Chapter 19

23.5K 3.2K 97
                                    

Felicha kini tengah berdiri di teras kediaman Arathorn menunggu kereta yang hendak mengantarkannya ke lokasi toko yang telah disebutkan baron sebelumnya.

Dan soal yang akan mengantarkannya, Felicha belum tahu siapa. Tapi lebih baik kakak Alisternya yang sudah cukup akrab dengannya. Atau Cydney yang sama perempuannya. Bukannya dia tak mau diantar Calvin hanya saja sikap lelaki itu padanya masih dikatakan 'kurang baik' membuatnya malas berurusan dengannya.

Kereta kuda yang telah disiapkan oleh ayahnya tiba. Felicha memandangi kereta khas bangsawan di depannya. Masih saja benda yang dilapisi emas yang menyilaukan mata ini membuatnya terkagum. Jika diletakkan di dunianya apakah mungkin akan menjadi kereta antik ya...

Entah bagaimana rupa kereta bangsawan kerajaan atau bahkan kekaisaran. Mungkin akan lebih mewah plus terbuat dari emas keseluruhan. Felicha tak berani membayangkan!

"Maaf, aku terlambat." Sebuah suara mengalihkan atensi Felicha dari pikiran absurdnya.

Di sampingnya, kini telah berdiri Calvin. Iya, ternyata Calvin —seorang yang kurang diharapkan— yang datang.

Melihat Felicha mengerutkan dagi seolah tak setuju jika bersamanya, Calvin berkata dengan nada pura-pura kesal, "Awalnya bukan aku yang akan menemanimu. Itu Kak Alister! Tapi dia sedang ada urusan tiba-tiba jadi dia meyerahkan tugas mengantarmu kepadaku! Jadi, jangan kegeeran juga seolah aku ingin mengantarmu!"

Perkataannya itu sungguh membuat Felicha kesal. Dia tidak tahu saja kalau Calvin hanya mengatakan kebohongan belaka. Karena gengsinya, lelaki itu tak menunjukkan kalau dia juga ingin mengantar adik kecilnya.

Memang benar kalau awalanya Alister yang akan mengantarnya, tetapi kakaknya itu mendadak ada urusan. Membuatnya dipasrahi mengantar adiknya.

Sejak kejadian adiknya menasehati dirinya itu, dia memang mulai memperhatikan adiknya yang menggemaskan. Entah kenapa ketika berlatih, kata-kata adiknya dan Kak Alister selalu terngiang di kepalanya. Ah, apakah dia sebelumnya seburuk itu... terlalu arogan...?

"Iya, iya, aku mengerti." Felicha menjawab dengan sebal.

"Ayo, kita berangkat!" seru Calvin mengajak berangkat Felicha.

Felicha mengangguk tanda setuju. Namun, masih berjalan beberapa langkah suara Fiona seakan mengganggu pendengarannya.

"Kak Calvin, saudari Felicha, boleh kah aku ikut? Aku juga ingin melihat tokomu."

Yee, iri bilang! Felicha membatin senang.

Calvin mengalihkan pandangnya pada Felicha seolah mencari persetujuan. Dan gadis itu hanya mengangguk saja. Pikirannya berputar bagaimana membuat agar Fiona semakin iri dengannya. Dia ingin melihat seberapa licik protagonis. Meski awalnya dia tak ingin menantang Fiona, tetapi gadis itu selalu mencari masala dengannya. Apalah daya! Ikuti saja kemauannya..

Dan akhirnya Fiona mengikuti perjalanan mereka dengan raut senang namun berbeda dengan suasana hatinya yang penuh kedengkian.

"Tenang Fiona, tenang. Setelah ini Felicha pasti tidak akan mengganggu kehidupanmu lagi." batin Fiona menyeringai.

Flashback on

Prangg!

Praaannggg!!!

Fiona membanting barang-barang di meja riasnya dengan penuh emosi. Nafas gadis itu memburu. Matanya penuh kebencian.

"Dasar kau, Felicha! Gelandangan yang selalu merebut apa yang seharusnya kumiliki!"

"Tenang, Nak! Tenang! Nanti baron dan kakak-kakakmu bisa tahu." Ibu Fiona a.k.a pelayannya berusaha menenangkan putrinya yyangpenuh emosi itu.

"Aku tidak peduli!"

"Nak, ibu tahu kamu tidak menyukai Nona Felicha. Tapi ingat, dia adalah putri kandung baron. Mereka tentu saja akan menyayanginya melebihi dirimu."

"Diamlah! Jangan membicarakannya! Kau itu hanya pelayan! Aku bahkan tak sudi mempunyai ibu sepertimu! Kenapa kau bukan seorang istri bangsawan sih?! Kenapa harus pelayan?! Ini membuatku malu seumur hidup tahu!" bentak Fiona berapi-api.

Ibunya terdiam. Ya, dia memang wanita rendahan. Dia tak bisa menjadi istri bangsawan kaya walaupun punya mimpi seperti itu. Dia tak bisa membahagiakan anaknya.

Ah, apa yang harus dilakukan agar membahagiakan anaknya?

"Baiklah, meski ibu bukanlah bangsawan yang memiliki kekuatan dan kekuasaan. Tetapi ibu punya sebuah rencana. Ibu tidak tahu apakah rencana ini akan memuaskanmu."

Fiona tiba-tiba sedikit tertarik dengan 'rencana' yang dimaksud ibunya. "Cepat, katakan!"

Ibunya tiba-tiba membisikkan sebuah rencana busuk. Walaupun tidak berbahaya tapi bisa membuat buruk nama Felicha. Huh, Fiona sungguh senang mendengarnya.

Felicha, tunggu saja. Aku akan merebut semua yang kau miliki!

Flashback off

Dan lihatlah Fiona yang tersenyum-senyum sendiri membuat Felicha mengerutkan kening. Meski si Fiona sering menunjukkan senyuman di wajahnya, Felicha tahu hatinya tidak.

Kini, senyum itu terkesan bermakna buruk. Dan firasatnya biasanya benar. Apakah si protagonis licik ini akan berbuat sesuatu kepadanya?

Mereka akhirnya telah tiba di lokasi toko yang disebutkan baron. Ternyata tempat itu memang strategis. Berada cukup di tengah pasar dimana terdapat ramainya orang yang lalu lalang.

Felicha memandang bangunan yang tengah bediri cukup indah di depannya. Memang dia meminta pada ayahnya agar diberi tempat yang sudah ada bangunannya juga. Tidak perlu mendesain bangunan. Itu terlalu lama dan rumit. Hanya perlu dekorasi saja.

Namun, sebenarnya di dunia sihir ini Felicha dengan mudah bisa saja merombak bangunan di depannya ini dengan sekali bicara kepada baron. Pasti ayahnya itu akan menurutinya kali ini.

Ya, Felicha kini tak merasa takut lagi kepada baron.

Gadis itu teringat dirinya pernah membaca tanpa ijin novel kakaknya—Arsyila— tentang transmigrasi gadis ke keluarga yang penuh dengan psikopat. Tokoh novel itu saja tak pernah takut pada keluarga yang penuh iblis itu. Malah, si tokoh bisa menjadi seorang yang disayangi semua orang pada akhirnya.

Apakah Felicha bisa seperti itu?

"Ayo, masuk!" Calvin memecah keheningan tiga orang mereka di tengah ramainya pasar itu.

Felicha dan Fiona mengikuti Calvin. Sedang beberapa pelayan dan prajurit mengikuti mereka sembari berjaga.

Felicha mengamati ruangan yang akan menjadi toko permennya itu. Memang cukup luas, bersih, dan indah walau tanpa dekorasi. Sudah ada meja dan kursi peninggalan toko sebelumnya. Katanya, sebelumnya tempat ini adalah bekas toko roti yang mengalami kebangkrutan karena kurang enaknya rasa. Meski toko ini sudah lama dijual, katanya tidak ada yang membeli dikarenakan harga belinya terlalu mahal.

"Wah, tempatnya cukup bagus!" kagum Fiona dengan mata seakan penuh binar melihat ruangan itu.

Felicha meliriknya sekilas. Tanpa memedulikan Fiona lagi, gadis itu mengecek seluruh ruangan tak terkecuali sudut-sudutnya pun.

"Apakah kau puas dengan tempat ini?" tanya Calvin santai.

"Ya, sangat puas! Ayah memang luar biasa dalam mencarikanku toko!" Felicha mengangguk senang tak lupa memuji sang Baron membuat Calvin entah kenapa geram dalam hatinya.

Gadis itu sangat puas dengan toko ini. Selain tempatnya strategis, ruangnya bersih, dan akan mudah menarik perhatian pastinya dengan dekorasi yang telah dipikirkan oleh Felicha

****

Thank's for reading :)
Karena alur bosenin mending langsung konflik abis ini dan kedepannya ada juga akan ada kisah antara Felicha dan Pasangannya...

My Cutiepie Little LadyOnde as histórias ganham vida. Descobre agora