Chapter 51

15.3K 1.6K 157
                                    

"Kita akhiri pelajaran kita hari ini. Terima kasih murid-murid semua, sampai jumpa pada pertemuan selanjutnya."

Felicha menghembuskan nafas lega ketika pelajaran hari ini berakhir, gadis itu hendak mengajak Jasmine ke kantin tetapi tertunda karena Madam Pru berbicara kembali.

"Oh iya, saya lupa menyampaikan, pertemuan selanjutnya kita akan pergi ke hutan terdekat untuk mengidentifikasi tumbuhan herba yang telah kita pelajari serta memetik beberapa sebagai eksperimen nantinya."

"Baik, Madam!"

Setelah itu, Madam Pru keluar kelas. Para murid mengikuti beramai-ramai keluar untuk melakukan kegiatannya masing-masing, namun seperti yang kita ketahui, kebanyakan tentu menuju kantin untuk meringankan perut mereka yang sudah menjerit lapar.

"Ayo, Jasmine!"

"Ayo!"

Seperti biasa, mereka menghampiri kelas Aimee dan melihat orang yang dimaksud sudah berdiri di depan kelasnya menunggu mereka.

"Kalian tadi pelajaran siapa?"

"Madam Pru," jawab Jasmine.

"Oh, professor wanita yang terlihat galak itu ya. Aku juga sudah diajar olehnya kemarin. Minggu depan katanya kita akan berkeliling hutan untuk mencari tanaman herba," ucap Aimee.

"Ah, kita juga tadi," sahut Felicha.

"Dengar-dengar sih nanti kelas kita akan digabung dan berangkat bersama. Katanya lebih baik beramai-ramai ke hutannya dari pada hanya sedikit orang. Takutnya jika nanti terjadi sesuatu yang tak diinginkan," ujar Aimee memberitahu.

Jasmine mengangguk menyetujui. "Aku juga setuju seperti itu."

"Iya, benar. Jika kelas digabung pasti lebih ramai dan bisa saling bekerjasama," timpal Felicha.

Mereka bertiga menuju kantin dan langsung memesan makanan setelah memperoleh tempat duduk. Lalu terdengar kembali beberapa teriakan para gadis melihat para pangeran yang lewat. Memang terkesan bukan sikap bangsawan sekali sih yang tidak memperhatikan kesopanan, tetapi beberapa orang memang seringkali mengabaikan kesopanan itu ketika berada di akademi, karenanya mereka terkesan memiliki sedikit kebebasan. Mungkin kecuali di depan guru atau ada tamu penting, mereka tentu mampu menjaga sikap.

"Kak Urielku tersayang, princessmu yang cantik ini datang!"

Suara Jenina terdengar sangat kerasa sampai seluruh penghuni kantin mendengarnya. Dan Uriel sebagai seorang yang dipanggil itu merasa sangat malu, wajahnya pun sudah memerah menahan amarah, tinggal menunggu pelampiasannya saja.

Wah, Putri Jenina mulai beraksi!

Iya, apa benar dia menyukai sepupunya sendiri?

Cari perhatian sekali!

Walau begitu, Felicha masih bisa mendengar bisik-bisik para siswi di dekatnya mengenai sifat Putri Jenina itu. Yap, tak dipungkiri walau banyak penjilatnya juga banyak yang tak menyukainya.

"SUDAH CUKUP JENINA! AKU SANGAT MUAK MELIHAT TINGKAHMU YANG TAK TAHU MALU INI!" Setelah meneriakkan amarahnya, pangeran Uriel pergi begitu saja dari tempat duduknya.

Tapi, tentu saja Jenin takkan membiarkannya pergi. Gadis itu mengejarnya, sampai dia berhasil memegang lengan pangeran namun ditepis. Pangeran Uriel yang menepisnya mungkin terlalu keras sampai dirinya tak sengaja menabrak siswi yang lewat. Siswi itu terjatuh bersama minuman dingin yang dibawanya.

Sialnya lagi, semua itu terjadi di dekat tempat duduk Felicha. Felicha bahkan terkena cipratan minuman yang jatuh berserakan itu.

"Maaf, Lady. Apa Anda baik-baik saja?" tanya Uriel sopan sembari mengulurkan tangan kepada siswi yang terjatuh tadi.

Siswi tersebut terlihat sangat senang ditolong pangeran. Yap, meski pangeran sebelumnya menabraknya baginya itu tidaklah apa-apa, apalagi kalau dapat uluran tangan gratis dari sang pangeran pujaan.

Namun, setelah adegan itu pangeran segera mengalihkan pandangnya pada Felicha. Entah pangeran ini mengenalnya atau tidak, Felicha tak tahu. Semoga saja sih tidak, karena Felicha tak ingin menimbulkan masalah bagi ketenangannya di akademi ini.

"Kalau Anda, bagaimana Lady? Apakah Anda tidak apa-apa?"

"Saya tidak apa-apa, Yang Mulia, sungguh. Terima kasih telah menanyakan," jawab Felicha sopan.

"Baiklah, kalau begitu. Saya permisi dulu," pamitnya langaung melamgkah pergi.

"Kak Uriel! Tunggu!" Putri Jenina tentu saja mengejarnya kembali. Sebelum pergi masih sempatnya dia memelototi siswi yang tak sengaja ditabrak pangeran tadi serta Felicha pun tak luput mendapat pelototannya.

"Oh, ternyata ini Kau, Nona Felicha. Aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini."

Tentu saja itu suara orang yang dikenal Felicha. Ingat akan seorang gadis bernama Celina. Yap, dia adalah Celina Rault putri Duke Rault dari kerajaan Loireina yang pestanya dulu pernah dikacaukan Felicha —ups Fiona sih yang sebenarnya mengacaukannya. Tapikan tidak ada yang menyadarinya dan gadis itu masih menganggap Felicha-lah penyebabnya.

Ternyata baru Felicha sadari kalau Celina sekarang tampak menjadi dayang putri Jenina. Dulu saja dia sok-sok an menjadi pemimpin para gadis bangsawan di kerajaan Loireina yang harus dijunjung tinggi. Kini, lihatlah dia sekarang. Malah menjadi penjilat si putri arogan itu.

"Iya, saya juga Nona Rault. Kita tidak begitu akrab untuk sebutan nama langsung."

Raut Celina yang awalnya sok dekat kini berubah murung. "Sepertinya sifat pengecutmu, sudah mulai hilang, Nona Agathon."

Tentu saja Celina dari bangsawan tingkat duke kerajaan tahu kalau keluarga Baron Arathorn ternyata merupakan bagian dari keluarga duke Agathon, yang kedudukannya lebih tinggi darinya. Tentu awal mengetahui itu dia merasa tak terima. Apalagi mengingat si Felicha yang merusak pestanya. Kini, dia harus menunduk di depannya. Sungguh, kesialan nyata!

"Setiap orang tentu berubah, Nona Rault."

"Ya, Anda benar." Setelah mengucapkan itu, Celina tak ingin berbasa-basi mempermalukan diri di depan Felicha. "Kalau begitu, saya permisi dulu. Ada urusan yang harus saya selesaikan. Sampai jumpa, Nona Agathon dan Nona-Nona lainnya."

Gadis itu langsung berlalu dengan cepat tanpa menoleh lagi ke belakang.

"Ah, lihatlah ekspresinya tadi. Sepertinya dia dulunya adalah rivalmu, benarkan Icha?" ujar Aimee tak kuasa menahan tawa.

"Sebenarnya bukan juga sih, dia anak duke di kerajaanku dulu. Yah, sifatnya agak begitulah seharusnya kalian tahu. Sedang aku kan dulunya hanya anak seorang baron sebelum identitasku diketahui. Jadi, mungkin dia merasa tak terima saja. Apalagi aku pernah merusak pesta tehnya, ah bukan aku sih sebenarnya."

"Maksudmu, merusak pesta tehnya tetapi itu bukan ulahmu, jadi apa kau dijebak olehnya, begitu?" tanya Jasmine menebak-nebak.

"Bukan juga, aku memang dijebak tapi oleh orang lain. Sedangkan dia yang salah paham jadi menyalahkanku," jelas Felicha.

"Oh, begitu." beo mereka berdua serentak.

Ding dong!

"Ah, bel masuk sudah berbunyi. Ayo segera kembali ke kelas. Aku pelajaran Master Din lagi!" ujar Aimee panik.

Maklumlah, Master Din terkenal akan kedisiplinannya.

Mereka kemudian pergi dari kantin beramai-ramai bersama para murid lainnya menuju kelas masing-masing untuk melanjutkan pelajaran.

****

Don't forget to vote and comment:)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 03, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Cutiepie Little LadyWhere stories live. Discover now