32. Restu

14.5K 1.6K 14
                                    

Happy reading all, jangan lupa vote dan comment nya. Thank you...

Instagram : @ellechelle_


***


Mentari menghela nafas, padahal yang dia lakukan hanya mencuci piring-piring bekas mereka sarapan tadi. Dia memejamkan matanya ketika teringat kejadian tadi pagi saat Melvin dan dirinya kepergok bapak hampir berciuman di ruang tamu.

"Aaarrrggghhh..." Desah Mentari frustasi. Dia ingin menjerit melampiaskan emosinya, namun tidak mungkin juga disini. Yang ada dia dianggap gila oleh tetangga-tetangga mereka nanti.

"Kalau capek ya istirahat saja. Sini biar ibu yang bersihin." Darsih tiba-tiba saja sudah ada di samping Mentari, memaksa putrinya untuk sedikit bergeser, kemudian mengambil alih spons dari tangan Mentari.

"Nggak apa-apa bu, biar Tari saja." Mentari yang hendak mengambil lagi spons cuci piringnya malah dihalangi oleh Darsih.

"Sudah ndak masalah, ibu tahu kamu capek. Ke depan saja sana, bapak sudah mau berangkat, kamu bawain makanan yang tadi sudah ibu siapkan."

Mentari tertunduk lesu. Dia jadi sungkan bertemu dengan ayahnya karena kejadian tadi. Karso sama sekali tidak memarahi mereka, tapi justru itu yang membuat dia makin tidak enak hati. Ayahnya memang mengerikan kalau sedang marah, tapi Mentari tahu kalau Karso jauh lebih mengerikan ketika tidak bisa lagi marah.

Ngomong-ngomong tentang ayahnya, dia jadi ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan Melvin. Lelaki itu sedang ada bersama dengan ayahnya selesai mereka sarapan tadi. Kai masih belum bangun, dan Mentari memang sengaja tidak membangunkan putranya karena ini belum jam tujuh pagi, Kai pasti masih kelelahan.

Kalau ibu sibuk menyiapkan bekal ayahnya, lalu dia sendiri juga mencuci piring di dapur, dengan siapa lagi Melvin berada sekarang kan kalau bukan dengan ayahnya. Mentari hanya bisa berdoa semoga ayahnya tidak melakukan hal yang bisa membuat Melvin masuk rumah sakit.

Mentari mengambil rantang yang ada di atas meja makan.Pandangannya berkeliling, mencari dimana keberadaan dua laki-laki itu. Samar-sama dia bisa mendengar suara Karso dari teras depan rumah. Buru-buru dia berjalan ke depan, sayang ketika dia datang Karso sudah siap-siap mau pergi dan bangkit berdiri.

"Bapak sudah mau berangkat?" Tanya Mentari kemudian mengulurkan rantang makanan yang ada di tangannya. Karso menatap putrinya dengan lekat sebentar sebelum menerima rantang yang disodorkan, membuat Mentari jadi salah tingkah. Dia melirik Melvin, tapi Melvin juga tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Masih biasa saja. Pandangan Karso beralih pada Melvin.

"Jangan lupa, nanti siang ajak Kai juga sekalian.."

"Iya Pak." Jawab Melvin.

Sebelah alis Mentari terangkat, bingung dengan pembicaraan Melvin dan ayahnya. Kenapa juga putranya dibawa-bawa. Mulut Mentari gatal ingin bertanya, tapi dia urungkan karena Karso sudah ingin berangkat.

Mereka berdua terdiam, memandang kepergian Karso. Ketika punggung ayahnya sudah tidak terlihat lagi, barulah Mentari menghampiri Melvin yang malah kembali duduk dan mencomot pisang goreng yang ada di meja.

"Bapak kenapa? Nanti siang ada apa? Kok bawa-bawa Kai segala?" Tanya Mentari pelan, sesekali melihat ke dalam, takut-takut kalau ibunya muncul mendadak seperti tadi.

"Oh, nanti siang sama Kai mau nyusul bapak ke sawah."

"Udah itu aja? Bapak nggak bilang apa-apa lagi?" Tanya Mentari lagi. Melvin menggeleng cepat karena mulutnya masih mengunyah pisang goreng. "Yakin bapak nggak ngomong apa-apa? Masalah tadi pagi juga?" Lagi-lagi Melvin menjawab dengan gelengan. Kali ini dia berusaha menelan pisang gorengnya secepat mungkin.

Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن