O C E L A D I S | 35

28.5K 4.6K 5.5K
                                    

Happy Reading!
Jangan lupa untuk selalu memberikan vote dan komentar!🦋

WAJIB FOLLOW INSTAGRAM :
@yohanacancer
@ceritayohana

PROMOSIIN CERITA "OCELADIS" KE INSTAGRAM/TIKTOK/TWITTER KALIAN YA 🥺

Ocean menarik seulas senyum pasrah, membiarkan Geladis dan Andreas pergi—sudah sekitar dua jam dia menunggu di ruang tamu sendirian tanpa teman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ocean menarik seulas senyum pasrah, membiarkan Geladis dan Andreas pergi—sudah sekitar dua jam dia menunggu di ruang tamu sendirian tanpa teman. Rasa sepi diam-diam memeluknya hingga terasa sangat dingin, hampa, dan kosong.

Ocean tak berhenti melirik jam yang terpasang manis pada dinding, jam delapan malam mereka belum kembali dari perginya. Ia ketar-ketir, takut jika Andreas berbuat tidak baik pada istrinya.

Sejahat apapun Geladis padanya Ocean tetap memikirkan gadis itu setiap detik.

Apartemen mereka terasa begitu hambar, niat mengajak Geladis kembali tinggal bersama adalah untuk membangun hubungan kembali, namun rasanya begitu sulit untuk dia wujudkan mengingat istrinya selalu berlari menjauh tanpa mau menoleh barang sedikitpun.

Ocean menghela nafas panjang, bersandar pada sofa sambil memejamkan mata. Menunggu Geladis pulang adalah sebuah kewajiban yang telah dia lakukan empat hari belakangan itu.

Suara pintu terbuka membuat Ocean yang semula memejamkan mata lantas membukanya dengan cepat, disana Geladis dan Andreas pulang membawa beberapa cemilan sambil bersenda gurau.

Ocean hanya mampu berdehem berusaha meredam rasa sakit yang memenuhi jiwanya, "kalian dari mana aja? Kok lama banget?"

Geladis tidak menjawab, dia malah tertawa kecil mendengar lelucon Andreas. Gadis itu meraih sepatunya dan milik Andreas kemudian disimpannya pada rak sepatu.

"Lo mau gue buatin minuman nggak Dre?" Geladis menatap Andreas yang sedang menunggunya sambil memegang kantong kresek putih.

Ocean menipiskan bibir, "Ayis..."

Andreas menggeleng pelan, "duduk bentar aja. Udah malam juga, gue mau balik."

Geladis mengangguk, meraih kantongan dari tangan Andreas lantas tersenyum manis. "Makasih ya udah beliin gue ini," ia mengangkat benda tersebut ke atas membuat pandangan kedua cowok itu terpusat penuh padanya.

Andreas mengangguk ikhlas. "Sama-sama, gue balik ya?"

Geladis tertawa geli, "katanya mau duduk bentar. Mana gue udah sempat simpen sepatu lo lagi,"

"Gue berubah pikiran, lain kali aja ya cantik. Nggak sopan di rumah oranglain sampai larut," Adreas menepuk puncak kepala Geladis kemudian memakai sepatunya. "Gue pulang ya," pamitnya pada Ocean yang sedari tadi hanya menjadi penyimak.

Keheningan tercipta saat Andreas telah pergi dari tempat mereka. Geladis mulai melangkahkan kaki menuju dapur hendak menyimpan seluruh makanan ringan yang dibelikan oleh Andreas.

Ocean mengikuti dari belakang namun tetap menjaga jarak sesuai kesepakata mereka. "Ayis kamu belum jawab pertanyaan aku, kalian habis ngapain?"

Geladis bersenandung pelan sembari memasukkan es krim yang ia beli ke dalam kulkas.

"Ayis..."

"Ya ampun ada coklat juga ternyata," Geladis berbicara sendiri lantas cekikikan geli.

Ocean merasa tenggorokannya pedih sekali, diabaikan oleh Geladis masih belum pernah terbayangkannya sekalipun. "Ayis ak—"

"Bisa diem nggak?!" Geladis menyentak kasar, berbalik dan menatap Ocean tajam. "Telingaku sakit denger suara kamu!"

"Tapi aku khawat—"

"Aku nggak butuh rasa perduli kamu!" Geladis merasa kepalanya mulai berasap. Ocean bersikap seolah-olah dia yang paling tersakiti dan menjadi korban, nyatanya Geladislah yang pertama diselingkuhi.

Ocean menatap sendu pada Geladis, "gimana kalau suatu hari nanti aku nggak bisa mencintai orang lain lagi sebesar rasaku ke kamu?"

Geladis menyipitkan mata sinis. "Kamu pikir aku perduli?"

"Ayis..."

"Dengerin aku Ocean; aku nggak akan pernah lagi perduli tentang kamu. Apapun yang mau kamu lakukan itu hak kamu, jangan pernah sangkut pautkan aku di dalamnya." Geladis menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan membuat rasa sakit yang ada semakin mengaga lebar, "kita udah rusak dan nggak bakalan bisa diperbaiki lagi."

Kedua bola mata Ocean berkaca-kaca, "aku selalu berharap yang terbaik buat Ayis."

Geladis mengangguk, "aku juga. Aku harap kebahagiaan bisa kamu raih dari orang lain Ocean."

Cowok dengan kaus berwarna hitam polos tersebut menggeleng pedih, "nggak ada yang kayak Ayis."

"Ada, bahkan banyak banget." Geladis mengerjapkan mata, menghalau air yang hendak keluar secara perlahan.

"Ayis..."

"Minggu depan jadwal mediasi pertama kita."

gimana perasaan kalian? Are u ok?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gimana perasaan kalian? Are u ok?

tim ayis janda  >>>

tim ceyan duda >>>

tim gajadi Cerai >>>

tim cerai >>>

SPAM EMOT ❤️ UNTUK HAPPY ENDING! >>>

SPAM EMOT 🖤 UNTUK SAD ENDING! >>>

SPAM EMOT 😍 BIAR GAJADI CERAI! >>>

SPAM EMOT 🗿 BIAR CERAI >>>

SPAM NEXT BIAR LANJUT!🏁 >>>

AYO SCREENSHOOT BAGIAN KESUKAAN KALIAN TERUS MASUKIN INSTASTORY JANGAN LUPA TAG AKUN INSTAGRAM @yohanacancer DAN @ceritayohana YA!

(SABTU, 9 OKTOBER 2021)

Tertanda,
Yohana Franklyn-miller ✨
(Bukan Mendes lagi)

OCELADIS || NIKAH MUDA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang