~Eunbi.

90 8 0
                                    


Eunbi membawanya ke tempat dimana hanya ada kesunyian, tempat yang membuat orang kalau melangkahkan kakinya kesini akan merasakan kesedihan yang teramat sangat mendalam karena harus berpisah untuk selamanya dengan sahabat, kerabat, keluarga atau juga orang yang kita sayangi. Tak jarang juga selalu ada orang yang merinding kalau melewati tempat ini karena penuh dengan hal-hal mistis, padahal hanya tempat peristirahatan untuk tubuh-tubuh yang tak bernyawa. Iya, Eunbi membawa Yuri ke kuburan.

Begitu melangkahkan kaki untuk masuk ke area yang cukup luas ini pun rasanya sudah tidak mengenakan dan kesedihan kembali terpancar di raut wajah Eunbi. Dari rumah Yuri kesana memakan waktu satu jam. Dan selama di perjalanan tadi, tidak ada dari mereka yang berbicara atau membuka percakapan. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, tapi Yuri membiarkan Eunbi membawanya karena katanya ingin menjelaskan sesuatu.

Letak makam yang Eunbi tuju ada di bagian belakang. Makam nya terbuat dari marmer berwarna hitam, sudah banyak bekas tanah dan lumpur karena cipratan hujan, tidak bersih tapi juga tidak kotor, sepertinya Penjaga Makam merawatnya dengan cukup baik terlihat tidak ada rerumputan liar yang tumbuh di sekitarnya.

Ada sebuket bunga Lily yang diletakkan di atas nisan, seperti seseorang baru saja meletakkannya di sana. Mungkin itu Eunbi.

Mereka berdua terdiam sambil berdiri di depan nisan, keduanya memejamkan mata sambil mulutnya mengumumkan doa-doa. Setelah selesai, keduanya masih terdiam disana, tidak ada yang ingin beranjak. Mata Eunbi menatap ke arah batu nisan itu sambil melamun, seperti sedang mengingat semua kenangan tentang Ibu nya.

"Ibu paling suka bunga Lily" Eunbi buka suara sambil menyedot ingusnya, hidungnya merah, "Gue baru bisa kesini kemarin dan naruh bunga itu, di hari gue nyerang Lo itu, tepat 4 tahun peringatan Ibu meninggal" Eunbi menggigit bibir bawahnya agar tidak menangis tapi matanya sudah berkaca-kaca.

Saat Yuri mendengar kata "Ibu" dari mulutnya, kata itu diucapkan dengan suara lembut dan penuh rasa bersalah, Eunbi terdengar benar-benar menyayangi orang itu.

Lagi-lagi Yuri melihat betapa rapuhnya seorang Eunbi disini. Yuri mendekat lalu memegang tangannya yang terasa dingin, tubuh Eunbi menegang sejenak karena sentuhan itu, tapi sejenak kemudian dia membalas genggaman itu kali ini lebih erat. Setidaknya hanya itu yang Yuri bisa lakukan, memberikan kekuatan untuk Eunbi.

Yuri bersyukur orang tuanya masih hidup dalam keadaan sehat walaupun keluarganya retak, tapi itu semua pasti tidak sebanding dengan yang Eunbi rasakan. Membayangkannya saja membuat Yuri sedih.

"Pada akhirnya gue gak bisa jadi anak yang baik buat Ibu" Eunbi mencoba tersenyum lalu sejenak air matanya turun jatuh membasahi pipi.

Yuri menariknya dalam pelukan, membiarkan Eunbi mengeluarkan tangisannya di hadapan nisan itu.







'Hi, Penggemar Rahasia!'







"Minum dulu, bi"

Yuri menyodorkan sekaleng lemon segar ke arahnya yang ia beli di minimarket terdekat. Setelah dari makam, Eunbi mengajaknya untuk duduk di taman. Taman sore itu agak sepi, hanya terlihat beberapa anak kecil yang sedang bermain, juga para lansia yang sedang berolahraga di sebuah track kecil disana. Tempat duduk mereka agak jauh dari orang-orang itu.

Hi, Penggemar rahasia! ✔Where stories live. Discover now