24. Tekad Melvin

17.4K 1.8K 17
                                    

Happy reading all, jangan lupa vote dan comment nya. Thank you...

Instagram : @ellechelle_


***


Sepeninggal Arimbi dari apartemennya, Melvin tidak bisa melanjutkan tidurnya lagi. Kantuk yang begitu menggerogotinya tadi menghilang entah kemana. Yang ada di dalam kepalanya sekarang hanya membuat perhitungan dengan Adrian. Berani-beraninya lelaki itu datang ke rumah ibunya lalu marah-marah disana.

Melvin bergegas membersihkan dirinya, berpakaian santai, celana jeans dan kaos oblong biasa. Dia tahu sekarang apa yang harus dilakukannya hari ini. Pergi membuat perhitungan dengan sepupu kurang ajarnya karena sudah membuat ibunya jadi seperti tadi.

Jujur saja, Melvin tidak tahu dimana Adrian tinggal setelah bercerai. Dia juga tidak yakin kalau Adrian masih ada di kediamannya sesiang begini. Dia tahu sifat sepupunya, mereka pernah begitu dekat bagaikan kakak adik dulu.

Harus Melvin akui, Adrian itu rajin dan giat. Dari sejak mereka sekolah dulu dia hampir tidak pernah mendengar kata lelah keluar dari mulut Adrian. Lelaki itu adalah definisi sempurna anak yang diharapkan tiap orangtua. Ibunya saja selalu memuji-muji Adrian dulu di depannya. Jadi dia yakin kalau Adrian pasti tidak mungkin ada di kediamannya, berleha-leha sambil memainkan ponselnya.

Mengingat kehidupan Adrian yang sedikit mengenaskan pasca bercerai, terutama kondisi perusahaannya yang selalu masuk kolom berita karena sedang carut-marut, Melvin hanya bisa menebak lelaki itu pasti ada di kantornya weekend begini.

Melvin bergegas menghabiskan sarapan sekaligus makan siangnya, kemudian menyambar dompet dan kunci mobilnya, berjalan cepat menuju lift yang membawanya ke parkiran apartemen. Dia tidak ingin membuang waktu lagi. Semua masalah sialan ini harus segera selesai kalau dia mau segera membangun kehidupan barunya dengan Mentari.

Untung saja jalanan sedang berpihak padanya, lengang dan tidak macet. Tiga puluh menit kemudian dia sudah sampai di salah satu gedung perkantoran yang mewah. Perusahaan Adrian ada di salah satu lantai di gedung itu.

Masuk dengan begitu percaya diri, Melvin menuju lantai empat puluh dua. Harap-harap cemas apakah feeling nya masih setajam dulu terhadap sepupunya. Ketika pintu lift terbuka, benar saja sedang ada orang disana walaupun dia tidak bisa menemukan siapapun. Matanya berkeliling mencari, namun tetap saja tidak ada siapa-siapa. Akhirnya dia nyelonong masuk begitu saja.

Ruangan di ujung kiri yang dilapisi dengan dinding kaca memudahkan Melvin untuk melihat Adrian. Lelaki itu ada disana, sibuk dengan laptop yang ada dihadapannya. Adrian sama sekali tidak menyadari kehadiran Melvin. Barulah ketika Melvin membuka pintu kaca, Adrian mengalihkan pandangannya pada adik sepupunya itu.

Tatapan mereka bertemu. Adrian menatap Melvin dingin dan menusuk, lain dengan Melvin yang begitu santai. Melvin melangkah masuk tanpa dipersilahkan, bahkan dengan cengiran yang amat menjengkelkan bagi Adrian.

"Lama nggak bertemu Mas, sekalinya ketemu aku main di pukul aja kaya kemarin." Melvin beranjak duduk di hadapan Adrian. Kini mereka hanya terpisahkan oleh meja kerja Adrian.

"Mau apa kamu kesini? Darimana bisa tahu Mas disini?" Kata Adrian dingin, tapi jauh lebih sopan dibanding pertemuan mereka kemarin di depan sekolah Kai karena dia sudah memanggil Melvin dengan sebutan 'kamu'.

Adrian memang orang yang tenang sejak dulu, tapi dia tidak percaya kalau Adrian masih sama saja kadar cuek dan tenangnya, bahkan lebih parah. Kalau dipikir-pikir, Adrian dan Mentari sifatnya sebelas dua belas. Melvin jadi tidak percaya kedua orang itu pernah punya masa lalu sebagai kekasih. Bagaimana pacarannya coba? Diam-diaman?

Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)Where stories live. Discover now