delapan

3.8K 326 7
                                    

Jungkook benar-benar terpukau melihat keindahan alam di depan matanya.
Sebuah dinding alam menjulang tinggi, lukisan alam di kedua sisinya semakin menambah kesempurnaan.
Warna hijau berbagai jenis tumbuhan, tak jarang sebuah kuncup dan kelopak merekah di ujung tangkai. Nampak menari indah terkena hempasan angin ringan, daunya berkilauan terkena cipratan air dan sorotan sinar matahari.

juntaian air yang sedikit bising menyentuh aliran sungai di ujungnya. Percikan-percikan kecil menimbulkan titik-titik menggelembung kecil di sekitarnya.

Bebatuan berwarna hitam pekat jelas terlihat di dasar aliran sungai yang terasa menyejukkan kaki Jungkook yang tanpa alas.
Pupil hitam pekat berselimut kelopak sempurna itu menutup rapat. Menikmati ke indahan dengan rasa terdalam. Hembusan angin bercampur air dari juntaian indah itu membasuh wajah sang idol. Sejuk dan lembut menyentuh pori-pori kulit yang sudah berhari-hari tanpa polesan make up.
Senyum manis merekah di bibir tipisnya.
Hingga suara merdu yang tak kalah indahnya dari pemandangan sekitar mengharuskan matanya terbuka.

"Hyung.."

si manis tengah asyik bermain dengan air tak jauh darinya. Tangan mungil itu melambai, mengajaknya untuk menikmati kegembiraannya.

"Hyung.. sini" panggil nya untuk yang kedua kali.

Suara merdu yang membuat sang idol candu.
Suara merdu yang belum pernah ia dengar dari siapapun sebelumnya.
Suara merdu yang belum pernah ia dengar dari seorang idol sekalipun.
Suara merdu yang mengalahkan suara Lee Ji eun yang sangat Jungkook idamkan beberapa waktu terakhir ini.
Aahh entahlah, tapi suara Jimin selalu menggelitik telinganya.

Perlahan kaki Jungkook melangkah, menerobos aliran air jernih itu. Saking jernih nya hingga jari-jari kakinya dapat ia lihat dengan Jelas. Terasa geli saat kulit telapak kakinya menyentuh bebatuan hitam pekat di dasar air jernih itu.

"Ada apa Jiminie " sapanya pada si manis yang semakin larut dalam kegembiraannya.

Bibir ranum itu terus tersenyum, menampakan barisan gigi putih dan untuk yang pertama kalinya gusi berwarna merah jambu itu menampakkan wujudnya.

"Nanti bantu Jiminie memetik bunga itu "

Jari mungilnya mengarahkan mata Jungkook ke tebing sebelah kanan air terjun.
Segerumul semak berbunga menari indah di sana.
Anggrek, warnanya ungu kemerahan sangat menawan. Warna yang tajam kontras dengan warna sekitar.

"Ya nanti hyung ambilkan"

"Gumawo hyung, itu terlalu tinggi Jiminie takut"
Bibir ranum itu segera mangatup rapat. Seolah takut jika terlalu banyak suara dan juga senyuman indah yang keluar dari sana.

Jungkook tersenyum beriringan dengan anggukan.
Maniknya tengah menikmati ke indahan yang begitu sempurna.
Matanya, pipinya, kulitnya yang seputih susu, bibir dengan senyum layaknya seorang bidadari. Meski Jungkook pun belum pernah bertemu dengan sosok bernama bidadari itu.
Hanya saja semua yang ada pada diri Jimin, perumpamaan sosok 'bidadari' itu cukuplah pantas.

"Hyung mulai betah di sini"

Kalimat Jungkook mengalihkan perhatian si manis.
Jari mungil itu terangkat dari genangan air yang mengalir. Menyisakan bulir-bulir di ujung jari kemudian pun terjatuh mengikuti arus.

"Betah ?" Tanya si manis.

"Eum.. di sini banyak ke indahan yang tak bisa aku temukan di Seoul"

"Hyung tak ingin kembali ?"
Mata si manis menatap lekat wajah sang idol dengan penuh ke ingin tahuan.
ada setitik gambaran ke bahagian di antara ke ingin tahuan itu.

"Ingin, tapi aku ingin lebih lama lagi di sini."

Keduanya terdiam, manik mereka saling menatap.
Jungkook hampir larut dalam manik abu-abu itu.
Saat sesuatu bergerak menggelitik jemari kakinya.
Jungkook kembali pada kesadarannya.

LOST for LOVE  [END]Where stories live. Discover now