Chapter 29

19.4K 2.7K 102
                                    

Dalam perjalanannya menuju pasar, perkataan Cydney tadi masih terngiang di pikiran Felicha. Masalah dengan Fiona maupun Calvin yang memarahinya dia lupakan terlebih dahulu. Tak akan ada ujungnya kalau dia terus memikirkan hal itu. Malah, hal itu akan membuatnya tambah pusing seratus keliling.

Apa maksud Kak Cydney berkata seperti itu?

Icha tahu dirinya terlalu lemah untuk mengungkap kebusukan Fiona. Meski dia sudah berusaha berkata jujur, namun tak ada yang mempercayainya.

Kak Cydney benar. Kepercayaan membutuhkan bukti. Tetapi bagaimana Icha dapat membuktikan kalau dirinya tidak pernah bersalah?

Sayang sekali dunia ini tidak ada perekam atau CCTV yang biasanya menjadi bukti apakah orang itu melakukan kesalahan atau tidak. Meski ada perekam sihir, tak mungkin juga Icha dapat membelinya.

Ah, Icha tak bisa memikirkan caranya...

Dia terlalu belia untuk menghadapi rencana busuk Fiona. Bukannya dia tak pernah memikirkan cara lain, misalnya bermuka dua seperti Fiona dengan cara berpura-pura playing victim. Felicha tak suka bertindak sok lemah seperti itu. Dia lebih suka jadi orang yang strong.

Tetapi bagaimana dia melakukannya? huaa~

Sudahlah, nanti saja Icha memikirkannya lagi karena saat ini dia telah tiba di pasar.

Gadis itu kemudian menyuruh kusir menunggu terlebih dahulu di suatu tempat. Dia tanpa pengawalan siapapun membawa langkah kakinya menyusuri pasar.

Felicha memutuskan tidak membawa satu pun pelayan. Dia tidak seperti Fiona yang mempunyai pelayan tetap. Lagipula, jika dia menyuruh pelayan mengikutinya, Icha tidak yakin apakah pelayan tersebut mau. Karena sejak dia sering dimarahi keluarganya ini banyak pelayan melayangkan tatapan sinis padanya.

Pengawal pun Felicha tak membawa. Meski sebelumnya ada yang menawarkan untuk menemaninya, namun ditolak oleh gadis itu. Dia mau mencari benda pusaka, bukan untuk mengunjungi tokonya yang masih dalam perbaikan. Jika kebohongannya diketahui bukankah akan buruk untuk dirinya.

"Dimana ya kira-kira kiosnya?" gumam Felicha sembari meneliti satu persatu kios kecil pedagang asongan yang berjajar di pinggir jalan pasar.

Setelah mencari di sepanjang kios khusus pedagang asongan, Felicha masih belum bisa menemukan keberadaan kios nenek itu. Tapi dia tidak putus asa. Dia belum menjelajah seluruh pasar. Bisa saja nenek itu tidak berada berdagang di kios khusus pedagang asongan ini. Kemungkinan sekecil apapun bisa terjadi bukan?

Sepanjang siang itu, Felicha terus berputar megelilingi pasar. Meskipun kelelahan, gadis itu tidak menyerah. Dia harus bisa menemukan benda pusaka itu sebelum Fiona nantinya. Dia tak merasa merebut apa yang seharusnya menjadi milik Fiona. Karena dalam ceritanya pun, Fiona awalnya tak menyukai kalung itu sampai dia mendapatkan kegunaannya.

Namun, tetap saja Felicha masih belum menemukan keberadaan kios nenek itu. Felicha yang kelelahan memutuskan menunda pencariannya. Hal tersebut bisa dilakukan besok lagi bukan?

"Ayo, dibeli barangnya. Ayo dibeli..."

Ketika hendak mengakhiri pencariannya, dia mendengar suara tua nan lemah yang menjajakan barang. Felicha melihat ke arah itu. Tepat di pojok pasar, ada sebuah tempat sempit yang dijadikan kios oleh seorang nenek tua.

Nenek?

Felicha seketika mendatangi kiosnya. Di kios sekecil itu tak dipungkiri memang ada sedikit barang. Kelihatan sekali tidak ada barang berharga. Beberapa akseseori terlihat tua dan tampaknya hanya aksesori bekas.

My Cutiepie Little LadyWhere stories live. Discover now