Chapter 22

21.1K 2.7K 169
                                    

Istal kuda di kediaman duke cukup besar dan mampu menampung puluhan kuda. Sayangnya, hanya ada satu anakan kuda, jika banyak mungkin para lady dapat berlatih juga sembari melihat-lihat.

Di kediaman mereka, walau kebanyakan bangsawan pasti memiliki istal, tidak semuanya ada anakan kuda khusus anak perempuan bangsawan. Dari pada berkuda, lebih baik belajar menari, menyanyi, kaligrafi, dan hal-hal berbau keanggunan lainnya.

"Wah, kuda poni Nona Celina sangat cantik!"

"Benar saja bulunya terlihat sangat halus."

"Pasti sangat mahal, bukan?"

Komentar para lady membuat Celina tampak bangga. Dia suka dipuji dan dikagumi banyak orang terutama gadis-gadis seusianya. Bukankah dia adalah gadis paling unggul diantara mereka?

Felicha ikut memandang kuda poni putih milik Celina. Memang benar sangat indah dan cantik. Dia juga ingin memiliki kuda lucu dan imut seperti itu. Sayangnya, itu pasti mahal. Dia yang baru minta toko mana bisa meminta lagi agar dibelikan kuda poni. Semua pasti merasa dirinya sangat serakah nanti. Dia tak mau dianggap seperti itu!

Disisi lain, Fiona juga tampak iri akan keunggulan yang dimiliki Celina. Sudah cantik, anak duke terhormat, kaya, dan mampu dituruti semua keinginannya. Betapa beruntungnya si Celina itu!

Walau dia merasa iri tapi dia hanya bisa mengatakannya dalam hati. Tak mungkinkan dia ingin merebutnya? Lagipula dia tak ada hubungannya dengan duke. Mengingat itu, dia melirik ke arah Felicha yang sedang memandang kuda poni Celina.

Aha!

Dia punya ide untuk merusak reputasi Felicha itu.

Tidak masalah jika dia tak bisa seperti Celina. Setidaknya dia bisa menjadi yang utama di keluarga baron bukan?

Namun sebelum itu, dia harus bisa menyingkirkan hama itu.

Setelah puas melihat kuda poni Celina, beberapa bangsawan duduk di tempat yang disediakan di dekat istal. Walau cukup dekat dengan kandang kuda. Tentu saja tidak ada bau-bau busuk kotoran kuda karena istal rutin dibersihkan.

Fiona akan memanfaatkan situasi ini dimana ketika sudah cukup sepi dan para bangsawan kembali duduk agak jauh dari tempat kuda poni Celina berada.

Melihat tinggal beberapa lady mengusap rambut putih kuda yang halus, Fiona mendatangi mereka.

"Wah, salam Nona-Nona. Kuda Nona Celina memanglah yang terbaik diantara kuda-kuda yang ada," ujar Fiona tak lupa melontarkan pujian pada Celina.

"Benar sekali, Nona Fiona."

Ketika lady yang ada di dekat kuda itu sedang memperbincangkan masalah lain dan tak memperhatikan tindak tanduknya, Fiona dengan sangat berhati-hati melonggarkan ikatan kuda seolah dia hanya mengelus rambut kuda dengan penuh kesukaan.

"Ah, saudari. Apakah kau tidak ingin melihat kuda dari dekat?" Fiona mendatangi Felicha yang tengah melamun di dekat kuda.

Felicha segera tersasar dari lamunannya setelah mendengar suara Fiona. Memang benar gadis itu berada di dekat kuda walau tak mendekat dan menyentuhnya. Felicha tidak mau sesuatu yang buruk terjadi. Siapa tahu jika tiba-tiba ada hal seperti itu, bukan?

Sayang sekali gadis itu tak memperhatikan gerak gerik Fiona karena memikirkan keinginan untuk mempunyai kuda juga. Di dunianya dulu, Icha hanya dapat melihat dari TV hal-hal seperti itu. Kini, melihat kenyataan dia tak bisa tak memikirkan apakah keinginannya dapat terwujud atau tidak.

My Cutiepie Little LadyWhere stories live. Discover now