Chapter 7

30.7K 4.5K 19
                                    

Happy reading, guys :)

*****

Ruang makan penuh dengan hidangan lezat. Felicha tak dapat memungkiri kelezatannya tak kalah dengan koki bintang tiga di dunianya. Di sisi lain meja, Felicha mendapati hidangan yang menarik perhatiannya. Gadis itu sangat menginginkannya. Tetapi karena teralu jauh sehingga dia tak dapat menjangkaunya, jadi dia mengurungkan niatnya dengan sedih.

Ugh, tangannya masih terlalu pendek. Dalam hati dia meruntuk sedih.

Alister kebetulan melihat rautnya yang sedih. Beberapa kali sebelumnya, lelaki itu mengamati mata adik barunya melotot penuh melihat salah satu hidangan di sisi lain meja. Dan kebetulan, letaknya cukup dekat dengan dirinya.

Entah apa yang membuat perasaannya berbeda, Alister mengambilkan hidangan lalu menaruhnya di mangkuk Felicha.

Felicha sekilas tertegun. Menatap Alister bingung. Kemudian dia menunduk malu sembari berterima kasih. "Terima kasih, Kakak."

Christopper menaikkan alis melihat tingkah putra sulungnya. Sepertinya, berbeda dari biasanya.

Pandangannya kemudian beralih pada gadis kecil yang cukup mirip dengan wajah istrinya. Wajah putri kandungnya itu berseri melihat hidangan di depannya. Tangannya sangat mungil sehingga memakan sangat pelan. Sangat kurus. Kemudian Chris mengingat kehidupan jalanan putrinya. Ya, gadis kecil itu sepertinya harus lebih banyak makan agar cepat tumbuh dan tubuhnya tak kurus lagi.

Fiona melihat tingkah kakak pertamanya, sangat ingin meminta perlakuan sama juga. Tetapi da tak berani berbiacara. Kalau diabaikan lagi, bukankah dirinya akan merasa malu?

Fiona sebagai protagonis licik, pikiran yang pintar sudah tertanam dalam benaknya. Gadis itu tak terlalu impulsif dalam menghadapi sesuatu. Tapi bagaimanapun juga, dia hanyalah gadis kecil. Dia tak akan lega kalau tak segera mendapat hal yang diinginkannya.

Namun, tak ada yang sadar akan pikiran rumit Fiona.

Berbeda dengan reaksi ayahnya, Calvin dan Cydney hanya tertegun sekilas. Walau kakak pertamanya sangatlah dingin, dia juga manusia. Memiliki kasih sayang terhadap adiknya dibenarkan, bukan?

***

Matahari bersinar terik. Udara terasa kering. Namun angin sepoi-sepoi cukup menambah kesejukan dan menghilangkan kepanasan.

Felicha menyeka keringat di dahinya dengan ekspresi lelah. Hari ini adalah hari pelatihan. Namun, Master Bryon tidak hadir karena ada urusan mendesak. Dan Fiona disuruh menggantikan Master untuk melatihnya. Yang benar, mengawasi pelatihannya saja sih, karena elemen sihir mereka berbeda.

Fiona duduk di bawah pohon besar. Gadis itu dengan santai mengawasi Felicha yang tengah berlari memutari halaman pelatihan.

"Saudari Felicha, akankah kita mencoba pelatihan ke hutan belakang. Di sana tidak berbahaya. Mungkin jika kita tidak beruntung hanya akan bertemu ular." Fiona menyarankan.

Felicha mengernyit heran. Dia bukannya tidak setuju. Tapi mempertimbangkan karakter pahlawan wanita Fiona. Akankah baik pergi bersamanya?

Benarkah hutan itu tak berbahaya?

"Baiklah, mari kita coba!" Icha akhirnya memutuskan.

Tanpa disadarinya Fiona menunduk menyeringai sekilas.

Hutan belakang cukup lebat. Pepohonan besar berjajar tak rapi yang membuat beberapa tempat tampak gelap. Felicha bersama Fiona berjalan pelan mencari ruang terbuka dalam hutan. Mereka hanya berani memasuki hutan pinggiran saja.

My Cutiepie Little LadyWhere stories live. Discover now