29. Sepakat

17.5K 1.7K 34
                                    

Happy reading all, jangan lupa vote dan comment nya. Thank you...

Instagram : @ellechelle_


***


"Dia happy banget waktu aku kasih tahu kemarin. Kayaknya mulai sekarang dia nggak akan mau lepas dari kamu. Selamat menikmati..."

Mentari menggeser tubuhnya, membiarkan Melvin masuk ke dalam rumah. Semalam, setelah memastikan Kai terlelap, dia langsung menelpon Melvin dan mengatakan kalau dia sudah memberitahu Kai. Respon dari Kai tentu saja begitu membahagiakan untuk mereka berdua.

Pagi ini, Melvin benar-benar semangat. Pukul setengah enam pagi lewat sepuluh menit, dia sudah ada di rumah Mentari, rapi dengan pakaian kerjanya. Padahal Mentari masih belum apa-apa sama sekali. Baru cuci muka dan gosok gigi. Sarapan pagi saja belum selesai Mentari siapkan. Bahkan Kai pun masih belum dibangunkan.

"Biarin aja, aku nggak keberatan kemana-mana diikuti Kai, asal jangan ke toilet juga. Kai mana?" Melvin mengedarkan pandangannya ke seluruh rumah Mentari, terutama ke meja makan yang masih kosong.

"Belum jam enam pagi, masih tidur, belum aku bangunkan."

"Aku saja yang bangunkan..." Tidak menunggu persetujuan Mentari, Melvin langsung nyelonong begitu saja ke kamar Kai. Mentari bisa apa selain kembali ke dapur lagi, toh memang sebentar lagi Kai juga harus dibangunkan.

Melvin membuka sedikit tirai kamar Kai, membiarkan sedikit cahaya matahari masuk tapi tidak sampai menyilaukan. Dia menghampiri Kai yang menggeliat, sedikit terganggu karena sinar matahari dari celah jendela.

"Sudah pagi, kamu nggak mau berangkat ke sekolah?" Melvin mengelus kepala Kai.

Mata Kai langsung terbuka ketika mendengar suara lain yang membangunkannya. Biasanya hanya ada Yuli atau Mentari yang jadi orang pertama yang Kai dengar suaranya, kali ini berbeda. Suara berat seorang lelaki yang tentu saja dia kenali siapa pemiliknya.

"Om disini...." Kata Kai mengucek mata. Beberapa kali dia mengerjap-ngerjap lucu, memastikan kalau pendengaran dan penglihatannya tidak salah.

Beberapa saat terdiam, Kai tersenyum lebar ketika dia yakin kalau Melvin bukanlah sebuah mimpi. Tangan Kai terulur, menjangkau leher Melvin kemudian memeluknya, membawa Melvin mendekat pada Kai, hampir setengah berbaring juga di atas tempat tidur kecil itu.

"Kai masih ngantuk." Kata Kai yang kembali terpejam sambil memeluk Melvin.

"Nanti terlambat ke sekolah. Padahal papa kan datang pagi-pagi karena mau nganterin Kai ke sekolah..."

Pelukan Kai langsung mengendur. Dia melepaskan kaitan tangannya di leher Melvin, membuat Melvin bisa kembali terduduk lagi. Mata Kai yang sayu langsung jadi membulat, terbuka sempurna. Anak lelaki itu bangun dari tidurnya, bersandar pada kepala tempat tidur dan tersenyum senang.

"Kok berubah jadi papa?" Kai bertanya dengan senyum yang tidak memudar dari wajahnya.

"Kai nggak suka?" Tanya Melvin yang langsung disambut dengan gelengan Kai.

"Suka! Suka pakai banget!" Jawab Kai antusias.

"Kalau gitu ayo kita mandi terus ke sekolah..." Melvin menggendong Kai, membawanya ke kamar mandi.

Dengan telaten dia memperhatikan Kai yang sedang menggosok gigi, memastikan kalau 'putranya' benar-benar menggosok gigi dengan bersih. Setelah itu dia meninggalkan Kai untuk mandi sendiri, lalu menyiapkan seragam yang akan dipakai.

Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora