Chapter 41

19.4K 2.8K 123
                                    

Kini, kediaman Arathorn masih menunggu sadarnya Felicha. Sudah dua jam gadis itu dibawa kembali ke kediaman namun belum ada tanda sadar dari pingsannya. Kata tabib sebelumnya, sekitar tiga jam lagi. Jadi, satu jam lagi kemungkinan Felicha akan sadar.

"Adik kecil, cepatlah sadar ya... Maafkan Kakak jika Kakak telah melukai hatimu sebelumnya... Kakak mohon, cepatlah sadar! Kakak merindukanmu... " ucap Alister memegang tangan mungil Felicha dan mengecupinya dengan penuh sayang.

Cklek!

Pintu terbuka menampilkan Christopper yang kembali lagi mengunjungi putrinya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Christopper sebelumnya juga sudah melihat keadaan putrinya ketika baru tiba di kediaman dalam keadaan tak sadarkan diri, membuat lelaki paruh baya itu khawatir bukan kepayang mengira putrinya mengalami kejadian buruk. Lelaki paruh baya itu bahkan sampai rela meninggalkan pekerjaannya sebentar demi menjaga putrinya.

Alister yang melihat ayahnya mendekati ranjang adiknya kemudian berdiri. Lelaki itu memilih keluar membiarkan ayah dan putri itu berkumpul melepas rindu, walau yang dirindukan masih dalam keadaan tak sadarkan diri sih.

"Sayang, maafkan ayah yang membuatmu seperti ini.... Jika saja, ayah tak melakukan sandiwara sialan itu pasti putri ayah tidak akan mengalami kejadian mengerikan ini. Maafkan ayah karena tak bisa menjadi ayah yang baik... Maafkan ayah... "

Christopper duduk di sebelah putrinya sembari mengelus surai kecoklatan putrinya yang halus bak sutra itu dengan penuh sayang. Lelaki paruh baya itu berkali-kali meminta maaf berharap putrinya akan segera bangun. Dia sangat merindukan tingkah ceria putrinya yang sudah lama tak dilihatnya itu.

Cepat bangun, Putri tersayang ayah...

*****

Disisi lain, di dalam ruangan yang tertutup sel besi, seorang gadis dan wanita paruh baya meringkuk dengan tangan yang terikat. Tubuh mereka dapat dikatakan dalam keadaan tak baik-baik saja. Tentu, karena penuh goresan akibat cambukan.

Dan kini, seorang lelaki muda tengah mencambuki mereka kembali terutama si licik Fiona sembari menunggu sadarnya Felicha. Lelaki itu tak terima akibat dibodohi oleh Fiona, dan memilih melampiaskan amarahnya dengan mencambuki si empu penyebab masalah, siapa lagi kalau bukan Fiona.

Ctarr!

Ctarr!

Ctarrr!

"Kak Calvin, hiks, udah Kak! Fiona kesakitan, hiks, hiks." Fiona dengan mengelurakan tangisnya berusaha menarik simpati Calvin.

"Hiks, hiks, Fiona tidak salah, Kak Calvin! Itu semua kesalahan gadis gelandangan itu, hiks, hiks, dia pasti udah jebak Fiona!" lanjutnya tetap menyalahkan Felicha.

"Diam! Ini semua salahmu, sialan! Gara-gara kaulah aku menjadi salah paham kepada Icha!" bentak Calvin penuh amarah.

Ctarrr!

Ctarrr!

"T-tuan Muda, hen-hentikan! Bagaimanapun Nona Fiona adalah adik Anda!" ujar Lessi membela putrinya.

"Dia bukan adikku, sialan!" bantah Calvin keras.

"Dan kau juga, diamlah, pelayan rendahan!" Tatapan tajam Calvin beralih menatap pelayan—ibu Fiona itu.

Ctarr!

Ctarr!

"Kak, hiks, hiks, lepasin Fiona, Kak! Fiona tidak bersalah!" ujar Fiona keukeuh.

My Cutiepie Little LadyWhere stories live. Discover now