Chapter 18

23.5K 3.3K 90
                                    

Felicha duduk dengan raut manisnya di ruang makan yang penuh dengan makanan lezat itu. Kini menunggu kedatangan ayah dan kakak-kakaknya yang lain, gadis itu sudah tidak sabar ingin mencomot satu makanan.

Eits, tahan Felicha. Jangan sekarang! Ingat Felicha dalam hati.

Kenapa mereka lama sekali? Batin Icha  kemudian.

Yang kedua datang setelah dirinya adalah Fiona. Fiona dengan langkah gemulai bak bangsawan anggun di kawal oleh pelayan —ibunya yang mengekori di belakangnya dengan sabar.

Felicha heran. Mau-mau saja ibunya dijadikan pelayan oleh anak sendiri. Tetapi ibunya juga gitu sih, tahu anaknya tiba-tiba jadi bangsawan kan merasa senang. Jadi keturunannya ada yang bangsawan gitu lah...

Setelah mendudukkan diri di kursi bak seorang putri raja, Fiona kini menatap Felicha yang sudah berada di tempatnya. Ketika dia melihat Felicha menatap makanan dengan mata penuh binar, Fiona menatapnya penuh ejekan.

Dasar kampungan! Seolah tidak pernah makan makanan lezat saja!

"Saudari Felicha, apakah kau sudah lapar. Jika lapar tidak apa-apa makanlah dulu, daripada perutmu sakit. Ayah pasti tidak akan memarahimu!" ujar Fiona dengan wajah sok khawatirnya.

Felicha yang tahu maksud Fiona mencibir dalam hati. Lalu dia akan menuruti drama Fiona. Kita lihat saja...

"Benarkah, saudari Fiona?" tanya Felicha dengan menampilkan mata berbinar.

"Iya." Fiona tersenyum penuh kasih. Tapi siapa tahu dalam hatinya dia sudah tertawa dan mengejek kebodohan Felicha.

Felicha dengan tak sopan mengambil paha ayam di dekatnya lalu mengunyah makanan lezat itu dengan lahap seolah ketagihan. Ugh, enaknya...

"Kenapa kau makan dulu, Nak?" Tiba-tiba suara Christopper memasuki pendengarannya.

Mereka melihat Christopper yang diikuti ketiga anaknya memasuki ruangan. Alister yang melihat Felicha sudah makan dengan lahapnya tanpa sadar tersenyum gemas. Cydney dan Calvin hanya diam. Tetapi pandangan keduanya tak luput menatap Felicha yang terlihat menggemaskan.

Fiona yang mendengar itu merasa penuh kemenangan. Pasti gadis kampungan itu akan segera dimarahi habis-habisan.

Felicha hanya diam. Menantikan drama yang terjadi. Ah, padahal dirinya malas sekali berdrama-dramaan. Tetapi Fiona sekian kali seakan ingin mempermalukan dirinya. Sekali-kali dituruti tak apalah!

Felicha seketika berakting terkejut. Gadis itu dengan cepat menunduk menaruh paha ayam yang dipegangnya di piring. Lalu dia berkata seolah tergagap takut, "A-aku sudah lapar, ayah. Jadi, aku mengambil makan dulu karena kalian lama sekali."

"Iya, sepertinya saudari Felicha sangat kelaparan, meski sikapnya tak mencerminkan bangsawan tetapi dia melakukan itu karena kelaparan, ayah. Jadi, jangan memarahinya ya... " Sebelum baron ataupun yang lain menanggapi, Fiona menyahut terlebih dahulu seolah membela. Padahal kalau diteliti lagi, kata-katanya itu mengandung arti berlainan.

Felicha yang mendengar itu menunduk berpura-pura sedih. "Maaf, semuanya..."

Christopper yang mendengar permintaan maaf putri kandungnya tiba-tiba menatap Fiona tajam. Namun, pandangannya kemudian beralih ke Felicha lagi. "Nak, ingat perkataan ayah tadi, tidak apa-apa kamu bersikap apa adanya ketika di depan keluarga. Kami akan memaklumi karena kamu masih kecil dan belum dewasa. Lain halnya jika dewasa nanti. Dan, jangan merasa bersalah, kecuali jika kamu berbuat salah dan tak sopan di hadapan para bangsawan lainnya."

Christopper dan kakak-kakak Felicha yang ada dibelakang baron mengangguk menyetujui ucapan ayah mereka.

Felicha mengangkat kepalanya. Matanya berbinar bahagia. "Baik, aku mengerti ayah!"

My Cutiepie Little LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang