~📰🧦.

82 10 1
                                    


"Sayang.."

"Apa baby ?"

"Kalau ada orang yang benci sama aku, menurut kamu, kira-kira karena apa ya ?"

Wonyoung yang sedang bergelayut manja diatas tubuh Yuri itu mengangkat sedikit wajahnya lalu menatap heran mata Yuri, "Gak ada. Gak ada yang benci seorang Jo Yuri" lalu kembali menenggelamkan wajahnya di atas dada, mendengarkan detak jantung Yuri yang berdegup kencang, sama seperti dirinya sekarang.

"Tapi dulu kamu benci aku pas kita lagi marahan"

"Ih itu kan gara-gara salah paham, jangan ngebuka luka lama deh" Wonyoung mencubit pinggang Yuri hingga dia mengaduh kesakitan

"Sakit juga ih cubitan kamu" Yuri mengusap-ngusap pinggangnya

"Rasain!"

Yuri manyun-manyun. Saat di gerai es krim tadi, mereka tak sengaja bertemu dengan Eunbi dan Nako yang membeli es krim disana. Saat Nako tengah memilih rasa es krim yang sudah pasti dia akan memilih rasa mint choco juga, Eunbi melihat ke arahnya dan tatapan mereka bertemu.

Tatapan itu serasa menusuk dan ada rasa benci di dalamnya, yang juga entah mengapa Yuri melihat mata itu bercampur dengan rasa sakit. Eunbi menatap Yuri dengan rasa tidak suka dan lagi-lagi itu membuat Yuri heran hingga muncul pertanyaan dibenaknya tentang mengapa Eunbi begitu membenci dirinya. Walaupun Yuri tahu Eunbi adalah rivalnya, yang tiba-tiba dirinya berpindah sekolah menjadi satu sekolah dengan Nako, pacarnya.

Setiap mereka berpapasan di koridor kelas, pasti Eunbi selalu melabrak bahunya tapi Yuri tahu kalau Eunbi mungkin mencoba memancing amarahnya atau entah apa itu, tapi Yuri tetap sabar, mungkin hanya mendumel sendiri sebelum dirinya benar-benar masuk ke kelas. Ada sesuatu diantara mereka yang Yuri lupakan, entah apa itu.

"Sshhs, sayanghh.. ngapain kamuhh ?" Yuri mengerang saat tangan Wonyoung menyelusup masuk ke dalam rok seragamnya, jari gadis itu bahkan berhasil masuk ke hotpants berbahan katun yang Yuri pakai

Bukannya jawaban yang Yuri terima, Wonyoung hanya terkekeh yang terdengar di telinga Yuri seperti menginginkan sesuatu. Tiba-tiba Wonyoung bangun lalu menahan tubuhnya dengan bertumpu satu tangan agar badannya tidak menindih Yuri. Perlahan kepalanya bergerak maju, Yuri memejamkan matanya yang lalu dua benda kenyal itu bertemu dengan lumatan-lumatan kecil didalamnya. Sejurus kemudian, ciuman itu terputus. Wonyoung berpindah ke sisi kanan Yuri lalu melingkarkan tangannya di pinggang Yuri.

"Lucu banget sih kamu kalau lagi manja gini" Yuri tersenyum lalu menyentuh lembut ujung hidung Wonyoung

"Jangan pulang dulu" rengeknya dengan wajah memelas

Yuri mengusap wajahnya, jantungnya tidak baik-baik saja melihat Wonyoung yang menggemaskan begitu.

"Aku tungguin sampai bunda pulang, sayang. Kamu ganti baju dulu gih biar nyaman kalo kamu mau rebahan bebas" ujar Yuri sambil membelai rambut Wonyoung

Wonyoung tersenyum lebar kemudian mengubah posisi tidurnya menjadi telentang. "Kalau gitu, gantiin baju aku" lalu merentangkan kedua tangannya lalu menunjukkan smirknya

"Aish, lagi 'ke pengen' ya kamu ?"

Wonyoung tertawa geli. "Ayo cepat! Mumpung sepi"

Sekarang gantian Yuri yang tertawa, Wonyoung benar-benar sudah tidak polos. Yuri merubah posisinya dan bergerak ke atas Wonyoung. Pertama dia melepaskan dasi dan ikat pinggang yang Wonyoung pakai lalu melemparnya ke sembarang arah. Kemudian melepaskan kancing baju seragamnya satu persatu dengan tidak melepaskan pandangan matanya dari mata Wonyoung. Setelah selesai, mereka pun memulai 'kegiatan panas' itu mumpung rumah Wonyoung sepi.

Hi, Penggemar rahasia! ✔Where stories live. Discover now