21. Melangkah Pasti

17.9K 1.9K 24
                                    

Happy reading all, jangan lupa vote dan comment nya. Thank You...

Instagram : @ellechelle_


***

"Mau pulang bersama? Kamu bisa tinggalkan mobil kamu di kantor saja." Suara Melvin diseberang telepon sana begitu merdu di telinga Mentari. Sudah hampir pukul delapan malam, dan mereka berdua masih tenggelam dengan pekerjaannya masing-masing. Bedanya kalau Melvin sebentar lagi memang akan pulang, sementara Mentari enggan pulang.

Dia sudah mengabari Yuli dan Kai kalau dia akan pulang terlambat. Putranya sempat protes mengingat cake yang dibelikan tadi siang berarti tidak akan disentuh oleh ibunya. Tapi bukan Kai namanya kalau tidak jadi anak yang penurut.

"Kamu duluan saja, aku sedang tidak ingin berada di rumah." Jawab Mentari.

"Aku tunggu kamu di lobby sepuluh menit lagi. Cepat beres-beres."

"Vin, aku su-"

"Nggak akan pulang. Aku janji nggak akan mengantar kamu pulang. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat buat refreshing, aku tunggu di bawah, tidak ada penolakan." Potong Melvin cepat, kemudian mengakhiri panggilan mereka begitu saja.

Mau tidak mau Mentari beranjak juga dari kursi panasnya. Dia membereskan meja kerjanya yang masih berantakan, kemudian memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas, barulah kemudian dia beranjak keluar dari sana. Seluruh karyawan sudah pulang tentu saja. Di kantor ini hanya Mentari yang paling sering pulang terlambat. Tidak butuh waktu lama bagi Mentari untuk bisa sampai di bawah. Begitu pintu lift terbuka, Melvin sudah menunggunya sambil melipat tangan di dada dan bersandar di dinding.

"Wow, luar biasa sekali. Tepat sepuluh menit." Melvin melirik jam tangannya. Mereka berjalan beriringan ke parkiran.

"Mau ke mana memangnya?" Tanya Mentari ketika Melvin membukakan pintu mobil untuknya.

"Nanti juga tau." Melvin menarik sabuk pengaman, memasangkannya pada Mentari, persis seperti yang sering dia lakukan pada Kai dan Disha. Kemudian dia menutup pintu, berjalan ke arah kemudi mobil dan duduk di samping Mentari. Tidak buang-buang waktu, dia langsung melajukan mobilnya keluar dari parkiran kantor, menembus jalanan Ibukota yang sudah tidak terlalu padat.

"Kai nggak marah kamu belum pulang juga jam segini?"

"Kesel sebentar doang, dikasih pengertian juga udah baik lagi." Lumayan lama Melvin berkendara sampai mereka tiba di salah satu pantai yang tidak asing lagi. Masih cukup ramai walaupun sudah semalam ini.

"Kamu ngapain bawa aku ke pantai?"

"Kan aku bilang tadi mau ngajak kamu refreshing. Ya kemana lagi kalau bukan kesini, dengerin ombak malam-malam." Melvin keluar mobil, diikuti oleh Mentari.

Angin malam hari di pantai tentu saja kencang bukan main. Beberapa kali rambut Mentari terbang berantakan. Dia sempat melihat beberapa orang yang sedang duduk santai di sekitar mereka. Sungguh, mereka satu-satunya yang masih mengenakan pakaian kerja lengkap dan formal untuk main ke pantai.

"Kita nggak banget Vin ke pantai." Ujar Mentari seraya membetulkan rambutnya yang sudah berantakan. Dia mengikuti Melvin, duduk di salah satu tempat duduk yang masih kosong.

"Sekali-sekali kamu butuh tempat yang lebih tenang. Bukan sekedar kantor, rumah, sama mall aja."

Mentari dan Melvin sama-sama terdiam, menikmati deburan ombak yang besar. Jangan bayangkan ini seperti adegan-adegan romantis di film-film, karena ombak pantai di malam hari bisa dibilang mengerikan, kencang, dan gelap.

Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang