Chapter 26

19.6K 2.7K 120
                                    

Mohon maaf ya tiba-tiba mulai part ini mengacak sendiri partnya, karena itu tolong diperhatikan judul chapternya agar tidak bingung dg alurnya.

_________

Felicha seharian menangis sesenggukan di kamarnya. Dia tak menyangka tidak ada yang mempercayainya. Membuat gadis itu sangat sedih dan kecewa. Dirinya jadi merindukan rumah. Tempat dimana dia akan selalu disayang tanpa mendapat kebencian sedikitpun.

Tok tok!

Seorang pelayan membuka pintu setelah Felicha mempersilahkannya masuk. Pelayan itu menyampaikan pesan baron, "Nona, Tuan Baron meminta Anda untuk makan malam bersama."

"Tidak mau!" Felicha dengan kesal menggeleng keras.

"Baron juga berpesan, jika Anda tidak mau lebih baik Anda tidak mendapat makan selamanya," lanjut pelayan itu.

"Hiks, hiks, baiklah... " Akhirnya Felicha mau tak mau harus mengikuti makan malam bersama ini.

"Kenapa semua jahat sekali," gumam gadis itu sedih.

"Icha ingin pulaaang!" rengeknya pelan yang tak terdengar siapapun.

Felicha dengan berat hati berjalan gontai menuju ruang makan bersama si pelayan tadi. Di koridor menuju ruang makan pun, tak luput beberapa pasang mata menatapnya dengan pandangan yang berbeda-beda. Ada yang men-judge dirinya juga seperti keluarganya. Namun, Felicha bisa melihat satu atau dua orang yang masih melemparkan tatapan mata kasihan padanya.

"Masih berani datang rupanya, setelah membuat Fiona sekarat!"

Baru juga masuk ruangan, Felicha langsung mendapat tanggapan kejam dari Calvin. Namun, Felicha melengos mengabaikannya. Huh, dia tak suka lelaki itu dan tak akan pernah memaafkannya!

"Calvin." ujar Baron datar.

Calvin pun terdiam mendengar peringatan ayahnya.

"Salam Tuan Baron, Tuan Muda Kedua dan Kak Cydney."

Felicha masuk memberi salam dengan hormat dan formal. Kecuali pada Cydney yang sempat membelanya kemarin. Gadis itu juga tak melihat kakak lertama yang mengecewakannya. Ah, kemana si Tuan Muda Pertama itu?

Beberapa orang merasa tertohok dalam hati mereka mendengar itu. Namun mereka berusaha mengabaikannya.

Tak lama setelah itu, suara lembut dan lemah Fiona datang.

"Salam ayah, Kak Calvin, Kak Cydney, saudari Felicha."

Felicha hanya bisa mencibir dalam hati atas tingkah protagonis licik Fiona yang sok polos ini. Fiona memang telah disembuhkan oleh tabib. Oh iya, Felicha sebelumnya sempat lupa kalau ini dunia sihir. Disini, elemen tanaman bisa digunakan sebagai sihir penyembuh. Felicha tidak tahu apakah di dunia ini ada sihir cahaya ataupun sihir kegelapan. Tetapi hal tersebut tidak dijelaskan dalam novelnya.

Kembali pada Fiona yang telah sembuh. Ya, Fiona telah disembuhkan oleh tabib dengan sihir penyembuh dari elemen tumbuhan. Felicha heran. Dengan adanya sihir itu, Fiona kan hanya mengalami sementara. Tetapi mengapa semua orang menyalahkannya?

Hei, dia hanya bertindak sesuai duel, oke?!

Mereka pun makan dalam keheningan. Hanya denting sendok dan piring yang terdengar. Felicha juga makan dengan lahapnya seperti biasa. Sejenak untuk melupakan kejadian yang menyakiti hatinya. Yap, dia semakin lapar jika terus-terusan memikirkannya. Ah, masa bodo walau nanti dimarahi tak pantas sebagai bangsawan.

Tetapi yang tidak disadarinya, Fiona yang sok lemah kini sedang mengedipkan matanya kepada ibu alias pelayannya. Dan...

Prangg!

Sebuah mangkuk sup terjatuh tepat di pergelangan tangan Fiona. Oh ayolah, Felicha baru sadar kalau dia duduk tepat di sebelah Fiona. Dan parahnya lagi, sup itu terjatuh bertepatan dengan Felicha yang lagi mengambil tambahan lauk. Seakan Felicha-lah yang menjatuhkannya.

Bodoh sekali dirinya!

Gara-gara dia tak memperhatikan sekitar. Berpikir kalau Fiona pasti beristirahat tidak mengganggunya kali ini karena dia habis terbakar serangannya. Ternyata, Fiona tetap memanfaatkan situasi. Suasana diantara dirinya dan keluarganya kini sudah tegang ditambah masalah yang dibuat Fiona lagi, bukankah akan tambah rumit?

"Ah, sakiit! Hiks, hiks." Fiona dengan aktingnya berulah lagi.

Dan Felicha hanya menatap kejadian itu dengan datar.

"Felicha, apa yang kau lakukan dengan Fiona?!" teriak Calvin dengan penuh amarah setelah mendengar tangisan Fiona.

"Kenapa kau begitu membencinya?!" lanjutnya masih dengan amarahnya.

Brak!

"DIAM!"

Akhirnya Christopper menyuruh mereka diam dengan gebrakan meja yang cukup keras itu. Calvin pun terdiam meski rautnya seakan hendak protes. Tetatpi melihat wajah bengis ayahnya lelaki itu terdiam. Tangisan Fiona mengecil tetapi suara senggukan masih terdengar dari mulut kecilnya.

"Kalian jangan selalu membuat keributan!" seru Christopper memperingatkan.

"Dan kau Felicha,"

Dan Felicha yang dipanggil namanya sudah siap mendapat cacian lagi.

"Jangan ulangi lagi!"

Teguran itu membuat Felicha heran. Hah?! Tidak dapat cacian lagi?

Sedang Fiona yang mengharapkan Felicha dicaci maki oleh ayahnya, merasa kesal. Dia tak bisa membiarkan semua ini. Felicha harus dibenci oleh semua keluarga ini!

"Hiks, hiks, panas sekali," gumam Fiona berpura-pura tak bisa menahan rasa panas akibat sup tadi di perglenagan tangannya.

Ya, panas itu memang nyata!

Fiona juga merasa sebal. Sudah mengobankan dirinya sendiri, kalau tak rencananya tak berhasil untuk membuat Felicha lebih dibenci ya rugi dirinya!

"Atau, aku tak segan-segan akan mengusirmu tak peduli kau anak kandungku atau bukan," lanjut Christopper.

Deg!

Ternyata perkataa lelaki paruh baya itu masih ada lanjutnya. Membuat Fiona senang bukan main. Dirinya bisa lagi menipu si Felicha itu agar dia kembali menjadi gelandangan. HAHA!

Ah, atau sekalian mati saja? Biar tak bisa mengganggunya lagi.

Beku sudah rasanya hati Felicha mendengar ungkapan itu. Apakah sebegitu tak percayanya mereka pada dirinya. Disaat dia bahkan belum mengeluarkan kata pembelaan, dirinya sudah di-judge saja. Jugde sebagai pelaku.

Sepertinya memang tak ada yang bisa diharapkan dari keluarga ini bukan?

****

Don't forget to vote and comment guys :)

My Cutiepie Little LadyWhere stories live. Discover now