23. Another Problem

17.1K 1.7K 42
                                    

Happy reading all, jangan lupa vote dan comment nya. Thank you...

Instagram : @ellechelle_


***


Melvin berbalik memeluk gulingnya dengan senyuman. Dalam hati dia bersorak karena Mentari masih mau bersama dengannya setelah semua yang terjadi dua hari lalu. Berhubung hari ini hari Sabtu, dia sama sekali tidak ingin melakukan apapun. Mentari dan Kai juga sedang ada acara, katanya Jagad dan keluarganya sedang berkunjung ke Jakarta.

Ponsel Melvin berdering, beberapa panggilan masuk yang sejak tadi dia abaikan itu tidak menyerah ternyata. Dengan malas dia mengambil ponselnya yang ada di nakas. Nama Lora tertera di sana bersama dengan delapan belas panggilan lainnya yang dia yakin juga dari Lora.

Melvin meletakkan kembali ponselnya ke nakas setelah lebih dulu dia silent supaya tidak berbunyi lagi. Dia tidak peduli, kakaknya memang biasa mengganggu. Dia kembali melanjutkan acara tidurnya yang sempat tertunda. Kali ini dia berharap bisa memimpikan Mentari.

Kalau orang-orang bilang dia gila, dengan senang hati dia akan menerima. Kenyataannya dia memang sudah tergila-gila dengan Mentari. Senyum Melvin masih mengembang walaupun matanya sudah terpejam.

Dirasanya baru beberapa menit dia memejamkan mata, bel apartemennya berbunyi beberapa kali. Masih tetap menutup mata, dia pikir nanti juga akan berhenti dengan sendirinya, namun sayang bel apartemennya malah makin menggila.

Melvin bangun, terduduk di atas tempat tidurnya, mengumpat kesal pada siapa pun yang bertamu di akhir pekan pagi-pagi begini ke apartemennya. Dia mengambil ponselnya, mengecek jam berapa sekarang. Pukul setengah sembilan pagi, hampir satu setengah jam dia terlelap, padahal rasanya baru beberapa menit.

Dengan malas dia berjalan keluar kamar, menuju ke pintu depan dan melihat dari lubang intip yang ada di pintunya untuk memastikan siapa tamu tak diundang itu. Mata Melvin membulat ketika melihat seorang wanita berdiri di depan pintunya. Buru-buru dia membuka pintu. Belum sempat apa-apa, ayunan tas sudah melayang ke kepalanya berkali-kali.

"Bagus kamu ya! Lora telepon kamu berkali-kali kamu nggak angkat! Masih enak-enakan tidur kamu disaat kita semua hampir kena serangan jantung?! Mama hampir mau mati tau kamu!!!" Arimbi, ibu Melvin berdiri garang sambil terus mengayunkan tasnya memukuli anak bungsunya itu.

Melvin melindungi kepalanya dengan kedua tangannya, sekuat yang dia mampu. Baru dua hari yang lalu dia menerima bogem mentah dari Adrian, sekarang dia malah dipukuli membabi-buta oleh ibunya. Melvin melangkah mundur menghindari pukulan Arimbi, sekaligus memberikan jalan supaya ibunya bisa masuk ke dalam.

"Mama apa-apaan sih! Sakit!!!" Pekik Melvin ketika tas Arimbi berhasil mengenai wajahnya, mencolek luka lebam di sudut bibirnya yang belum begitu kering.

"Mama apa-apaan?! Kamu yang apa-apaan!!! Masih bisa kamu tidur hah?!" Arimbi hendak menghajar Melvin lagi, namun keburu ditahan oleh Melvin. Dia bergegas menutup pintu apartemennya, takut-takut ada yang lewat dan melihat adegan kekerasan itu.

"Mama yang apa-apaan! Pagi-pagi udah marah-marah aja datang ke sini!" Arimbi menggigit bibirnya gemas dengan kelakuan putranya ini.

"Lora telepon kamu dari pagi, kenapa nggak diangkat? Kalau diangkat mama nggak bakalan datang kesini. Ini udah siang lagian bukan pagi lagi!" Arimbi berjalan masuk, mendudukan dirinya di sofa yang ada di ruang tamu apartemen milik putranya. Melvin sendiri berdiri dihadapan Arimbi, sama sekali tidak ada inisiatif untuk duduk. Dia tidak ingin ibunya berlama-lama disini.

"Kenapa memangnya? Ini kan weekend, aku mau istirahat. Lora mau minta tolong apaan lagi sih!" Gerutu Melvin sambil menggaruk kepalanya. Arimbi menggelengkan kepalanya tidak percaya sekaligus tidak habis pikir kenapa bisa-bisanya dia punya putra begini.

Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang