Chapter 33

21.1K 2.8K 109
                                    

Lagi-lagi Alister mendengar kalau si anak angkat berulah di meja makan. Si anak angkat itu katanya playing victim dengan sok kesakitan terkena tumpahan soup di tangannya. Untungnya Felicha tidak kenapa-napa dan tidak terluka sedikitpun.

Kemudian, lelaki itu mendengar kalau adiknya hendak pergi ke pasar, namun dihadang Fiona di depan teras. Intinya, anak angkat itu ingin melakukan dramanya lagi memperburuk nama Felicha dengan tindakan playing victimnya.

Untung saja, dia juga mendapat bukti pengakuan anak angkat itu di depan Felicha sendiri. Bukti yang begitu kuat. Pengakuan akan kecemburuannya terhadap Felicha, sang anak kandung.

Ah, Alister sudah tidak sabar mengkahiri semua drama ini!

Dia ingin cepat-cepat menendang anak angkat itu. Bahkan jika bisa, membunuhnya secara sadis. Tetapi hal itu hanya akan menyakitkan secara fisik saja. Alister tak puas. Dia ingin anak angkat itu merasakan kesakitan fisik juga mentalnya.

Alister ingin anak angkat itu juga merasakan sakit hati yang dirasakan adik kecilnya. Bagaimana rasanya jika semua orang membencinya, mencemoohnya, dan menghinanya?

Dan kini, dia mendengar kalau anak angkat itu telah merencanakan penculikan pada adik kecilnya yang menggemaskan?

Memang harus segera ditindak bukan, si anak angkat itu?

Flashback End.

******

"Bagaimana ini apakah mereka berhasil?"

Fiona di kamarnya sedang berjalan mondar-mandir menunggu kabar apalah Felicha sudah dilenyapkan atau belum. Gadis itu menggigit jarinya dengan perasaan cemas dan menanti.

Lessi, ibu alias pelayannya ikut menggerakkan bola mata mengikuti gerakan anaknya. Wanita itu juga ikutan cemas karena dialah yang menemui kedua penculik itu untuk menculik dan melenyapkan Nona Felicha sesuai permintaan putrinya. Bahkan, Lessi tak menyangka putrinya bisa berpikiran sekejam itu, hendak melenyapkan sesorang. Tetapi mana bisa dia melarang putrinya?

"Tenanglah... pasti akan berhasil, Nak! Setelah ini kau akan hidup tanpa kecemasan dan ancaman akan direnggut oleh Nona Felicha," ujar Lessi berusaha menenangkan putrinya.

"Nona Felicha?!" bentak Fiona mengulangi ucapan ibunya.

"Sudah ku bilang jangan memangil nama gelandangan itu di depanku! Dia tak pantas memilikinya! Lagipula gelandangan itu kan sudah mati. Panggilan 'Nona' tak lagi berguna baginya," lanjut Fiona berapi-api diakhiri dengan seringai kejamnya.

"Baik, maafkan kesalahan ibu."

Fiona mengabaikannya. Dia sangat malas jika menghubungkan pelayannya ini dengan kata 'ibu'. Sungguh tak pantas baginya menyandang gelar ibu baginya. Hanya nyonya bangsawanlah yang seharusnya pantas menjadi ibunya.

"Oh ya, apa kau sudah memastikan kalau tak ada orang yang melihatmu menemui kedua penculik itu?" tanya Fiona dingin.

Entah kenapa ekspresinya itu membuat Lessi sedikit takut. Wanita itu tak tahu mengapa putrinya bisa mengalami perubahan sifat sedemikian besar. Mungkin sifatnya itu dipicu oleh kedatangan anak kandung baron, Nona Felicha Helyna de Arathorn.

Dulu, sebelum kedatangan Nona Felicha, anaknya itu sangatlah ceria, lugu, dan baik hati. Meski dalam tulangnya sudah tercetak kata bangga. Hal tersebut dapat dimaklumi karena putrinya itu sudah diangkat menjadi bangsawan tak lama setelah lahir. Kebanggaan dan keanggunan bangsawan tentu akan mengikutinya bersamaan dengan tumbuhnya dia.

Namun, sejak kedatangan putri kandung baron, sejak itu pula putrinya juga tahu kalau dia anak angkat baron yang sebenarnya hanyalah anak pelayan, membuat tumbuh rasa iri dan dengki dalam diri putrinya itu. Lessi sedikit sedih mengingat putrinya tak dapat menerima kenyataan serta tak terlalu mau mengakui dirinya sebagai ibunya. Tetapi wanita itu hanya bisa bersabar. Lagipula, dirinya juga ingin putrinya hidup penuh kebahagiaan. Dan dia akan melakukan apapun demi mewujudkan hal itu.

"Ibu pastikan tidak ada yang melihat ibu, Nak."

Fiona hanya mengangguk puas mendengarnya. Dia tak sabar menunggu beberapa saat lagi. Jika Felicha belum juga kembali, berarti rencananya telah berhasil.

Beberapa saat kemudian.

"Gadis gelandangan itu sudah lama tak kunjung kembali, itu tandanya aku berhasil menyingkirkannya, kan?! hahahaa...." Fiona tertawa senang mengingat keberhasilannya.

"Benar sekali, Nak!" setuju Lessi akan perkataan putrinya.

"Setelah ini takkan ada lagi yang bisa merebut semua yang seharusnya kumiliki."

"Dan kau, FE-LI-CHA, selamat telah menyingkir dari kehidupanku!"

Setelah itu tawa Fiona bergema di kamarnya. Para pengawal dan pelayan di luar ruang yang mendengar tawanya mengira mungkin Nona Fiona terlalu senang bermain sampai tertawa sebegitu kerasnya. Tak mereka pikir jika tawa gadis kecil itu akibat keserakahan yang diperbuatnya.

"Ayo, aku ingin keluar dan menikmati udara segar di kediaman ini tanpa adanya gelandangan itu lagi!" ujar Fiona kemudian.

Fiona ingin menikmati suasana kediaman baron tanpa adanya Felicha lagi. Sejak adanya Felicha, perasaannya selalu tak tenang. Kecemburuan dan kedengkian selalu menguasai hatinya. Membuat Fiona ingin segera menyingkirkan Felicha dari kehidupannya.

Kini kehidupan Fiona terasa sangat ringan tanpa kehadiran Felicha. Gadis itu dengan santai duduk di ruang keluarga menikmati teh yang disajikan di depannya. Rasanya indah sekali hidup sampai...

Brak!!

"Hosh, hosh, hoshhh! Akhirnya Icha pulang!"

Dengan nafas terengah-engah, Felicha yang baru datang sontak menyandarkan diri di pintu yang memisahkan ruang tamu dan ruang keluarga, yang menimbulkan gebrakan kecil disana.

Gadis itu sangat kelelahan akibat berlari tanpa henti karena takut tertangkap oleh dua penculik yang katanya ingin menjualnya itu. Untung saja ada penolong yang mau menolongnya walau tak menunjukkan dirinya! Dan Felicha sangat bersyukur akan hal itu!

Di sisi lain, Fiona yang mendengar gebrakan serta suara dari seorang yang amat dibencinya itu sontak mengalihkan atensi ke sumber suara.

Gadis yang dikira telah disingkirkannya ternyata kembali! Pikiran itu terngiang di kepala Fiona.

Fiona dapat melihat dengan mata kepalanya kalau Felicha masih hidup. Kembali dengan selamat tanpa lecet sedikitpun!

"FE-LI-CHA! Kenapa kau masih hidup?"

******


Heheh, sorry ya kalo kebanyakan flashback. Soalnya kalo gak aku tulis tuh kek gimana rasanya... So, aku tulis aja.✌

Don't forget to vote and comment, yeah :))

My Cutiepie Little LadyWhere stories live. Discover now