Chapter 34

21.5K 3K 76
                                    

Felicha awalnya bingung maksud perkataan Fiona, tetapi mengingat ucapan penculik tadi bahwa ada yang ingin melenyapkannya, baru dia yakin kalau itu ulah Fiona.

Awalnya dia hanya mempunyai dugaan saja. Namun, Felicha menolaknya keras. Bisa sajakan kalau itu musuh baron karena Fiona terlalu kecil untuk berlaku sekejam itu? Tetapi Felicha tak menyangka bahwa itu benar-benar ulah Fiona.

Untung saja, dia ditolong oleh seseorang. Jika tidak, dia tak tahu apa yang akan terjadi padanya, mungkin dia telah menjadi budak?!

Felicha hanya bisa memandang Fiona penuh kekesalan. Dia tak boleh terlalu gegabah menyerang ataupun menampar Fiona walaupun sangat ingin melakukannya. Nanti jika dia diusir dari kediaman baron sebelum dia siap, bagaimana?

Sabar Icha, sabar!

Felicha melenggang begitu saja seolah tak mengerti maksud Fiona. Fia mas meladeni gadis itu. Gadis itu dengan cepat ingin tiba di kamarnya. Selain karena kelelahan kabur dari penculik, Felicha ingin segera melihat reaksi permata kecil dari kalung yang telah dibelinya. Apakah kalung itu akan meresponnya?

Felicha diam-diam menutup pintu sekaligus menguncinya. Dia dengan cepat duduk di ranjang empuknya. Gadis itu mengeluarkan kalung dari saku gaunnya. Dipandangnya cukup lama sebelum Felicha mulai menggesek-gesek permata kecil di salah satu ujung jarinya. Barangkali bisa melukai kulit semacam Fiona dalam novelnya.

Menunggu cukup lama tapi kalung itu tetap tidak merespon.

"Apa iya, Icha tidak bisa mengontrak kalung ini?" gumam Felicha bingung.

Benar, jika darah seseorang menetes ke benda tersebut. Sedang benda itu sendiri merespon. Maka akan terjadi kontrak antara keduanya. Artinya, kalung tersebut tidak akan dapat digunakan manfaatnya oleh orang lain sampai si pengontrak itu meninggal.

Lha, ini mah Icha malah tidak bisa melukai dirinya pakai permata itu. Apa itu tandanya dia ditolak?

Tatapan Felicha kemudian tertuju pada jarum di atas meja. Terselip diantara buntalan bulat benang. Meski ada pisau, dia tak seberani itu untuk mengiris tangannya sendiri. Lagipula jarum disini juga cukup besar, bisalah untuk sekadar membuat jari lentiknya mengeluarkan darah.

Cess!

"Auchh!!"

"Sakit juga rasanya, apalagi jika melakukannya dengan sengaja. Malah berasa sakitnya!" gumam Icha merasa sedih melihat ujung jarinya mengeluarkan darah.

Gadis itu kemudian mendekatkan permata kecil ke ujung jarinya. Lalu mengusapkan darah yang keluar ke permukaan halus permata.

Felicha menunggu sebentar namun tak ada reaksi.

Di novel saja reaksinya sangat cepat, ini mah apa tidak mau kontrak dengannya sehingga tak menimbulkan reaksi?

Atau apa bukan kalung ini yang dimaksudkan? Dia salah target barangkali? Pikir Felicha menduga-duga.

Karena kecewa, Felicha memilih untuk menyimpan kalung itu di salah satu box perhiasannya. Tetapi...

Blast!

Seketika sebuah cahaya menyebar menerangi kamarnya. Tubuh Felicha yang terlilit oleh cahaya terangkat rendah bersamaan dengan kalung yang memutari tubuhnya. Felicha merasa takjub akan hal ajaib ini. Untung saja kamarnya cukup tertutup sehingga cahaya tersebut tidak akan keluar ruangan.

Perlahan, kaki Felicha kembali menapak lantai bersamaan dengan kalungnya yang terjatuh ke telapak tangannya.

"Wah, luar biasa!" Felicha merentangkan tangannya kagum sembari mengamati apakah ada perubahan dari diriya.

My Cutiepie Little LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang