~DUA PULUH SATU.

130 14 0
                                    


Sebuah Mobil hitam besar terparkir di depan Rumah Wonyoung, Yuri turun lalu memencet bel rumah itu. Tak selang berapa lama, gadis jangkung itu keluar dengan menenteng tas di bahu nya yang kelihatannya cukup berat.

Yuri tersenyum menyapanya, "Pagi sayang"

"Pagi baby. Lho, kok ?"

Wonyoung yang telah selesai mengunci gerbangnya itu bertanya-tanya melihat mobil didepannya.

Yuri membukakan pintu untuknya, "Ayo masuk. Nanti kita telat lho"

Dan mereka berdua pun masuk. Duduk berdampingan di kursi penumpang karena ada supir yang menyetir.

"Temen nya Non ?" Tanya sang supir yang melihat dari pantulan kaca

"Pacar pak" jawab Yuri santai, yang tidak santai itu Wonyoung, dia langsung melotot melihat ke arah Yuri, Yuri hanya cengengesan. Sang Sopir juga tidak membantah lagi, dia hanya senyum-senyum melihat ke arah anak majikannya lalu melirik ke arah Wonyoung itu.

"Kalo dia bilang ke mama kamu gimana ?" Bisik Wonyoung

"Gak masalah. ART aku juga udah tahu kalau kamu pacar aku"

Wonyoung hanya geleng-geleng kepala, bingung harus menjawab apa. Bunda nya juga masih belum tahu tentang hubungan mereka. Tahunya hanya pergi-pulang dan bermain bersama Yuri sebagai teman bukan pacar.

"Kalau dibawa sopir mobilnya, nanti kamu pulang gimana hari Minggu ?" Tanya Wonyoung

"Tinggal minta jemput. Aku gak yakin soalnya bisa nyetir pas Minggu, karena pasti bakalan capek banget" jawabnya

Perkataan Yuri ada benarnya. Jadi Wonyoung tidak membantah lagi.

"Non, nanti pulang sekolah jadi ? Kalau tidak, saya mau standby di kantor Nyonya" ucap Sang sopir di sela-sela percakapan mereka

"Jadi Pak. Saya juga udah bilang ke Mama, jadi gak perlu bilang ke Mama lagi ya"

"Baik Non"

Wonyoung hanya mendengarkan. Dia tidak berani bertanya tentang apakah hal itu karena membawa nama Mama nya Yuri yang otomatis dirasa bukan sesuatu yang harus dia ketahui.

Di mobil mereka tidak berbicara banyak-banyak. Pikiran keduanya melayang kemana-mana, Yuri yang sibuk memperhatikan pemandangan diluar mobil sambil tersenyum, sedangkan Wonyoung menatap sedih ke arah Yuri. Meski begitu, tangan mereka tetap saling bertautan, tidak pernah lepas sejak mobil berjalan dan Yuri menggenggam erat tangan Wonyoung.

Sebegitu sedihnya ya kamu, aku tinggal dua hari ini, Wony. Batin Yuri.





'Hi, Penggemar Rahasia!'







Mereka habis sarapan bersama di kantin, setelah itu Yuri mengantar Wonyoung ke kelasnya. Dan jangan lupakan pagutan tangan mereka yang masih saling menggenggam, membuat yang melihatnya merasa iri, tapi mereka berdua tidak peduli dengan itu.

"Kok tadi kamu di mobil senyum-senyum gitu deh ?" Tanya Wonyoung saat mereka mulai keluar kantin, "Padahal aku sedih lho mau ditinggal kamu dua hari ini"

Hi, Penggemar rahasia! ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora