23: Skill Tersembunyi

Mulai dari awal
                                    

Zee yang awalnya ngambek langsung berubah ceria, "oke deh mulai sekarang Zee akan lebih semangat diet, Zee harus kurus!!" putusnya bulat.

Membuat Celine yang mendengarnya diam-diam terkekeh geli.

***

"Ck, duda satu itu emang kerjaannya nyusahin aku mulu!" gerutu Celine yang sekarang berdiri di pelataran gedung perusahaan tempat Dafa bekerja, bisa-bisanya dengan tanpa dosa Dafa menelepon dirinya dan memintanya datang cuma untuk membawakan makan siang.

Ini dirinya babysitter atau babu, sih?!

"Permisi Mbak."

"Iya, ada yang bisa saya bantu Mbak?" tanya Resepsionis di depannya ramah.

Celine tersenyum kaku, "itu .. ehm, ruangan Bapak Dafa dimana ya, saya sudah ada janji dengan Beliau." Celine langsung pake mode kalemnya.

"Baik, saya cek dulu ya Mbak. Nama Mbak siapa?"

"Celine."

"Mohon tunggu sebentar ya."

Celine cuma tersenyum simpul sebagai balasan, sembari menunggu resepsionis itu mengecek entah apa ia menyempatkan mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan. Gedung pencakar langit yang megah ini pasti perusahaan no kaleng-kaleng, bisa bekerja disini menandakan kalau Dafa juga bukan orang sembarangan. Tapi karena Ayah Celine juga punya perusahaan membuat Celine tak begitu takjub lagi, rasanya harta benda bagi Celine seperti makanan sehari-hari saja.

"Maaf Mbak, tapi di data Bapak Dafa tidak membuat janji dengan Mbak."

Celine jadi bingung, "em, tapi saya memang disuruh datang oleh Pak Dafa."

Resepsionis itu tersenyum sopan, "saya minta maaf, tapi tetap tidak bisa ya Mbak."

Celine menghela napas panjang, namun tiba-tiba ia teringat sesuatu, dengan cepat ia mengeluarkan HP nya dan menelepon Dafa. Kenapa gak kepikiran daritadi coba!

"Halo Cel, kenapa?" untungnya di sambungan pertama lelaki itu langsung mengangkat.

"Ini, aku gak dibolehin ketemu kamu katanya belum buat janji."

"Kamu dimana sekarang?" nada suara Dafa terdengar berubah.

"Di meja Resepsionis."

"Tunggu sebentar, aku kesana." Lalu sambungan telepon dimatikan sepihak, Celine jadi mendengus, gak pake salam perpisahan dulu kek!

Selama menunggu banyak tatapan aneh dilemparkan kepadanya, yah .. tidak heran sih melihat penampilannya yang sangat kontras dengan semua pegawai disini. Celine yang hanya mengenakan celana kain hitam dipadukan kaos putih polos benar-benar seperti orang yang salah tempat.

"Tau gitu tadi dandan dulu!" dumelnya pelan, lagian Dafa juga aneh-aneh saja memintanya datang cuma karena pengen dibuatin makan siang doang. Padahal kan dia bisa pesan makanan.

"Celine!"

Celine tersentak, mencari asal suara dan langsung terlihat Dafa yang berjalan cepat kearahnya. Lelaki itu langsung menarik tangan Celine merapat kearahnya begitu sampai di dekatnya, terasa sekarang mereka berdua yang menjadi pusat perhatian.

"Pak Dafa." Resepsionis tadi menyapa sopan.

Dafa menatapnya tajam, "harusnya kamu hubungi sekretaris saya untuk konfirmasi, bukan malah mengambil keputusan seenak jidat!"

Resepsionis itu yang sadar kalau Celine bukan orang sembarangan langsung menunduk ketakutan, "m-maaf Pak saya salah."

Dafa mendengus, masih ingin menyemprotnya sesaat sebelum terasa usapan samar di lengannya. Ternyata Celine sedang menenangkan dirinya. "Udah, lagian dia juga cuma menjalankan tugasnya."

"Tapi—"

"Kamu mau kita jadi pusat perhatian semua orang kayak begini?" potong Celine membuat Dafa dengan cepat mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, dan benar saja mereka berdua sekarang tengah mengambil atensi semua orang.

Dafa menarik napas dalam-dalam. "Yaudah ayo pergi!" lalu dengan sigap menarik pergelangan tangan Celine pergi dari sana.

Dafa membawa Celine ke ruangannya, dan langsung menutup pintu tak santai, sepertinya lelaki itu masih kesal.

"Kenapa sih marah-marah, aku gak papa kok."

"Tapi aku yang gak terima, kalau tadi kamu gak laporin ke aku pasti sekarang kamu masih nunggu di bawah!"

Celine diam-diam justru tersenyum geli, melihat begitu khawatirnya kekasihnya ini pada dirinya.

"Makasih."

Dafa mendongak bingung.

"Karena kamu khawatirin aku."

"Bodoh!" lalu Dafa menarik kepala gadis itu ke dekapanya, "jelas aku khawatir, kamu pacarku."

Celine makin merona senang, meskipun kelihatannya judes dan gak pedulian tapi nyatanya Dafa sangat menyayangi nya melebihi apapun.

Lelaki ini memang tipe tsundere.

Drrrt ... Drrrt ...

Pelukan hangat keduanya terpaksa terurai, "sebentar ya." Ijin Dafa diangguki Celine, selanjutnya terlihat Dafa yang serius berbicara dengan lawan bicaranya. Dari ekspresi wajah Dafa sudah terlihat sekali kalau lelaki itu sedang ada masalah.

Beberapa saat setelahnya Dafa mengakhiri percakapannya, namun air muka nya yang tadi cerah sekarang terlihat sangat lusuh dan berat.

"Mau cerita?" tawar Celine alih-alih bertanya apakah ada masalah, karena sudah nampak jelas kalau lelaki itu sedang menghadapi masalah.

Dafa meraup wajahnya, mendekat kearah Celine dan menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. "Proposal yang seharusnya dipresentasikan besok dicuri oleh perusahaan rivalku."

Celine berkedip tenang, Dafa memejamkan matanya, meskipun tau kalau sia-sia cerita karena Celine pasti tidak akan paham tapi Dafa tetap ingin melanjutkan ceritanya.

"Lebih parahnya lagi selain mencuri ide mereka juga menawarkan harga setengah dari harga yang perusahaan ku tawarkan, aku sungguh tak habis pikir bagaimana mereka bisa melakukan hal itu!" Dafa terlihat sangat emosi, jika ia sampai kehilangan tender besar ini maka pasti pemilik saham terbesar di perusahaan ini akan melakukan evaluasi besar-besaran yang pastinya merugikan banyak pihak.

Dafa sebagai direktur merasa sangat tidak berguna!

"Sangat ceroboh, harusnya materi sepenting itu jangan sampai bocor, bahkan kalau bisa cuma kamu yang boleh pegang!" tukas Celine tegas.

Dafa terkesiap kaget mendengar komentar Celine yang di luar ekspektasinya. Gadis yang biasanya selalu memasang ekspresi lembutnya itu kini terlihat sangat tegas dan tajam.

"Mana proposal kamu buat presentasi besok?"

Dafa mengerjap terlihat sangat kebingungan, Celine yang gregetan langsung menyentak. "Aku harus lihat dulu supaya bisa mastiin!"

Meskipun bingung, ragu, dan tak paham tapi Dafa bergegas menuju ke komputernya diikuti Celine. Lelaki itu mengambil flashdisk dari laci yang dikunci lalu menancapkannya pada komputernya, Celine dengan fokus langsung bergegas maju melihat data-data yang tersaji di layar komputer.

Cukup lama gadis itu membacanya membuat Dafa diam-diam menipiskan bibirnya ragu.

"Aku bisa buat proposal baru dari materi ini, kapan deadline rapatnya?" Celine tanpa diduga mengambil alih duduk di kursi di depan komputer tersebut membuat Dafa makin kaget.

"B-besok jam 8 pagi." Jawab Dafa sampai ikutan tremor.

Celine mengangguk, mencepol rambutnya asal dengan karet gelang dan menggulung lengannya sampai siku. Selanjutnya gadis itu langsung berubah ke mode kartu AS nya.

Kali ini dirinya akan benar-benar menggunakan kemampuan yang selama ini disembunyikan nya.

***

TBC.

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang