Celine meraung, melepaskan segala keluh kesahnya sampai akhirnya lelah, Dafa sangat pengertian, selalu mendekap hangat tubuh kekasihnya dan tak membiarkan Celine sendirian.

"Maafin Mamahku Cel, aku gak nyangka dia akan melakukan tindakan seperti tadi." Lirih Dafa, dari nada suaranya sudah sangat terdengar kalau lelaki itu juga sama syoknya.

Celine meneguk ludah, makin mengeratkan pelukannya di tubuh Dafa. "Gak papa."

Dafa melenguh berat, kalau Celine bilang gak papa justru dirinya makin kepikiran, kenapa gadis ini tidak marah saja biar Dafa bisa lega.

"Jadi ... hubungan ini masih harus dipertahankan atau tidak?" tanya Celine dengan nada miris.

Dafa terkesiap kaget mendengar pertanyaan Celine, langsung menarik tubuh gadis itu dan menatap wajahnya lurus. "Kenapa kamu tanya hal seperti itu Cel?!"

Celine membuang muka dengan senyuman hampa, "Mamah kamu aja bener-bener kasih lampu merah ke aku, gimana caranya hubungan ini akan berlanjut Mas."

"Kamu menyerah?"

Celine spontan menatap mata Dafa, lelaki itu tampak ... kecewa.

"Kalau posisinya dibalik, orang tua kamu yang juga tolak aku dan aku langsung nyerah, kamu setuju?" tanya Dafa dengan serius.

Celine mengatupkan bibirnya, dengan tatapan tak dapat diartikan. Dafa terkekeh serak. "Aku tau kalau ini semua salah Mamahku, tapi bukankah terlalu gampang kamu menyerah Cel? Hubungan kita, perasaanku, kamu abaikan?"

Celine terpaku diam, makin tak mampu berkata-kata.

"Yaudah terserah kamu, semua keputusanmu akan aku terima."

Celine meremat jemarinya, matanya bergerak gelisah. "Mas Dafa memangnya mau berjuang sama aku?" gadis itu menunduk dalam, "bahkan Mas pun belum siap akuin hubungan ini ke publik, tapi Mas berkata seolah-olah Mas yang paling tersakiti." Lirihnya.

Kini giliran Dafa yang seperti terskakmat, Celine menyentuh telapak tangan Dafa, mengelus jari besar itu satu persatu.

"Selama ini aku diam bukan berarti aku gak sakit Mas, aku sudah sangat bertahan dengan hubungan backstreet kita tapi sekarang keluarga Mas menentang, aku paham kenapa Mas ingin kita merahasiakan hubungan ini tapi bukankah lebih baik Mas akuin aku ke publik dan baru melihat apa dampaknya daripada terus kucing-kucing seperti anak kecil, wanita juga butuh kepastian Mas karena aku mulai ..... lelah." Celine mengakhiri kalimat panjangnya dengan senyuman manis, tapi Dafa justru makin ketakutan, ia benar-benar takut melihat Celine yang seperti ini. "Aku sadar kalau hubungan ini cuma condong sebelah, hanya perasaanku yang dominan tapi aku gak masalah selama masih ada sedikit perasaan suka dari Mas, tapi jika aku yang terus berjuang aku juga bisa lelah Mas." Imbuhnya makin membuat sekujur tubuh Dafa meremang kaku.

Celine tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya, membuat Dafa mendongak bingung, tapi saat melihat gadis itu hendak pergi sebuah pelukan erat langsung mendarat di pinggang ramping Celine. Dafa tak akan membiarkan gadis ini pergi lagi dari hidupnya.

"Aku minta maaf buat itu semua, sekarang kita berjuang sama-sama ya, aku janji setelah ini hubungan kita gak akan kucing-kucingan lagi, aku mohon ya sayang." Pintanya lembut, ia tau kalau setelah membeberkan hubungannya dengan Celine pasti nanti akan timbul banyak masalah bahkan mungkin akan ada saingan bisnisnya yang berusaha jahat, tapi sekarang itu semua bukan hal penting lagi.

"Jika Mas keberatan gak usah—"

"Kalau kamu gak percaya aku akan langsung hubungi wartawan kenalanku sekarang, aku akan suruh dia buat berita dating kita." Dafa dengan cepat-cepat mencari HP nya dan mendial nomor seseorang, Celine yang melihat aksi lelaki itu tersentak kaget dan langsung menarik HP Dafa dan mematikannya.

"Iya aku percaya, sudah gak usah sampai bikin berita segala."

"Nggak, kamu harus tau kalau aku serius!" Dafa ingin merebut HP nya tapi gadis itu langsung menjauhkannya, Celine menghela napas panjang, cukup kaget ternyata lelaki ini jika mau melakukan apapun pasti akan sangat nekad.

"Iya aku mau berjuang sama kamu, udah gak usah hubungi wartawan-wartawan segala, kita jalani dulu hubungan ini seperti orang lain, oke?" bujuk Celine. Meskipun masih terlihat belum puas tapi Dafa tetap mengangguk patuh.

"Jadi ... kamu gak akan ninggalin aku kan?" tanya Dafa menatap Celine berharap.

Celine tersenyum samar, "nggak, kan aku udah janji buat berjuang bareng kamu."

Dafa lega, setidaknya ia sudah diberi Celine kesempatan lagi. "Soal ucapan kamu tadi tentang hubungan ini yang hanya condong sebelah itu sangat salah Cel, perasaan sukaku sama besarnya seperti kamu, bahkan mungkin lebih besar." Ucapan Dafa barusan mampu membuat mulut Celine terbungkam rapat. "Jadi plis jangan bicara seperti itu lagi, aku tidak suka mendengarnya."

Celine tersenyum sumringah, terlihat sangat lega. "Hm, makasih Mas."

Dafa tak membalas tapi langsung menarik tubuh Celine sampai terjatuh ke pangkuannya, Celine memekik tertahan terlihat sangat kaget dengan kelakuan Dafa.

"M-mas mau ngapain?"

Dafa menyelipkan anak rambut Celine ke belakang telinga, "kamu pikir kalau sudah begini mau ngapain lagi." Bisiknya ambigu namun Celine sangat paham maksudnya.

"Dasar modus!" cibirnya dibalas kekehan serak Dafa.

"Kamu wangi banget, pakai parfum apa?" tanya Dafa kini dengan wajah menyusup ke ceruk leher jenjang Celine.

Wajah Celine langsung merona merah padam seperti kepiting rebus, "aku gak pakai parfum kok."

"Oh ya?" Dafa menyeringai kecil, "biar aku buktikan dulu." Ujarnya penuh arti sambil makin menempelkan wajahnya ke sekitar leher dan tulang rahang Celine tentu saja membuat Celine makin dag dig dug ser.

"Hoaaamm ...... Papah sama Mamah lagi ngapain?"

Gedubrak!

Celine tersungkur jatuh ke lantai saking syoknya, dan di ujung pintu, Zee tampak menguap ngantuk menatap mereka.

***

TBC.

Bukan Sugar Daddy(end)Where stories live. Discover now