~Bonus Chapter; Yuri (I)

89 7 3
                                    


Malam itu tepat pukul 7 malam, sebuah Film kesukaan Yuri sedang ditayangkan di sebuah Saluran tv Movie. Yuri suka banget sama pemeran Utama dari film "Karate Kid" itu, Dre Parker alias si Jaden Smith.

Keren. Itu kesan pertama saat Yuri.

Keren, dia bisa beradaptasi sama lingkungan baru nya.

Keren, sepatu yang dipakai si Jaden, keren banget.

Keren, dia bisa berusaha keras buat belajar karate demi bisa ngalahin si pembully yang selalu ganggu dia buat dekat sama seorang cewek

Keren, teknik-teknik yang dipakai semuanya keren.

Intinya, Yuri mau jadi kayak dia. Bisa karate, bisa beradaptasi di lingkungan baru walaupun susah, bisa ngelindungin cewek yang di bully, bisa ngebuktiin kalau dirinya itu kuat.

Ditonton berkali-kali pun dia enggak akan bosen, malah justru semakin kagum. Keinginan buat belajar karate pun semakin muncul.

"Mama, Nanti pas Yuri SMP mau ikut ekskul karate ya" pinta nya, "Boleh kan ? Di SD gak ada ekskul soalnya"

Sang Mama tersenyum, "Boleh. Emangnya Yuri bisa ? Karate itu kebanyakan buat anak cowok"

"Ah gak juga" langsung dibantah, "Di film tadi, gak semuanya cowok kok, ada yang cewek juga. Kayaknya kalau Yuri ikut karate, bakalan keren deh hehehe"

"Ah, kalau ikutnya karena mau keren, lebih baik gak usah"

Yuri terdiam sambil matanya mengerjap, benar juga sih. Yuri mau ikut karena menurut Yuri karate itu ya Keren.

"Kalau kayak gitu kan kayaknya agak terpaksa gitu, nanti kalau udah gak keliatan keren, Yuri berhenti gitu kan" sambung Mama nya

"Iya juga ya" Yuri terkekeh, "Eh, berarti sama dong kayak mama"

Alis sang Mama mengkerut heran, "Apa nya sama ?"

"Iya itu sama yang setiap malam Papa sama Mama omongin sampai berdebat karena Papa nyuruh Mama buat kerja, itu kan bukan sesuatu hal yang mama mau atau hal yang mama anggap keren, dan mama terpaksa ngelakuin itu. Nanti kalau mama udah gak suka, Mama akan berhenti gitu ?"

Kali ini sang Mama yang terdiam, agak lama. Setelahnya dia tersenyum lalu sebelah tangannya membelai lembut rambut sang gadis lantas menyelimuti tubuhnya, "Yuri tidur ya, udah malam"

"Besok masih libur, lumayan tiga hari begadang sebelum masuk SMP hehe"

"Gak boleh begadang, anak kecil dilarang begadang"

"Kalau udah dewasa kayak mama, boleh gitu ?"

"Hmm, buat Yuri boleh deh"

Lantas keduanya tertawa renyah. Tapi akhirnya Yuri tidur tepat waktu di jam 9 malam, ya namanya juga bocah ya.

Terus Yuri biasanya enggak sengaja bangun di jam 1 malam, Yuri kecil punya kebiasaan suka kebangun dan buang air kecil di jam-jam segini. Nah, ini yang belakangan Yuri jadi hafal banget setelah melakukan urusannya di toilet. Suara ribut terdengar dari ruang tamu sampai ke kamarnya.

Itu suara ribut Papa dan Mama nya yang belakang sering banget terjadi. Soal pekerjaan, padahal akhirnya sang Mama mau bekerja di perusahaan Kakeknya tapi kali ini ribut karena hal lain sepertinya. Yuri tidak begitu mengerti, walaupun merasa sangat terganggu, kadang dia bingung sama permasalahan orangtuanya ini, rasanya enggak ada habisnya. Kalau enggak debat kayak sekarang, mereka kadang teriak, terus pernah Yuri dengar ada benda jatuh dan pecah berkeping-keping, disusul suara bentakan dari mulut sang Papa. Dia panik, rasanya mau menangis. Yuri enggak tahu itu apa tapi Yuri berdoa kalau itu bukan salah satu koleksi piring antik kepunyaan si Nenek.

Hi, Penggemar rahasia! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang