3. Bukan Klien Biasa

32K 2.9K 12
                                    

Jangan lupa vote dan comment nya...
Instagram : @ellechelle_

***

"Hhhmm, hati-hati disana, jangan telat makan, jangan tidur malam-ma-" Sambungan telepon diputus begitu saja sebelum dia selesai bicara. Tari menggelengkan kepalanya sebentar sebelum kembali menyimpan ponsel pintarnya itu.

Tok... Tok... Tok....

Tania melongokkan kepalanya dari balik pintu. Setelah melihat anggukan kecil dari Tari barulah dia berani menapakkan kaki ke dalam sana.

"Ada apa?" Tanya Tari yang masih sibuk membaca semua berkas-berkas perkara.

"Ibu dipanggil Pak Sulis ke ruangannya, penting katanya Bu," Tari berhenti dari aktivitasnya, menatap Tania meminta penjelasan. "Saya kurang tahu perihal apa, yang pasti ada klien di ruangan Pak Sulis Bu." Lanjut Tania lagi. Tanpa harus diberitahu juga dia sudah tahu arti tatapan Tari tadi.

"Oke." Tari bangkit berdiri, merapihkan pakaiannya sebentar, kemudian berjalan keluar sementara Tania juga ikutan mengekori Tari dan kembali ke meja kerjanya sendiri.

Mengetuk ruangan Pak Sulistyo pelan, Tari menunggu instruksi masuk dari bosnya itu. Ketika sudah dipersilahkan barulah Tari membuka pintu.

"Bapak memanggil saya?"

"Tari, perkenalkan ini Ibu Natasha Wijaya." Pandangan Tari beralih pada satu-satunya wanita di ruangan ini selain dirinya. Dia mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh calon klien mereka mungkin kalau dari penjelasan Tania tadi.

"Mentari."

"Natasha."

"Ayo duduk, kita bicarakan lebih lanjut." Kata Pak Sulistyo. Tari mengambil posisi duduk disamping Pak Sulistyo, sementara Natasha ada di hadapan mereka.

Melihat dari penampilannya, klien mereka kali ini tentu bukan orang sembarangan. Wanita di hadapannya ini berpakaian rapih ala orang kantoran, tapi semua barang yang dikenakannya dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki berasal dari rumah mode ternama yang harganya bisa ratusan juta bahkan miliaran rupiah untuk satu buahnya. Wanita ini ibarat uang berjalan kalau semua yang dia kenakan di total dalam rupiah.

"Bu Natasha, Mentari ini yang nanti akan menangani kasus Ibu," Jelas Pak Sulistyo. "Tar, Bu Natasha sedang dalam proses mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya. Kamu tolong bantu dia ya, beliau ada beberapa tuntutan juga, biasalah kalau perceraian mah." Lanjut Pak Sulistyo yang dijawab dengan anggukkan Tari.

"Tuntutannya perihal apa Bu?" Tanya Tari langsung. Menangani kasus perceraian bukan hal yang mudah, apalagi kalau tuntutannya tentang hak asuh anak. Bisa jadi kasus panjang yang tidak akan ada habisnya.

"Harta gono-gini. Syukurnya kami belum memiliki anak, tapi sayangnya kami tidak punya perjanjian pra-nikah dulu, karena kebodohan saya tentu saja." Tari mengangguk paham sekaligus lega.

"Semua berkas sudah saya siapkan, kamu bisa mulai pelajari. Selebihnya Mentari yang akan menghubungi dan menangani kasus perceraian Ibu. Jangan khawatir, Mentari ini Pengacara handal kami." Jelas Pak Sulistyo.

"Tidak masalah, saya percayakan semuanya ke Bapak. Saya yakin pilihan Pak Sulistyo tidak akan salah, terlebih lagi Firma Hukum Bapak kan kepercayaan papi. Yang penting saya mau sesegera mungkin pernikahan sialan ini berakhir. Kamu bisa hubungi saya langsung kalau ada yang perlu dibahas, sekarang saya harus kembali ke kantor dulu." Natasha bangkit berdiri, berjabat tangan dengan Sulistyo dan Mentari, kemudian kembali dengan rutinitasnya yang padat karena segudang rapat yang harus dia hadiri.

Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu