaan Kai. Mulai dari krayon, pensil warna, spidol, sampai cat air. Baru-baru ini dia meminta dibelikan cat minyak dan kanvas sebagai media menggambar barunya. Mentari tidak langsung membelikan, dia masih menimbang-nimbang karena Kai masih sekolah dasar. Dia pikir akan membelikannya nanti kalau sudah di sekolah menengah pertama.

Mendengar bahwa putranya rela untuk tidak mendapatkan hal yang paling disukainya hanya untuk bisa pergi bersama Melvin dan Disha membuat Mentari jadi merasa bersalah. Dia egois kalau untuk menghindari Melvin harus mengorbankan perasaan Kai.

"Kamu ke kamar dulu, siapin buku pelajaran buat besok sama mbak Yuli. Mama mau tanya ke Om Melvin dulu. Tapi mama nggak janji pasti jadi ya." Perkataan Mentari sedikit membuat binar bahagia Kai timbul. Kai langsung berlari keluar kamar Mentari, mencari Yuli untuk membantunya menyiapkan keperluan sekolah besok.

Tepat ketika pintu kamarnya tertutup, Mentari meraih ponselnya, menekan tombol panggilan. Siapa lagi yang dia hubungi kalau bukan Melvin. Tidak butuh waktu lama untuk Melvin mengangkat panggilan dari Mentari.

"Hai, aku nggak menyangka kamu bakalan repot-repot mau menelponku duluan." Ujar Melvin dari sambungan telepon.

"Kamu ngapain anak aku sampai dia ngerengek minta ikut ke Dufan hari Sabtu nanti sama kamu? Jangan memperalat anak aku ya Vin. Kai kan cuma anak kecil, jangan diracuni gitu dong."

Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang