O C E L A D I S | 50

Start from the beginning
                                    

"A-duh Yis sakit banget!" gerutu Ocean mencoba melepaskan tarikan Geladis yang terlampau kuat.

Geladis melipat tangan diatas dada, menatap suaminya dengan dagu terangkat. "Apa yang membebani pikiran kamu? Jujur sama aku."

Ocean menggeleng kecil, "nggak ada Yis, nggak ada."

"Nggak ingat kunci kesuksesan suatu hubungan itu kejujuran? Kamu mau kita gagal?" Geladis melayangkan tatapan sebal.

Ocean hanya menatap tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Oke deh kalau kamu milih buat diem. Aku juga nyerah buat nanya." Dia membalikkan badan, hendak berlalu dari sana jika saja Ocean tidak buru-buru memeluknya dari belakang.

Cowok tampan itu terlihat sangat kepikiran, ia bahkan sampai menelusupkan wajahnya pada leher Geladis, helaan nafas kasarnya berulang kali terdengar frustasi. "Aku takut kamu beneran menyerah sama pernikahan kita Yis." Suara Ocean terdengar parau, salivanya ia telan dengan susah payah.

Berbagai pikiran negatif yang masuk ke dalam kepalanya begitu mengganggu. Ocean memiliki begitu banyak ketakutan hingga dia tak tau harus memulai dari mana lagi.

Geladis diam menyimak, namun tak menyentuh tangan Ocean di perutnya.

Ocean menumpukan dagu pada pundak Geladis, "bakalan banyak yang ngatain kamu lagi. Aku pikir hari ini udah jadi pembuktian untuk semua yang kamu bilang. Di masa depan mungkin bukan cuma sekedar hinaan yang bakalan kamu terima, mungkin sampai tindakan-tindakan lain."

"Aku takut kamu capek dan akhirnya ninggalin aku sendirian Yis." Ocean meremas kaus Geladis gemetar. Membayangkan istrinya pergi karena tekanan semua orang membuatnya begitu panik.

Geladis menunduk namun tak lama dari itu dia menghadap Ocean, menangkup wajah suaminya dan menatapnya lekat. "Kamu nggak yakin sama hubungan kita?" Ia melemparkan tatapan sendu seraya mengusap pipi Ocean.

Ocean tampak ragu, "yakin."

Geladis menggeleng, "nggak. Kamu nggak yakin sama hubungan kita." Dia melepaskan tangan lunglai, tak memiliki tenaga ketika melihat keraguan Ocean. "Selagi kita masih saling memiliki satu sama lain apa yang harus kamu takutkan?"

Ocean mengepalkan tangan menahan gejolak untuk membanting barang saat kilasan ucapan Abraham beserta keluarganya datang menghampiri.

"Ternyata aku salah, aku kira kita berdua sama-sama percaya kalau kesempatan kedua ini bakalan berhasil." Geladis tersenyum kaku.

"Bukan gitu Yis. Aku ngerasa bersalah sama kamu, untuk semua rasa sakit yang kamu terima memangnya kamu masih sanggup kalau ada yang hina kamu lagi?" Ocean mengelus pelan rambut Geladis, "I love you so much, you know? Aku nggak mau kamu ngerasa terbebani lagi."

"Kita hadapin sama-sama. Apapun hasilnya di masa depan kamu dan aku bakalan tetap menjadi sepasang suami istri." Geladis mendongak dengan tatapan penuh untuk meyakinkan, membabat habis seluruh keraguan Ocean. "Kamu mau 'kan?"

Ocean menipiskan bibir, namun tak lama dari itu mengangguk. "Apapun untuk Ayis dan hubungan kita."

*

"Jadi...apa harapan kamu buat pernikahan kita kedepannya?" Ocean mengelus pelan rambut Geladis yang berada di dalam pelukannya. Mereka berdua berbaring santai diatas sofa dengan tv menyala setelah makan malam.

Geladis mendongak, "harapan?"

Ocean mengangguk, "kamu punya harapan atau sesuatu gitu?"

Geladis tampak berpikir sejenak, kemudian ia beranjak dari pelukan Ocean menuju kamar, mengambil pulpen dan buku. Ocean hanya menatap penuh kebingungan, terutama ketika Geladis mulai menggores pena pada lembaran kertas yang sudah di robek.

OCELADIS || NIKAH MUDA [TERBIT]Where stories live. Discover now